Umumnya orang-orang akan menampilkan diri mereka sebagaimana mereka ingin dicitrakan dan tentunya mereka akan menyembunyikan hal-hal tertentu yag tidak ingin publik ketahui karena ditakutkan  hal-hal tersebut akan merusak citra dan peran yang dihadirkan oleh sang aktor. Menurut Ritzer, ada beberapa hal yang disembunyikan. Pertama adalah kebiasaan-kebiasaaan tersembunyi atau secret pleasure, misalnya meminum minuman keras.Â
Kedua adalah kesalahan yang dibuat saat persiapan pertunjukan, atau langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Ketiga adalah aktor mungkin merasa perlu menunjukkan hanya produk akhir dan menyembunyikan proses memproduksinya. Misal pasangan calon yang sebenarnya berasal dari luar daerah tempat dia mencalonkan diri berusaha terlihat seperti sudah lama tinggal dan mengenal budaya di daerah tersebut secara natural.Â
Padahal dirinya mempelajari kultur dan budaya di tempat tersebut secara sengaja dengan waktu yang lama. Keempat adalah mungkin saja aktor menyembunyikan 'kerja kotor' yang dilakukan untuk membuat produk akhir dari khalayak (kerja kotor itu mungkin meliputi tugas-tugas yang secara fisik kotor ataupun semilegal. Kelima, dalam melakukan pertunjukan tertentu, aktor mungkin harus mengabaikan standar lain, misal menyembunyikan hinaan, pelecehan, atau perundingan yang dibuat sehingga pertunjukan dapat berlangsung.
Pada intinya konsep dramaturgi ini menghadirkan pemahaman bahwa dalam tingkah laku masyarakat ibarat seperti pementasan drama yang penuh sandiwara. Tentunya setiap orang ingin memiliki citra sesuai yang diinginkan individu maupun orang di sekitarnya. Hal ini pun tidak terlepas dari aksi kampanye para pasangan calon menjelang Pilkada Serentak 2020.Â
Sudah sepantasnya kita sebagai pemilih menjadi lebih selektif saat memilih pasangan calon yang akan memimpin daerahnya masing-masing. Kecanggihan teknologi dapat membantu kita untuk mencari informasi tambahan mengenai track record para pasangan calon. Jadikan hal ini sebagai pesta demokrasi dan momentum pemerintahan Indonesia ke arah yang lebih baik. Pilih pasangan calon yang memang menujukkan keinginanya membangun daerah dibanding pasangan yang hanya mengandalkan nama mentereng semata. Mari kita rayakan pesta demokrasi dan tetap menjaga protokol kesehatan.
Sumber rujukan
Arif, M Farida. 2014. Dramaturgi Pemilihan Presiden Indonesia 2014. JURNAL
INTERAKSI, Vol 3 No 2,
Griffin, E. (2000). A First Look at Communication Theory, 4th ed. Boston:McGraw
Hil Higher Education.
Ritzer, George. et al (2004) Teori Sosiologi Modern (terj). Jakarta: Prenada Media.