Mohon tunggu...
Wisnu Bangun Saputro
Wisnu Bangun Saputro Mohon Tunggu... Jurnalis - Freelance writer

Mencoba menjadi Orang Jawa yang "JAWA"

Selanjutnya

Tutup

Politik

“Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia”

28 Oktober 2015   00:26 Diperbarui: 28 Oktober 2015   00:34 9358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Pendahuluan

Dalam lingkungan masyarakat banyak aturan-aturan yang tidak tertulis yang merupakan acuan penting masyarakat pada suatu tempat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, adapun peraturan tidak tertulis tersebut disebut norma dan adat-istiadat. Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang dinamis dan komplek, kekompleksan lingkungan masyarakat yang demikian membuat manusia yang merupakan bagian dari masyarakat dan juga pelaku dalam lingkungan masyarakat dituntut untuk hidup bersama-sama dan bekerja sama dalam suasana yang tertib dan terbimbing oleh seorang pemimpin, tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain. Maka demi efisiensi kerja dalam upaya mencapai tujuan bersama, dan untuk memepertahankan hidup bersama diperlukan bentuk kerja kooperatif. Semua kegiatan kooperatif dan kara budaya itu diperlukan aturan dan perlu dipimpin.

Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan cabang dari kelompok ilmu administrasi, khususnya ilmu administrasi negara, sedangkan ilmu administrasi negara adalah salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial, dan merupakan salah satu perkembangan dari filsafat. Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia (komunikasi Interpersonal, yaitu hubungan saling mempengaruhi dan hubungan kepatuhan-kepatuhan atntara bawahan dan atasan. Dalam hakikat penciptaan manusia, bisa dikatakan bahwa semua manusia adalah pemimpin, namun dalam usaha-usaha pembentukannya diperlukan proses-proses yang harus dilakukan guna membentuk mental dan sifat pemimpin.

Di Indonesia khususnya banyak potensi yang mulai bermuculan terutama dari generasi mudanya. Dalam usaha menyiapkan tenaga kepemimpinan yang musa-muda, diperlukan adanya latihan kepemimpinan di dalam konteks kepemimpinan yang berkepribadian Indonesia, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 sebagai panutan.

Agar mampu melaksanakan kewajiban, pemimpin harus dapat menjaga kewibawaan. Dia harus memiliki kelebihan-kelibahan tertentu dibanding dengan kualitas orang-orang tertentu yang dipimpinnya. Kelebihan ini terutama meliputi segi teknis, moral, dan semangat juangnya.  Selanjutnya, di alam kemerdekaan dan pembangunan sekarang, berhasilnya pembangunan nasional sagat bergantung pada ikut sertanya seluruh rakyat Indonesia yang memiliki sikap, mental, tekad, semangat, ketaatan dan kedisplinan nasional dalam menjalankan tugas kewajibannya. Untuk hal ini perlu dibangkitkan motivasi membangun di kalangan masyarakat luas, dan motivasi pengorbanan pengabdian pada unsur kepemimpinan (lokal, regional maupun nasional). Sebab keteladanan yang utama-atas dasar pengorbanan dan pengabdian pada kepentingan rakyat banyak-, maka segenap rakyat kecil akan rela berperan serta dalam usaha pembangunan. Marilah kita bekaca kembali kepada peristiwa sebelum kemerdekaan, ketika semua rakyat Indonesia masih terjajah muncullah semnagat kebersamaan senasib dan seperjuangan yang membuat rakyat Indonesia mulai bangkit dan akhirnya mampu meneriakan kemerdekaannya. Dengan demikian, dalam era yang berbeda ini yaitu era pembangunan diperlukan tipe kepemimpinan stimulator dan dinamisator untuk menggairahkan semangat pembangunan di segala bidang kehidupan.

Dalam hal ini Dr. Kartini Kartono dalam bukunya (Pemimpin dan Kepemimpinan: 2010, hal 315) menjelaskan bahwa ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh kepemimpinan pembangunan dan para pejabat pada aparatur pemerintah, yaitu :

  1. Kepemimpinan dalam era pembangunan nasional harus bersumber pada filsafah negara, yaitu
  2. Memahami benar makna dari perencanaan, pelaksanakan, dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai. Khusunya menyadari makna pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan fisik, demi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok dan riil dari rakyat, serta peningkatan kehidupan bangsa atas asas manfaat, usaha bersama, kekeluargaan, demokrasi, serta prinsip adil dan merata.
  3. Diharapkan agar kepemimpinan Pancasila mampu menggali inti sari dari nilai-nilai tradisional kuno yang tinggi peninggalan para leluhur dan nenek moyang kita, untuk kemudian dipadukan dengan nilai-nilai positif dari modernisme,dalam gaya kepemimpinan Indonesia.

Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia

Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem pemerintahan demokrasi yang sesuai dengan Pancasila, dalam hal ini pemerintah Indonesia harus benar-benar mampu manjalankan roda pemerintahan dengan sifat-sifat pemimpin yang sesuai dengan sistem pemerintahannya. Sistem pemerintahan demokrasi merupakan sistem pemerintahan dimana rakyat merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara, pemerintah hanya sebagai pelaksana sistem pemerintahan dimana terpilihnya para tokoh di pemerintahan merupakan hasil dari rakyat melalui pesta demokrasi yang sering disebut Pemilu (Pemilihan Umum), dalam acara 5 tahun sekali rakyat berbondong-bondong untuk memilih calon presiden dan wakil presiden, yang nantinya akan memimpin negara Indonesia. Pemerintahnya yang notabene adalah berasal dari rakyat nantinya akan menjadi pelayan rakyat, dan berkewajiban untuk bertanggung jawab atas berjalan atau tidaknya roda pemerintahannya.

Sudah diuraikan diatas mengenai persyaratan kepemimpinan yang harus dimiliki oleh aparatur negara. Selain itu perlu juga adanya pemahaman secara dalam mengenai nilai-nilai dari pancasila yang merupakan asas negara Indonesia. Untuk memahami hal tersebut marilah kita renungkan pemikiran Dr. Ruslan Abdulgani mengenai moral Pancasila dalam kaitannya dengan kepemimpinan nasional antara lain sebgai berikut:

  1. Yang dimaksud dengan Pancasila ialah Pancasila yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; Ketuhanan YME, Kemanusiaan Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
  2. Nilai-nilai tersebut harus dihayati, yaitu diresapi dan diendapkan dalam hati dan kalbu, sehingga memunculkan sikap dan tingkah laku yang utama/terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Untuk kemudian diterapkan/diamalkan dengankesungguhan hati dalam kehidupan bermasyarakat, karena orang menyadari sedalam-dalamnya Pancsila sebagai pandangan hidup bangsa dan sumber kejiwaan masyarakat, (sekaligus menjadi dasar negara Republik Indonesia) untuk hidup rukun-damai bersama-sama.
  3. Pancasila dan UUD 1945 menjamin kemerdekaan setiap penduduk utuk memeluk agama masing-masingdang beribat meurut agama dan kepercayaannya. Kebebasn beragama adalah salah satu hak paling asasi di antara hak-hak asasi manusia, karena kebebasan itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Kebebasan beragam itu bukan pemberian negara, dan bukan pemberian golongan, akan tetapi merupakan anugerah Ilahi.

Betapa pentingnya pemahaman pemimpin tentang falsafah negaranya dikarenakan falsafah negara merupakan pandangan hidup semua rakryat indonesia dan sebagai seorang pemimpin, pemerintah harus mampu mengemban kewajiban untuk meuwujudkan tujuan bersama tersebut. Sebuah pemerintahan sebuah negara khususnya harus memiliki teknis untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, dalam hal ini Prof. Arifin Abdoerachman dalam bukunya (Teori, pengembangan dan filosofi Kepemimpinan Kerja, hal. 60-67) menjelaskan bahwa ada 6 (enam) teknik kepemimpinan pemerintahan yaitu sebagai berikut :

  1. Teknik pematangan/penyiapan pengikut

Dalam teknik ini terdapat dua sub teknik yaitu teknik penerangan dan teknik propaganda. Teknik penerangan dimaksud kan untuk memberi keterangan yang jelas dan faktual kepada orang-orang sehingga mereka dapat memiliki pengertian yang jelas dan mendalam mengenai sesuatu hal yang menyebabkankan timbulnya kemauan untuk mengikuti pemimpin sesuai dengan rasa hati dan akalnya. Hal ini berbeda dengan teknik propaganda yang berusaha memaksakan kehendak atau keinginan pemimpin, bahkan kadang-kadang bagi pengiktu tidak ada pilihan lain, dengan mengenakan ancaman-ancaman hukuman.

  1. Teknik Human Relation

Teknik ini merupakan proses atau rangkaian  kegiatan memotivasi orang, maksudnya yaitu keseluruhan proses pemberian motif agar orang mau bergerak. Hal-hal yang biasa dijadikan motif yaitu pemenuhan kebutuhan, yang meliputi kebutuhan physis, dan kebutuhan psikologis. Dorongan-dorongan untuk memenuhi kebutuhan tersebut menyebabkan orang-orang bersedia mengikuti pemimpin yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

  1. Teknik menjadi teladan

Teknik menjadi teladan sangat cocok bagi masyarakat Indonesia dewasa ini yang masih berorientasi ke atas. Dengan memberi contoh-contoh, orang-orang yang harus digerakan itu lalu mengikuti apa yang dilihat. Hakekatnya dari pemberian contoh ini diwujudkan dalm dua aspek, yaitu aspek negatif dalam bentuk larangan-larangan atau pantangan-pantangan, dan aspek posotif dalam bentuk anjuran-anjuran atau keharusan-keharusan berbuat. Dalam rangka pemberian teladan maka si pemimpin harus dapat membatasi dan menguasai diri, khususnya tidak menyimpang atau melanggar larangan-larangan dan sebaliknya selalu mematuhi anjuran-anjuran. Dengan demikian orang-orang lalu bersedia mengikuti pemimpin.

  1. Teknik Persuasi dan pemberian perintah

Teknik persuasi atau ajakan menunuuk kepada suatu suasana di mana antara kedudukan pemimpin tidak terdapat batasan-batasan yang jelas. Karena itu dengan persuasi ajakan-ajakan dilakukan dengan lunak sehingga orang-orang yang diajak itu bersedia mengikuti pemimpin dengan kemauan sendiri dan atas tanggung jawab sendiri.

Teknik pemberian perintah, yaitu menyuruh orang yang diberi perintah untuk mematuhi yang memberi perintah melakukan sesuatu. Di belakang perintah terdapat kekuasaan. Kekuasaan adalah wewenang dari yang memerintah ditambah dengan kemampuan memaksakan perintah. oleh karena itu sering kali perintah ini diperluas dengan persuasi, jadi sifatnya campuran.

  1. Teknik penggunaan sistem komunikasi yang cocok

Komunikasi berarti menyampaikan suatu mkasud kepada pihak lain, baik dalam rangka penerangan, persuasu, perintah dan sebgainya. Dalam negara demokrasi seperti negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, komunikasi bersifat dua arah, yaitu Top-Down (dari atas ke bawah), berisi perintah-perintah dan informasi-informasi, dari bawah ke atas (Bottom-Up) berisi laporan-laporan dan saran-saran. Lain daripada itu tentunya masih ada juga komunikasike samping. Sistem komunikasi yang cocok disesuaikan dengan faktor-faktor, seperti; keadaan penerima, alat komunikasi, dan sebagainya. Akhirnya dalam hal komuniksi ini perlu juga dibangun saluran-saluran komuniksai yang jelas dan biasanya mengikuti struktur organisasi.

  1. Teknik penyediaan fasilitas-fasilitas

Apabila sekelompok orang siap untuk mengiktui ajakan si pemimpin, maka orang-orang tersebut harus diberi fasilitas-fasilitas atau kemudahan-kemudahan, adapun beberapa fasilitas antara lain; Kecakapan, Uang, waktu, dan Perangsang.

Kesimpulan

Kepemimpinan dalam pemerintahan yang merupakan salah satu jenis kepemimpinan, ternyata mempunyai kedudukan yang strategis dalam pelaksanakan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan negara dan cita-cita nasional. Dengan memperhatikan berbagai deskripsi tentang kepemimpinan yang ada, maka pada umumnya kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan dan kesanggupan menggerakan orang-orang/pegikut untuk bekerja dan mengarahkan ke tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang merupakan gejala kelompok dalam kepustakaan ilmu administrasi dianggap sebagai inti dari management, berdasarkan alasan bahwa management terutama berhubungan dengan manusia, padahal kepemimpinan berhubungan dengan kemampuan dan kesanggupan menggerkan dan mengarahkan orang-orang/pengikut.

Dalam kepemimpinan banyak teknik yang dapat dikembangkan, tetapi sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat kita dewasa ini, yang masih berorientasi ke atas, maka teknik kepemimpinan dengan pemberian suri tauladan merupakan teknik yang sangat cocok. Lain daripada itu perlu juga dikembangkan gaya kepemimpinan motivasi yang positifdengan memberikan penghargaan kepada yang berhasil, bersamaan dengan gaya partisipasif atau gaya demokratis dengan memberikan kesempatan kepada anak buah untuk berprakarsa dan berparisipasi dalam pengambilan keputusan, dan gaya pengawasan yang berorientasi kpeada fakror-faktor manusia sejalan dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab dari Pancasila.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun