Karya-karya sejarah di perguruan tinggi hingga buku pelajaran sejarah di sekolah menengah pun mulai didominasi oleh pendekatan Indonesiasentris ini.
Dari Indonesia ke Nasional
Pandangan esensialis Mohammad Ali dan Sartono Kartodirdjo tentang realitas "Indonesia" menjadi ciri khas historiografi Indonesia selama dua dekade tersebut.
Namun, seiring waktu, muncul masalah tak terduga. Sejarah Indonesia mulai terlihat sangat politis, tunggal, dan berpusat pada kelompok elit.
Hal ini terjadi ketika perspektif Indonesiasentris diambil dan disesuaikan dengan kepentingan rezim Orde Baru di bawah Soeharto.Â
Politisasi sejarah melalui wacana nasionalisme tidak hanya menjadi ciri utama dalam penulisan sejarah, tetapi juga menjadi aturan yang mengarahkan siapa saja yang ingin menyusun dan menceritakan kembali sejarah Indonesia.
Penulisan ulang peristiwa masa lalu oleh sejarawan atau peneliti, meskipun bernilai intelektual dan historis, tetap harus mengikuti bahasa dan interpretasi yang ditetapkan oleh Orde Baru.Â
Akibatnya, kajian sejarah Indonesia menjadi sangat terbatas dan sempit.
Dari Nasional ke Pasca-Nasional
Buku ini membahas bagaimana sejarawan berusaha melihat dan menjelaskan revolusi Indonesia di tengah dominasi pandangan politik militer.Â
Fokusnya adalah pada kekuatan yang percaya bahwa sejarah revolusi harus menonjolkan semangat perjuangan, solidaritas, dan peran penting tentara.
Dalam pandangan politik militer, revolusi dianggap sebagai cara utama untuk mendapatkan dan menjaga kemerdekaan politik Indonesia 1945.Â
Sejarahnya digambarkan sebagai perang antara tentara Indonesia melawan tentara penjajah, dengan penekanan pada keunggulan perjuangan dan peran penting tentara republik.