Aku memandang gusar pada meja di depanku, tumpukan kertas, coretan-coretan tak berarti, dan juga laptop dengan layar menyala. Ah.. aku bingung harus mengerjakan mulai darimana. Rasanya otak dan tubuhku tidak bisa diajak kerja sama saat ini. Aku mengalihkan pandangan pada sebuah foto polaroid yang tergantung di lampu tumblr-ku. Menunjukkan potret dua sosok manusia dengan senyum lebar tanda bahagia.Â
Dua tahun berlalu, tapi aku belum sanggup membuang foto-foto tentang dia. Sepertinya bukan fotonya saja, melainkan seluruh kenangan tentang dia. Aku beranjak menuju rak buku di samping meja kerjaku saat ini. Mataku terpaku pada deretan novel yang sengaja aku urutkan bukan karena sampul, jenis novel, atau apapun itu, melainkan karena pemberian seseorang.Â
Tanganku meraih sebuah novel dengan sampul kecoklatan, dengan judul Tentang Kamu, sebuah karya dari penulis terkenal Indonesia, Tere Liye. Halaman awal menunjukkan sebuah catatan bolpoin, tertulis "Dari Riko, 27 Februari 2017" menandakan itu adalah buku pemberian seseorang, tepat saat ulang tahunku.Â
Aku meletakkan kembali novel itu pada tempatnya semula. Lalu, meringkuk di kasur dengan selimut membalut seluruh badan. Tidak, diluar tidak hujan tapi anehnya aku merasa kedinginan. Aku melupakan pekerjaanku sesaat dan memilih memejamkan mata untuk beristirahat. Lalu, terbanglah aku menuju dunia mimpi.
Perlahan, sinar matahari membasuhi wajahku, pasti sudah pagi dan Mama sengaja membuka gordenku pagi-pagi begini. Aku malas-malasan untu bangun dan menuju kamar mandi untuk bersiap berangkat kerja. Dengan setelan celana dan blazer bermotif kotak-kotak berwarna abu misty, aku beranjak menuruni tangga untuk berpamitan pada Mama.
Aku menyusuri jalanan dengan mobil kesayanganku, diiringi lagu terhits beberapa bulan lalu Maroon 5 berjudul Memories, membuat pagiku sedikit lebih baik dan telah melupa dengan kenangan semalam yang sukses membuatku tak berdaya. Sesampainya di kantor, aku langsung menuju meja kerjaku. Sambutan kawan-kawanku menyapa di pagi hari, kubalas dengan senyum terbaikku.Â
Setelah mendaratkan badan ke kursi, aku mulai menyalakan komputer untuk siap memulai hari sebagai editor naskah di suatu penerbit. Ada beberapa deadline naskah dalam waktu dekat, jadi aku harus mulai mengedit dari sekarang.
Seorang OB bernama Fendy tiba-tiba menghampiri meja kerjaku, "Mbak Raina, ini ada teh hangat dan biskuit kesukaan mbak, lengkap dengan salam semangat dari seseorang."Â
Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala lalu menerima nampan itu dengan mengucapkan terima kasih. Aku lupa bahwa ini hari selasa, hari dimana aku akan menerima teh dan biskuit kesukaanku secara misterius melalui Fendy, hanya melalui Fendy bukan OB lainnya. Hal ini sudah berlangsung selama 2 bulan terakhir.Â
Aku sudah menanyakan berkali-kali pada Fendy siapa pengirimnya, namun hanya ia balas dengan kalimat berwujud, "Saya hanya disuruh mengantarkan mbak, tapi tidak disuruh membocorkan siapa pengirimnya." Ya, dari jawaban tersebut aku paham kenapa si pengirim misterius memilih Fendy untuk dijadikan kurir, tak lain dan tak bukan adalah karena Fendy adalah orang yang jujur dan pandai menyimpan rahasia.
Aku menikmati biskuit dan tehnya sebagai cemilan sepanjang hari. Aku tidak mau ambil pusing tentang siapa sosok yang mengirimnya, karena aku tahu pasti bahwa takdir akan mempertemukanku dengannya, entah dalam waktu dekat atau dalam waktu yang belum ditentukan.Â