Mohon tunggu...
PuteraJS
PuteraJS Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

SHARES BUY-BACK? YA DAN TIDAK (1)

29 Agustus 2015   21:56 Diperbarui: 29 Agustus 2015   21:56 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Manfaat optimum yang diperoleh pemegang saham, akan ditentukan oleh keberhasilan manajemen dalam menjalankan dua fungsi utama-nya, yaitu : a) kemampuan dalam mengelola kegiatan operasional; dan b) kemampuan dalam melakukan capital allocation.

 

Meskipun butir a) dan b) itu saling terkait, namun program shares buy-back akan lebih menunjukan apakah manajemen bersangkutan memiliki kemampuan yang handal dalam melakukan pengalokasian sumber-dana (capital allocation) yang dimiliki perusahaannya.

 

Setiap investor, baik membeli 100% kepemilikan sebuah perusahaan, atau melakukan pembelian sejumlah saham lewat Pasar Modal, tentu mengharapkan imbal hasil atas investasi yang ditanamkannya. Imbal hasil tersebut berupa : a) pembagian keuntungan (dicerminkan lewat dividen) dan b) peningkatan nilai perusahaan (capital gain).

 

Dividen. Laba Ditahan. Atau Buy-Back?. Saat perusahaan memiliki sumber-dana yang diperoleh dari hasil keuntungan, maka terdapat 3 (tiga) pilihan yang dapat diambil manajemen untuk dapat memberi manfaat optimum kepada pemegang saham :

 

  1. Membagi Dividen. Dengan memperoleh dividen, maka pemegang saham dapat menikmati hasil investasi yang ditanamnya. Dividen ini kemudian bisa dimanfaatkan oleh pemegang saham sesuai preferensi mereka masing-masing. Ada yang menggunakannya untuk belanja. Ada yang memakainya sebagai modal untuk usaha lain. Dan ada juga yang menempatkannya sebagai tabungan untuk mendapatkan bunga.

 

  1. b. Laba Ditahan. Manajemen perusahaan yang dapat menghasilkan Return On Equity/ROE tinggi, akan lebih baik jika menahan dan memanfaatkan dana hasil keuntungan itu untuk pertumbuhan usaha daripada membagikannya sebagai dividen. Pemegang saham akan tetap happy, meski tidak mendapatkan dividen, karena peningkatan imbal hasil ini pada gilirannya akan tercermin dalam peningkatan nilai buku serta harga saham perusahaan. Jalan inilah yang dipilih Warren Buffett melalui Berkshire Hathaway-nya yang selama 50 tahun TIDAK PERNAH sekalipun melakukan pembayaran dividen kepada pemegang sahamnya. Buat apa membagikan dividen, yang setelah ditangan pemegang saham hanya menghasilkan 2-4% saja (atau malah habis dibelanjakan), padahal ketika dana yang sama itu dikelola oleh manajemen Berkshire Hathaway dapat menghasilkan 19% setiap tahunnya? Inilah yang menjadikan kenaikan harga saham Berkshire Hathaway secara konsisten selama 50 tahun.

 

  1. Melakukan Shares Buy-Back. Jika perusahaan dapat dianggap sebagai sebuah pizza, maka kepemilikan saham tak ubahnya sebagai pizza yang dibagi-bagi kepada pemiliknya dalam bentuk pizza slice. Jika shares buy-back dilakukan, maka jumlah (pemilik) saham akan berkurang, sehingga pizza yang sama akan dibagikan kepada jumlah pemegang saham yang lebih sedikit. Dengan demikian, maka setiap pemegang saham kemudian akan mendapatkan pizza slice yang lebih besar dibandingkan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun