“Vita, maukah kau jadi istriku? Sejujurnya aku telah mencintaimu sejak bertahun-tahun lalu.” Rendra menggenggam tangan Vita, erat.
“Lalu mengapa kau baru mengatakannya sekarang?”
“Aku tak punya nyali, Vit. Butuh waktu yang panjang untuk aku mengumpulkan nyali tersebut.”
“Maaf, Rendra aku tak bisa.”
“Mengapa? Kau tak cinta aku?”
“Aku mencintaimu, Rendra. Tapi dua puluh delapan hari yang lalu, ada seorang lelaki yang datang di kehidupanku, memberikanku sebuah kepastian. Lelaki itu, dia suamiku. Maafkan aku, Ren.”
Suasana mendadak hening, hanya ada suara angin yang mendesir, menusuk luka Rendra yang makin menganga. Dan kini, semuanya sudah terlambat. Hanya ada satu kalimat yang bernada penyesalan “mengapa tak ku katakan sedari dulu? .” Hah, lagi-lagi soal penyesalan.
Ilustrasi : dokumentasi pribadi
NB : untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Comunity