Mohon tunggu...
Frisca Melinda P
Frisca Melinda P Mohon Tunggu... Guru - Penyuka kopi dan penyuka hujan yang mencoba mengurai isi pikiran lewat kata.

Please enjoy my thought trough my poetries and stories.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menanti Sang Senja

8 April 2020   09:15 Diperbarui: 8 April 2020   09:17 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah dua jam hujan datang membasahi kotaku.

Jam dinding kamarku juga sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Apa dikota mu juga hujan sore ini?

Apakah hujannya juga deras, sederas hujan di kotaku?

Kau tau betul aku sangat menyukai hujan kan?

Aku menyukai saat rinainya membasahi tanah dan menimbulkan aroma khasnya.

Aku menyukai suaranya saat jatuh dan membasahi genting rumahku.

Juga rasa dingin yang ditimbulkan karenanya.

Kau juga paham betul bukan kalau aku lebih memilih mandi hujan daripada aku harus memakai payung ataupun jas hujan.

Oooohh..... apa kau tau sekarang aku bukan hanya pecinta hujan tapi aku juga mulai jatuh cinta pada senja.

Yaaa..... Sang senja yang tanpa aku sadari terus menemani hari-hariku.

Yang dengan sabar menungguku pulang setiap sorenya.

Sang senja yang selalu datang tepat waktu dan menemaniku pulang.

Sang senja yang menantiku melewati masa-masa panjang penantianku akan mu.

Masa panjang dimana aku menguras air mata di tengah-tengah hujan.

Sekarang sudah pukul 5.40 sore dan aku masih setia duduk di depan jendela kamarku.

Menanti sang senja yang akan segera datang.

Hujan mu pun sudah mulai mereda, hanya menyisakan rintik-rintik kecil yang masih setia membasahi tanah.

Oooohhh... Lihat!! Senjaku mulai datang.

Dia datang dengan lengkungan indah diwajahnya.

Menorehkan lengkungan oranye pada langit kotaku sore ini.

Kau lihat bahwa dia sangat menawan bukan?

Walaupun rintikmu masih ada tapi dia datang menemuiku.

Dia pantang menyerah bukan?

Aku bahagia karena senjaku datang lagi hari ini.

Akan kuberikan senyuman terindah di wajahku.

Senyuman yang sebelumnya sempat memudar sebelum aku mengenal senjaku.

Wahai senja... Taukah kau bahwa aku menunggumu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun