Sepuluh menit lagi menuju pukul sebelas malam. Salim sudah hampir selesai merapikan kumpulan bangku dan meja di kedai kopinya. Kedua karyawannya baru saja pulang beberapa menit yang lalu.
Temperatur ruangan menjadi semakin dingin, bersamaan dengan datangnya seorang wanita berbaju serba putih. Bergegas ia mendekati wanita berambut panjang tersebut sambil menyodorkan daftar menu.
"Mau pesan apa, Kak? Silahkan, ini daftar menunya."
Yang ditanya tak menjawab,
"Yang sedang hits di sini ada Kopi Tubruk Lari, Kopi Susu Lin Mantan Ke KUA, Kopi Saya Bundar, dan Kopi Pahitnya Masa Lalu, jadi mau pesan yang mana Kak?" Salim mencoba menjelaskan daftar menu yang ia tawarkan tadi.
Mulutnya masih terkunci, tak bicara sepatah kata pun. Jarinya yang putih pucat menunjuk sebuah gambar bertuliskan 'Kopi Tubruk Lari'.
 Tanpa perlu berbasa-basi, kaki Salim yang gemetar beranjak menuju pantry. Mungkin sedang mogok bicara, batin Salim menenangkan.
Secangkir kopi telah selesai dibuat. Salim kembali menuju meja nomor 13, di mana wanita misterius tadi duduk berdiam diri.
Mata Salim terus mencari, ruangan mendadak kosong, tak ada siapapun di dalamnya kecuali dirinya sendiri. Apa mungkin wanita tadi menghilang? Kali ini bukan hanya kakinya saja yang gemetar, tubuhnya juga bermandikan keringat.
Deg! Hatinya berdebar kencang, sebuah tangan mampir di pundak Salim dengan tepukan yang sangat keras.
**