Â
Aku menjejakkan kaki di kotamu, kota yang dulu pernah kau janjikan sebagai tempat pelabuhan terakhir kita. Ah, tapi itu masa lalu, sekian tahun yang lalu. Hanya kisah cinta monyet yang sudah menghilang.
Â
Aku bersama sahabatku - Vika - telah sampai di stasiun Kota Malang pada pukul delapan pagi, bukannya bergegas ke penginapan kami malah asyik menikmati hawa sejuk kota Malang, setelah puas baru pada siang harinya kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke penginapan, di sekitar kota Batu.
Â
Aku meletakkan ransel yang berisi pakaian seadanya sekaligus meletakkan kenangan yang telah aku simpan rapat-rapat dalam memori otakku. Mungkinkah aku menemuimu? Wahai sang pemilik kenangan?
Â
ada yang tak mampu terbawa lari
walau kaki telah jauh melangkah pergi
adalah tentang kenangan
yang selalu saja tampil menawan
Â
Â
Keesokan harinya di The Bagong Adventure
Â
Kami telah sampai di sebuah bangunan yang menurutku cukup menarik. Sosok yang sepertinya sudah tak asing menjadi maskot sekaligus bentuk dari sebuah musem. The Bagong Adventure atau Museum Tubuh memang memiliki bentuk yang unik, yaitu relief tubuh manusia berkarakter Bagong, salah satu dari empat sekawan (Semar, Petruk, Bagong dan Gareng).
Â
Â
Zona Hati
Â
Kami menuju Zona Hati, di setiap zona memang terdapat satu orang guide yang merupakan lulusan dari akademi keperawatan yang bertugas menjelaskan berbagai macam anatomi tubuh (sesuai dengan zonanya) dan dilengkapi berbagai panduan berupa tulisan yang terletak pada layar sentuh. Ah aku ingin tahu bagaimana sebenarnya fungsi hati ini, apakah benar hanya menyimpan namamu? Namamu yang tak pernah hilang setelah bertahun-tahun lamanya?
Â
"Pengunjung yang di sini ada yang pernah sakit hati? Ada yang tahu fungsi hati?" Seorang guide cantik bertanya, para pengunjung malu-malu untuk menjawab lalu tertawa, termasuk aku dan Vika.
Â
Kemudian sang guide cantik kembali menjelaskan seluk beluk tentang hati. "Hati dapat menghasilkan racun di dalam darah dengan cara membersihkannya dari zat berbahaya seperti alkohol dan obat-obatan. Ada yang pernah dengar Bilirubin? Bilirubin adalah zat yang tidak baik untuk tubuh sehingga harus dibuang melalui sistem ekresi di dalam hati."
Â
Aku mendengarkan dengan seksama, sesekali melihat keadaan di sekelilingku.
Â
Â
"Ada yang tahu fungsi hati?" Sang guide cantik bertanya lagi kepada pengunjung.
Â
Iya, aku tahu jawabannya, hati berfungsi untuk menyimpan rasa, ah bukan itu yang dimaksud, aku selalu saja gagal fokus mengenai hati. Jawabku dalam hati.
Â
"Ras, tuh ditanya apa fungsi hati." Vika mencubit pipiku. Aku hanya tersenyum dan menggeleng.
Â
"Baik akan saya jelaskan, fungsi hati adalah menawar dan menetralkan racun (detoksifikasi), membuat protein plasma, membantu membuang zat bilirubin, menghasilkan protombin dan fibrinogen yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan darah."
Â
Aku masih tersenyum mendengar penjelasan guide tersebut ketika mataku tetiba memandang pada satu sosok. Lelaki dengan gaya casual dengan tinggi sekitar 170-an cm. Ya, aku mengenalnya! Batinku. Aku terkesiap. Rafli, dia Rafli!
Â
Tubuhku tetiba mengeluarkan reaksi, gemetar. Aku gemetar.
Â
"Ras, kok melamun sih? Kamu liat apa?" Panggilan Vika yang cukup mengejutkan kemudian sukses membuyarkan aku.
Â
"Itu, cowok yang di sana, mirip Rafli, Vik." Telunjukku menunjuk ke arah laki-laki tadi berdiri.
Â
"Yang mana sih, Ras?"
Â
"Tadi ada di sana, iya, tadi itu Rafli, aku yakin banget."
Â
"Hhmm, hobinya mengkhayal sih, jadi begini deh." Ungkap Vika, tertawa.
Â
Aku mendadak lesu, mungkinkah tadi aku hanya berhalusinasi?
Â
Â
Zona 3D
Â
Aku baru saja tiba di zona 3D ketika pertunjukkan teater hampir dimulai, aku dan Vika tak ingin ketinggalan momen, masuk dalam antrian dan menerima sebuah kacamata 3D. Teater sudah hampir penuh, beruntung kami masih bisa duduk di barisan tengah. Aku duduk, menggunakan kacamata dan bersiap menonton tayangan singkat tentang reproduksi manusia.
Â
Tayangan selesai dalam hitungan belasan menit. Aku dan Vika beranjak dari kursi, kemudian mencoba antri menuju pintu keluar yang cukup ramai.
Â
"Ayo Vika, cepetan." Aku terkejut ketika bukan tangan Vika yang aku tarik. Tangan itu, milik lelaki.
Â
"Rasti? Kamu ada di sini?" Dia menyapaku, dengan logat jawa yang masih begitu kental, ah kamu masih seperti dulu. Aku terpaku, tak tahu harus menjawab apa. Setelahnya aku hanya mampu mengangguk dan tersenyum. Terpesona lebih tepatnya.
Â
"Ras.. Kamu nggak apa-apa kan?" Dia berkata lagi, lamunanku buyar.
Â
"So.. Sorry, aku pikir tadi tangan Vika." Mukaku memerah.
Â
"Rastiiiiii, aku di sini." Teriak Vika, hingga akhirnya Vika tersadar aku sedang bersama lelaki. "Lho Rafli? Kamu Rafli kan?"
Â
"Iya Vik, aku Rafli, kamu masih inget? Kalian udah berapa lama di Malang? Dalam rangka apa ke Malang?"
Â
Dan obrolan kami pun berlanjut, kami, ya aku dan Rafli, pada malam harinya kami menikmati dinginnya malam Kota Batu di alun-alun. Mencoba untuk mengingat dan menceritakan masa lalu kami yang manis.
Â
"Ras, kita balikan lagi yah? Kamu mau nggak?" Ujar Rafli padaku, dengan tatapan tajam.
Â
"Hah, kamu ngomong apa tadi? Serius?"
Â
"Emang aku keliatan bercanda?"
Â
Aku menggeleng, sekaligus mengangguk. Salah tingkah. Setelahnya kami dikejutkan oleh suara yang tetiba saja datang.
Â
"Duuhhhh senengnya yang balikan lagi, sampe-sampe aku dicuekin, huh." Protes Vika pada kami berdua.
Â
Gelak tawa kami pecah bersamaan dengan udara Kota Batu yang semakin mendingin. Aku tak menyangka kunjunganku ke kota ini, menumbuhkan kembali cinta yang telah lama menghilang. Hati, aku tahu fungsi hati yang sebenarnya sekarang. Menyimpan namamu rapat-rapat, dan merengkuhnya kembali di saat yang tepat.
Â
*seluruh ilustrasi gambar adalah milik penulis
Artikel terkait : Mengenal Rahasia Tubuh di The Bagong Adventure
Diikutsertakan dalam :Â Kompetisi (Cerpen) Museum Tubuh
Info lebih lengkap (website) : The Bagong Adventure Museum Tubuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H