Mohon tunggu...
Putri Apriani
Putri Apriani Mohon Tunggu... Freelancer - Fiksianer yang Hobi Makan

@poetri_apriani | poetriapriani.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Penjual Kopi yang Bangun Kesiangan

10 November 2017   08:11 Diperbarui: 10 November 2017   08:23 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://blog.laruno.com/wp-content/uploads/2017/08/02082-2.jpg

Sepuluh menit lagi menuju pukul sebelas malam. Salim sudah hampir selesai merapikan kumpulan bangku dan meja di kedai kopinya. Kedua karyawannya baru saja pulang beberapa menit yang lalu.

Temperatur ruangan menjadi semakin dingin, bersamaan dengan datangnya seorang wanita berbaju serba putih. Bergegas ia mendekati wanita berambut panjang tersebut sambil menyodorkan daftar menu.

"Mau pesan apa, Kak? Silahkan, ini daftar menunya."

Yang ditanya tak menjawab,

"Yang sedang hits di sini ada Kopi Tubruk Lari, Kopi Susu Lin Mantan Ke KUA, Kopi Saya Bundar, dan Kopi Pahitnya Masa Lalu, jadi mau pesan yang mana Kak?" Salim mencoba menjelaskan daftar menu yang ia tawarkan tadi.

Mulutnya masih terkunci, tak bicara sepatah kata pun. Jarinya yang putih pucat menunjuk sebuah gambar bertuliskan 'Kopi Tubruk Lari'.

 Tanpa perlu berbasa-basi, kaki Salim yang gemetar beranjak menuju pantry. Mungkin sedang mogok bicara, batin Salim menenangkan.

Secangkir kopi telah selesai dibuat. Salim kembali menuju meja nomor 13, di mana wanita misterius tadi duduk berdiam diri.

Mata Salim terus mencari, ruangan mendadak kosong, tak ada siapapun di dalamnya kecuali dirinya sendiri. Apa mungkin wanita tadi menghilang? Kali ini bukan hanya kakinya saja yang gemetar, tubuhnya juga bermandikan keringat.

Deg! Hatinya berdebar kencang, sebuah tangan mampir di pundak Salim dengan tepukan yang sangat keras.

**

Salim terbangun. Ia mendapati kedai kopinya telah kedatangan beberapa pembeli. Dua karyawannya dengan sigap melayani dengan ramah. Sepertinya mereka membiarkan Salim yang tak sengaja tertidur di salah satu meja, ya meja nomor 13!

Jadi yang semalam itu nyata atau mimpi? Batin Salim bertanya-tanya.

Seorang wanita cantik tiba-tiba masuk ke kedai kopi Salim dengan anggunnya. Menebar senyum, membuat beberapa pengunjung kewalahan menjaga mata pasangannya yang jelalatan. Salim kenal betul siapa wanita itu.

"Masih ingat kopi favoritku?" Sang wanita membuka pembicaraan.

Salim gelagapan, matanya justru terfokus dengan bibir merah lawan bicaranya. "Secangkir green coffee tanpa gula, masih sama bukan?" Jawab Salim mencoba tenang.

Wanita anggun itu mengangguk manis. Senyumnya masih sama indahnya seperti dulu, membuat Salim semakin tak mampu mengontrol detak jantungnya yang sedari tadi berlari ke sana kemari.

"Aku pesan dua," wanita itu menambahkan, Nindya namanya, tapi dulu aku lebih suka memanggilnya dengan sebutan Sayang, Love, Darl,dan sejenisnya.

"Dua? Untuk kamu dan.... aku?"

"Oh, bukan. Satu cangkir lagi untuk Rio tunanganku, sebentar lagi dia akan menyusul ke sini."

Salim membalikkan badannya menuju pantry. Dua cangkir green coffee tanpa gula ia racik sendiri dengan raut kecewa.

Nyatanya kedatangan Nindya adalah hal yang lebih menyeramkan daripada kejadian aneh tadi malam. Salim menyerah, setelah dua cangkir green coffee ia letakkan di meja, ia meninggalkan kedai kopinya dengan segera. Sepertinya tubuh dan hatinya butuh istirahat yang panjang.

**

Sumber Ilustrasi Kedai Kopi

Juga dipublikasikan di poetriapriani.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun