DEKLARASI GEREJA RAMAH ANAK
PERDANA DI KOTA SALATIGA
Ribuan anak-anak memadati Gereja St. Paulus Miki Jl. Diponegoro Salatiga, mereka mengikuti kegaiatan Deklarasi Gereja Ramah Anak. Deklatasi Gereja Katolik Ramah Anak berlangsung meriah dan penuh kegembiraan terjadi pada Minggu, 23 Okober 2022.Â
Romo YPA Jayeng Siswanto, MSF dalam pengantarnya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah Kota Salatiga melalui DP3APPKB beserta semua pihak yang telah memberikan dukungan bagi penyelenggaraan kegiatan yang sangat berharga ini.Â
Gereja St. Paulus Miki sambung Romo Jayeng menyambut gembira atas terselenggaranya Deklarasi Gereja Ramah Anak. Hal ini meneguhkan komitment bagi gereja bagaimana memberikan pelayanan dan perhatian yang terbaik baik anak. Berharap ke depan kata Romo pelayanan kepada anak akan jauh lebih baik sebab anak adalah masa depan gereja dan bangsa.
Acara Deklarasi ini diawali dengam Misa Anak diikuti hampir 1000 anak, dilanjutkan dengan acara Deklatasi. Turut hadir dalam acara ini antara lain Pj. Walikota Drs. Sinoeng Rahmadi, MM, Kepala Dinas DP3APPKB Ibu Yuni Ambarwati, SH, Ketua Umum BKGS Purwanto, M.Pd serta segenap pengurus beserta Dewan Paroki Gereja St. Paulus Miki Salatiga.
Dalam sambutannya Pj. Walikota Salatiga Drs. Sinoeng Rahmadi, MM antara lain menyatakan saya ucapkan terima kasih dan apresiasi yang tulus kepada Gereja Santo Paulus Miki. Matur nuwun atas segala daya dan upaya yang telah dikerjakan, sehingga Gereja Santo Paulus Miki dapat menjadi Rumah Ibadah (Gereja) Ramah Anak pertama di Kota Salatiga.Â
Teriring harapan, deklarasi hari ini dapat memantik semangat dari gereja maupun rumah peribadatan lainnya, untuk menyusul mendeklarasikan diri sebagai Rumah Ibadah Ramah Anak.Â
Berbicara mengenai Rumah Ibadah Ramah Anak (RIRA), sebenarnya bukan merupakan hal baru bagi gereja. Saya yakin, sejauh ini gereja pasti telah melakukan fungsi-fungsi terkait pemenuhan hak-hak anak melalui program dan kebijakan yang telah digulirkan.
Meski demikian, deklarasi sebagai RIRA tetap perlu dilakukan dengan tujuan untuk penyelarasan, penyamaan persepsi, juga peningkatan serta penguatan fungsi-fungsi tersebut, agar sesuai dengan klaster yang telah ditetapkan.Â
Terlebih pemerintah pusat telah menargetkan tercapainya Indonesia Layak Anak (IDOLA) pada Tahun 2030, sesuai dengan proyeksi bonus demografi. Maka sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk turut mendukung, melalui optimalisasi peran berbagai elemen termasuk gereja.
Dalam hal ini, diharapkan gereja tidak hanya menjadi tempat peribadatan semata. Tetapi juga memenuhi fungsi respect (penghormatan), protect (perlindungan), dan fulfill (pemenuhan) dari hak-hak anak.Â
Sebagai contoh, menjadi tempat untuk mengisi waktu luang melalui kegiatan keagamaan, pemenuhan fasilitas atau buku-buku yang menunjang peningkatan kualitas keimanan, dan lain sebagainya.
Perlu diketahui jika ada empat tahap dalam menjadi RIRA, yakni Tahap Sosialisasi (Mau), Tahap Pembentukan (Mampu), Tahap Pengembangan (Maju) dan Tahap Replikasi.Â
Puji syukur karena Gereja Santo Paulus Miki telah melewati tahap Mau dan Mampu. Namun tanggung jawab tersebut tidak lantas selesai seiring dengan berakhirnya kegiatan ini. Masih ada dua tahap lagi agar pembentukan RIRA dapat optimal.
Terkait dengan hal tersebut, saya minta kepada perangkat daerah terkait agar dapat terus melakukan pemantauan dan pembinaan. Begitu juga dengan gereja, saya minta agar tidak ragu ngudoroso kepada Pemkot Salatiga. Sampaikan jika ada hal-hal yang perlu dikomunikasikan, supaya Deklarasi RIRA ini dapat berjalan on the right track dan berdampak positif bagi generasi penerus.
Di bagian lain Purwanto, M.Pd  selaku Ketua Umum BGKS menyampaikan beberapa hal terkait dengan kagiatan Deklarasi Gereja Katolik Ramah anak antara lain : Berawal dari 5 Mei 2022 pukul 09.00 di Rumah Makan Banyubening, saat diselenggarakan Rakor antara FAPSEDU dengan DP3APPKB yang saat itu salah satu paparan dari Dinas adalah bagaimana kita bersama-sama  mengupayakan semaksimal mungkin ada peningkatan nilai Salatiga Sebagai Kota Ramah Anak, salah satu jalan yang ditempuh adalah mengupayakan adanya Rumah Ibadah Ramah Anak.
Peluang itu akirnya diambil oleh BKGS untuk turut berkontribusi bagi kemajuan kota dalam hal ini mewujudkan Kota Salatiga Sebagai Ramah Anak melalui perwujudan Gereja Ramah Anak. Â
Selanjutnya komunikasi baik dari pihak BKGS, Gereja St. Paulus Miki dengan DP3APPKB dan akirnya terjadilah Deklarasi Gereja Katolik Ramah Anak Perdana di Kota Salatiga.Â
Selamat untuk GPM yang telah menjadi pelopor bagi gereja-gereja di Salatiga menjadi yang terdepan dalam mewujudkan Deklarasai Gereja Ramah Anak pada hari ini, Minggu 23 Oktober 2023.Â
Terima kasih kepada Romo Jayeng dan jajarannya yang sudah mengupayakan ini semua demi kemulaan Tuhan. Romo Jayeng yang masih terbilang baru  menapakkan kakinya di kota Salatiga langsung gas poll meresponi program pemerintah serta hararapan  BKGS. Tepuk tangan unttuk Romo Jayeng dan keluarga besar GPM Salatiga. Tuhan memberkati.
Selanjutnya tentu deklarasi gereja ramah anak bukan sekedar acara formalitas dan serimonial belaka, bahwa hal ini juga penting, namun berharap momentum ini dipergunakan bagaimana gereja memiliki perhatian lebih, perhatian serius terhadap eksisteni anak, sebab anak adalah masa depan gereja sekaligus masa depan bagsa.Â
Bayangkan saja kalau kita lalai dalam memperhatikan anak dan selanjutnya akan terjadi gelombang loss generation, maka gereja hanya tinggal menjadi bangunan berdiri tanpa hunian, tentu itu tidak kita harapkan. Â
Di sisi lain Alkitab mengajarkan betapa pentingnya melayani anak, maka Tuhan Yesus sendiri berpesan : Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. (Markus 10 : 14).Â
Itu sebabnya BKGS dalam konteks anak memiliki slogan SATU ANAK BERHARGA DI MATA TUHAN. Sebab satu orang bertobat malaikat-malaikat di sorga bersorak-sorai.Â
Maka jangan heran kalau BKGS dengan bersusah payah berupaya keras melayani anak-anak di SD-SD di kota Salatiga bekerjasama dengan Dinas Pendidikan.Â
Sekalipun dalam sekolah itu hanya ada satu anak dan lokasinya di ujung sana namun  BKGS tetap mengupayakan  harus ada guru yang melayaninya,  agar spiritualnya terjaga dengan baik. Sebab Tuhan tidak memandang jumlah. Mari kita jaga, mari kita layani, mari kita perhatikan dengan serius anak-anak kita sebab mereka adalah titipan Tuhan yang percayakan kepada kita.
Di bagian lain gereja tentu juga memiliki tanggung jawab terhadap negara, ketika gereja memperhatikan anak dengan serius sehingga mereka akan menjadi generasi hebat, bermartabat, jadi berkat dan merakyat, bukan sebaliknya jadi pengkianat, maka sesungguhnya gereja sudah turut berkontribusi dalam pembangunan bangsa, menjadikan bangsa lebih aman, tentram dan damai.Â
Bandingkan kalau gereja membiarkan anak-anak sehingga mereka bertumbuh menjadi penjambret, pencopet, perampok, penjahat, koruptor, penjudi, pemabuk, pengedar atau bandar narkoba? Maka pasti kehidupan anak-anak merepotkan negara maka itu jangan sampai terjadi.
Tapi bagaimana sebaliknya di antara anak-anak kita kelak jadi Ketua RT, Ketua RW, Lurah, Camat, Bupati/Walikota, Gubernur, Menteri bahkah Presiden? Kita lihat kita Alkitab seorang gembala bernama Daud atas kehendak Tuhan bisa jadi Raja, seroang buangan namanya Yusuf karena anugerah Tuhan bisa jadi penguasa negara.Â
Kita juga lihat di depan mata kita, Jokowi dibesarkan dari keluarga sederhana bahkan dia mengalami beberapa kali pindah rumah karena tempat tinggalnya digusur. (Voffice.com), Â beliau ditunjuk Tuhan jadi Presiden, masih ingat cerita Barack Obama? Atas penetapan Tuhan bisa jadi Presiden di negara Adi Daya yang namanya USA.Â
Jadi kalau Tuhan berkehendak semua bisa terjadi sebab di dalam Tuhan tidak ada yang mustahil. Mari kita yakini semua anak memiliki potensi yang sama kelak menjadi orang hebat, maka jangan sekali-kali melalaikan dalam melayani anak. Â (pur).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI