“Kau pernah mencintai seseorang, Anna?” Mata Nina tajam mengarah padaku.
Aku mengangguk.
“Lalu bagaimana bila orang yang kau cintai justru mencintai orang lain?”
Aku mengangkat bahu, “tak tahu.”
“Aku begitu mencintai lelaki ini, tapi hatinya telah ia berikan untuk seorang wanita.” Ujar Nina sambil menunjukkan sebuah foto seorang lelaki.
Foto itu? Ran? Nina mencintai Ran?
“Aku benci Rheinara!” Lanjut Nina. “Ia mendapatkan semuanya, cinta Nugie, cinta Ran. Padahal Ran tahu, bahwa Rhein milik Nugie. Sialan!”
Aku tercekat, tubuhku keringat dingin. Aku tak tahu, bahkan tak pernah menyangka bila Nina mencintai Ran.
“Aku pernah meminta Ran untuk mengembalikan Rhein pada Gie, tapi Ran hanya menatapku penuh dengan keheranan. Aku sesak, aku menangis kala itu.”
Menurut Nina, sewaktu itu Ran mendesak Nina untuk memberikan alamat Nugie untuknya. Nina curiga pada Ran yang sebegitu rela melakukan apapun demi Rheinara – demi aku. Ia cemburu padaku! Bahkan ia meminta dengan sangat ‘berjanjilah kau akan mengembalikan Rhein pada Nugie, Ran. Berjanjilah!’
Aku kehabisan kata-kata, hanya mampu mengusap punggung Nina dengan tangan lemahku. Aku lemas, tak tahu harus berbuat apa. Mengapa semua jadi begini?