Mohon tunggu...
Putera Lengkong
Putera Lengkong Mohon Tunggu... Coach OLIMPIAN Emas Indonesia di Rio 2016 dan Motivator PARA JUARA -

Putera Lengkong, MBA adalah Mental Coach OLIMPIAN EMAS Indonesia di Rio 2016 dan Motivator PARA JUARA. Pembicara Seminar, Trainer, Mentor, Coach NLP untuk Personal, Team, Business, dan Sport Excellence. Penulis 3 Buku BEST SELLER, 4 CD Audio Laris, dan Business Owner (EO dan training provider, retail, perbankan, developer properti)

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Rahasia Olimpian Emas Indonesia di Rio 2016

1 Februari 2017   20:58 Diperbarui: 26 April 2017   07:00 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Di awal tahun 2017 ketika saya diminta oleh beberapa korporasi untuk membawakan topik tentang Champion Mentality pasangan ganda campuran bulutangkis peraih Olimpian Emas di Rio 2016, saya jadi teringat tentang beberapa tips dan strategi yang saya bagikan saat sesi coaching 3 hari sebelum keberangkatan mereka ke Rio De Janeiro.

Sebelum membagikan tips dan strategi Olimpian Emas Indonesia tersebut, ada baiknya kita pahami bahwa Mental Juara tidak dibangun semalaman, tetapi merupakan proses berkesinambungan (tanpa henti) selama bertahun-tahun memberikan totalitas dan komitmen dalam dirinya untuk mencapainya.

Dari pemahaman tersebut di atas, JUARA bukanlah merupakan suatu hasil akhir tetapi merupakan suatu proses perjalanan untuk terus memberikan yang terbaik dari dirinya: bangkit kembali ketika jatuh, berjuang kembali untuk terus melampaui rekor prestasi pribadinya, komitmen untuk terus memberikan yang terbaik dalam situasi dan kondisi apapun yang dialami.

Saat itu pertengahan 2016, ketika saya teringat bahwa kemungkinan ini akan menjadi Olimpiade yang terakhir bagi Liliyana Natsir (mengingat faktor usia) sehingga saya berinisiatif mengajak bertemu kembali dengan pasangan Juara ini. Sambil memutar otak mencari cara bagaimana bisa memotivasi kembali kedua pasangan Juara ini lewat pendekatan strategi lain yang lebih efektif dan tepat sasaran. Padahal ilmunya ada di depan mata dan sudah saya kuasai. Namanya strategi Coaching.

Coaching berbeda dengan Training, Mentoring, Counseling, Consulting. Empat istilah yang saya sebutkan terakhir bersifat lebih memberitahu, menasehati, mengajarkan antara pengajar dan yang diajar. Sedangkan Coaching menurut definisi ICF (International Coach Federation) adalah kemitraan antara Coach dan Coachee (klien) dalam proses kreatif dan menantang proses berpikir untuk mengilhami coacheememaksimalkan potensi personal dan profesionalnya. Saya tidak mengajarkan mereka tetapi menantang mereka untuk memikirkan sendiri bagaimana cara terbaik untuk mencapai potensi puncak mereka. Tontowi merasa lebih dilibatkan sehingga tidak lagi merasa bahwa ini adalah sekedar nasehat-nasehat teoritis. Dia mulai berinisiatif mengambil tanggung jawab sebagai pelaku untuk mengendalikan pikiran dan tubuhnya.

Berikut adalah gambaran sesi Coaching 3 hari sebelum keberangkatan mereka ke Brasil:

  1. Alasan

Apa alasan kuat mereka harus menjadi Juara? Mengapa harus di event ini? Mengapa mereka harus berusaha dan berlatih lebih keras?

Jawaban-jawaban tersebut adalah sebagai motivasi internal bagi mereka. Kalau mereka memiliki alasannya yang kuat maka mereka akan bergerak dan berjuang untuk mencapainya. Ini berkaitan dengan penting atau tidaknya tujuan mereka tersebut. Juga berkaitan dengan mendesak atau tidaknya untuk mencapai tujuan tersebut. Ketika tujuan ini penting dan mendesak maka mereka akan berjuang mati-matian untuk mencapainya.

Sebaliknya, alasan yang tidak kuat tidak akan memotivasi mereka untuk bergerak. Alasan yang tidak mendesak membuat mereka bisa menunda dan melakukannya di lain kesempatan. Alasan yang tidak penting membuat mereka tidak menempatkan tujuan tersebut sebagai prioritas yang utama. Alhasil dorongan internal tidak akan menggerakkan mereka jika sesuatu alasan tersebut tidak lagi penting dan mendesak.

Mark Spitz, Michael Phelps, Joseph Schooling, Richard Sam Bera adalah segelintir dari deretan nama-nama Juara di kolam renang yang terus memacu dan memotivasi diri untuk melampaui limit karena mempunyai alasan sukses yang sangat kuat.

  1. Visualisasi

Benda di dunia diciptakan 2x. Pertama kali dalam alam pikiran dan yang kedua baru diwujudkan atau direalisasikan. Dengan melakukan visualisasi berarti membiasakan di pikiran mereka bagaimana yang namanya kemenangan itu, bagaimana strategi menghadapi lawan yang berat, bagaimana mencari jalan keluar ketika pukulan salah terus-menerus, dan lain sebagainya. Dengan melakukan ini, mereka membangun koneksi yang kuat antara synaps di saraf mereka agar gerakan-gerakan mereka semakin terlatih, terkoordinasi, dan alami.

Dengan membiasakan mengulang-ulang skenario yang mungkin terjadi maka mereka menjadi lebih siap. Mereka merasa lebih nyaman, ketika merasa nyaman mereka akan lebih santai (tidak terbebani, tidak merasa tertekan) ketika bermain. Bandingkan saja mana yang lebih menenangkan Anda: pergi ke tempat yang belum pernah Anda kunjungi sama sekali ataukah mengunjungi tempat yang sudah sering Anda datangi? Tentu saja yang kedua bukan! Nah fungsi visualisasi adalah untuk membiasakan mereka dengan skenario-skenario tersebut.

Teori MestaKung (Semesta Mendukung) oleh Prof. Yohanes Surya menyatakan bahwa ketika Anda mengirimkan vibrasi ke alam semesta maka alam semesta akan merespon balik dengan vibrasi sejenis. Ketika suatu individu berada pada situasi kritis maka semesta (dalam hal ini sel-sel tubuh, lingkungan, dan segala sesuatu di sekitar dia) akan mendukung dia untuk keluar dari kondisi kritis tersebut asalkan (i) punya tujuan yang penting dan mendesak, (ii) melangkah dengan membuat strategi yang fleksibel untuk mencapai tujuan tersebut, (iii) tekun, berkomitmen, serta disiplin dalam melakukan strategi yang telah dibuat, serta (iv) memiliki faktor spiritual (iman kepada Yang Maha Kuasa).

  1. Fokus

Fokus membantu Anda untuk mengabaikan hal-hal lain yang kurang relevan. Hal-hal tersebut ada di sana tetapi tidak Anda perhatikan lagi. Karena ketika Anda fokus pada suatu hal, Anda akan mengabaikan hal lainnya. Misalnya ketika Anda fokus pada logika maka Anda mulai mengabaikan perasaan. Sebaliknya ketika Anda fokus pada perasaan maka Anda mulai mengabaikan logika. Demikian pula ketika Anda menyukai seseorang maka Anda akan mengabaikan hal-hal yang kurang baik tentang dirinya. Dan ini berlaku sebaliknya.

Fokus yang dimaksud di sini adalah fokus pada perolehan angka demi angka, poin demi poin bukan pada hasil akhir. Ketika fokus pada perolehan poin demi poin secara optimal maka niscaya hasil akhirnya juga akan optimal. Bukankah ratusan langkah dimulai dari 1 langkah pertama seperti pada prinsip Mestakung di atas. Kalau Anda langsung fokus pada ratusan langkah, rasanya sangat berat tetapi ketika Anda fokus pada 1 langkah pertama, lalu 1 langkah berikut, lalu 1 lagi langkah berikutnya maka ini akan lebih menggerakkan dan memotivasi Anda termasuk lebih fokus pada sesuatu hal yang lebih mudah untuk dicapai atau dilakukan.

Demikian pula pasangan ganda campuran Indonesia ini melatih diri untuk mengabaikan hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi mereka, misalnya teriakan riuh suporter, bahasa tubuh lawan yang agresif, ataupun suasana stadium yang tidak mendukung. Bahkan diberitakan Owik tidak sadar ketika sudah menang karena sangat fokus pada perolehan poin demi poin. Memang dalam pertandingan ini mereka terlihat sangat fokus dan konsisten. Pasangan ganda campuran Indonesia ini mampu mencatatkan kemenangan dengan straight-set secara konsisten sejak babak awal dan konsisten menang (tanpa kalah sekalipun) di babak penyisihan. Prestasi yang sangat luar biasa!

  1. Pikiran dan tubuh adalah 1 sistem

Pikiran bisa mempengaruhi tubuh misalnya ketika Anda berpikiran bahwa lawan lebih kuat atau superior maka tubuh akan merespon, misalnya tubuh cenderung menunduk (merasa inferior), keluar keringat dingin, asam lambung meningkat, merasa mual, mules, dan lain sebagainya. Padahal reaksi tubuh ini muncul disebabkan oleh sesuatu yang belum pasti yang Anda munculkan dan persepsikan dalam pikiran Anda. Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad belajar bagaimana cara mengontrol dan mengelola pikiran mereka sehingga pikiran dan tubuh sama-sama konsisten saling mendukung untuk menang.

Sebaliknya tubuh bisa mempengaruhi pikiran. Misal ketika mulut Anda manyun, tangan dilipat di dada, posisi tubuh membungkuk maka Anda akan kesulitan untuk memunculkan gambar-gambar yang menyenangkan dan membahagiakan tetapi mudah untuk memunculkan gambar-gambar yang melankolis atau mengharubiru.

Ketika Anda membuat pose superior maka tubuh akan mengirimkan sinyal ke otak untuk mengeluarkan hormon testoteron yang menstimulasi Anda untuk menjadi lebih percaya diri (hasil penelitian oleh Amy Cuddy, seorang Associate Professor di Harvard Business School pada tahun 2012). Sebaliknya pose inferior menaikkan kadar hormon kortisol (hormon stres) dan menurunkan kadar hormon testoteron. Pose superior dapat Anda tonton kembali pada pasangan Juara ganda campuran Indonesia, mereka terlihat lebih percaya diri, dada membusung, sorot mata yang menatap tajam. Sebaliknya, lawan mereka pasangan Malaysia, Peng Soon – Goh Liu Ying, terlihat lebih inferior, grogi, dan kikuk.

Secara fisik dan skills mereka sudah di atas rata-rata, mereka sudah sangat siap lewat porsi latihan-latihan yang diberikan oleh Pelatih Richard Mainaky dan Nova Widianto. Lewat sesi Coaching, mereka juga sudah melengkapi diri dengan pengetahuan untuk mengatur serta mengelola pikiran dan tubuh agar bisa meningkatkan dan menjaga performa puncak. Mereka telah melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan dan sisanya mereka pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. Mereka membiarkan tangan Tuhan bekerja.

Yang Anda peroleh adalah apa yang Anda percayai!

Hasilnya adalah Emas Olimpiade yang dipersembahkan untuk Indonesia. Gelar ini adalah gelar ketujuh sepanjang sejarah Olimpiade dilangsungkan dan merupakan gelar pertama di kategori ganda campuran Indonesia. Piala ini menyandingkan Butet dan Owik bersama deretan para Juara Emas Olimpiade lainnya, seperti: Alan Budikusuma (1992), Susi Susanti (1992), Rexy Mainaky – Ricky Subagja (1996), Tony Gunawan – Candra Wijaya (2000), Taufik Hidayat (2004), dan Markis Kido – Hendra Setiawan (2008).

Para Juara percaya bahwa mereka mampu menjadi Juara. Mereka berpikiran seperti seorang Juara, memiliki mindset seorang Juara, berperilaku serta bertindak seperti seorang Juara. Apa yang mereka raih adalah apa yang mereka percayai tentang diri mereka!

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita semua untuk terus berjuang dengan penuh disiplin dan komitmen dalam mencapai impian-impian kita. Berpikir Anda bisa atau Anda tidak bisa, dua-duanya Anda benar (menurut Henry Ford). Jadi mana yang mau Anda pilih untuk yakini dalam mencapai impian Anda? Pilihlah dengan bijak!

SUKSES selalu! Salam JUARA!

Putera Lengkong, MBA adalah (mindset) personal coach dari Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad

http://PuteraLengkong.net

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun