Hingga suatu hari Pussy memilih untuk menyerah. Aku menangis sepanjang hari sebab hari-hari terakhir bersama tidak kugunakan sebaik mungkin. Aku disibukkan dengan kegiatan les yang menyita waktuku setiap hari.
"Lu, Pussy udah ga ada. Pas mau kasih makan aku megang badan dia dan udah terasa dingin. Aku ga tega" isakku dipesan video yang kukirim padanya.
Â
 Aku mengabari Lulu lewat applikasi Whatsapp. Lulu terlihat sangat sedih. Aku tetap mencoba menghiburnya walau saat itu emosi kami sama-sama tidak stabil.
 Pada sore harinya, aku mengubur Pussy tepat di depan rumahku. Aku sudah membungkus tubuhnya dengan kain putih. Hari hujan kala itu membuat hatiku semakin larut dalam kesedihan.
 Walau waktu kami saat menjaga Pussy hanya sebentar, tapi hari-hari tersebut merupakan pengalaman yang sangat berkesan di dalam hatiku dan Lulu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H