Mohon tunggu...
Puspo Lolailik Suprapto
Puspo Lolailik Suprapto Mohon Tunggu... Lainnya - Esais/Bookstagrammer

Nulis apa saja :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kumon: Antara Prestise dan Trauma, Menimbang Kesesuaian Metode Belajar untuk Setiap Anak

19 Agustus 2024   05:44 Diperbarui: 19 Agustus 2024   07:07 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persaingan di dunia pendidikan yang semakin ketat membuat orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Salah satu caranya adalah dengan mendaftarkan mereka ke tempat les Kumon.

Tempat les asal Jepang ini sangat terkenal di Indonesia, tidak hanya karena kurikulumnya yang unik dan terbukti efektif, tetapi juga karena sudah ada sejak tahun 90-an, sehingga sudah sangat dikenal oleh masyarakat.

Selama bertahun-tahun, Kumon telah dikenal baik oleh para orang tua. 

Namun, bagi sebagian murid, tempat les ini justru menjadi sesuatu yang menakutkan. 

Bukan karena fasilitas atau kualitas pengajarannya, tetapi karena mereka merasa dipaksa ikut. 

Ternyata, banyak murid yang ikut les di Kumon hanya karena orang tua mereka terlalu bersemangat mendaftarkan mereka.

Tempat Les yang Menjadi Sesuatu yang Menakutkan Bagi Banyak Anak

Saya sering mendengar anak-anak yang mengaku trauma setelah ikut les Kumon.

Bahkan, karena tempat les ini sudah begitu menakutkan bagi sebagian orang, sampai-sampai muncul meme lucu tentang logo Kumon. 

Meme Kumon | Sumber: x.com/tang__kira
Meme Kumon | Sumber: x.com/tang__kira

Bagi yang belum tahu, logonya adalah tulisan Kumon dengan gambar wajah datar di huruf "O". 

Ada warganet yang mengatakan bahwa wajah datar itu menggambarkan murid yang tertekan karena terlalu banyak PR.

Kata Netizen Tentang Logo Kumon | Sumber: x.com/norenbliss
Kata Netizen Tentang Logo Kumon | Sumber: x.com/norenbliss

Setelah ditelusuri, trauma ikut Kumon ternyata bukan karena PR yang banyak atau hal-hal terkait belajar mengajar. 

Kebanyakan anak-anak merasa Kumon menakutkan karena mereka dipaksa ikut oleh orang tuanya.

Saya berpikir, tidak heran mereka begitu kesal dengan Kumon. Ternyata, sejak awal mereka sudah terpaksa ikut. 

Percayalah, apa pun yang dimulai dengan paksaan hanya akan membawa dampak negatif, terutama bagi anak-anak. 

Akibatnya, kemampuan belajar mereka tidak akan berkembang dengan baik karena mereka tidak menikmati prosesnya.

Meskipun kurikulum, pengajar, dan fasilitas di Kumon sebaik apa pun, jika muridnya terpaksa ikut dan tidak merasa senang, hasilnya tidak akan maksimal. Bahkan, bisa jadi malah menurun.

Setiap Anak Itu Unik, dan Tidak Semua Cocok dengan Metode Belajar di Kumon

Saya yakin sekali setiap anak memiliki gaya belajar dan kemampuan yang berbeda-beda. 

Keistimewaan Metode Kumon | Sumber: Facebook.com/KumonCutNyakDien
Keistimewaan Metode Kumon | Sumber: Facebook.com/KumonCutNyakDien

Metode Kumon yang menekankan pendekatan terstruktur dan berkelanjutan mungkin cocok untuk beberapa anak. 

Namun, banyak juga yang membutuhkan cara belajar yang lebih fleksibel atau bimbingan yang lebih intensif. 

Setiap anak itu unik dan tidak bisa disamakan begitu saja.

Itu baru soal cara belajar, belum lagi soal minat dan bakat. 

Mungkin saja seorang anak tidak menonjol dalam hal akademis, tetapi punya keunggulan di bidang lain. 

Inilah yang perlu lebih dipahami oleh para orang tua. 

Jangan memaksakan anak untuk unggul dalam hal-hal yang bukan minat dan bakatnya, karena bisa membuat anak frustasi.

Para Orang tua Sebaiknya Mencoba Program Trial Terlebih Dahulu

Saya paham bahwa orang tua ingin memberikan yang terbaik untuk anak mereka, dan mendaftarkan anak ke Kumon adalah salah satunya. 

Kadang, keinginan ini muncul karena tekanan dari orang tua lain yang juga mendaftarkan anak mereka ke sana. 

Ketika kondisi sosial sudah terlibat, sulit untuk menghindarinya. 

Bahkan jika orang tua tahu anaknya tidak berbakat di bidang akademis, mereka tetap akan mendaftarkan anaknya.

Oleh sebab itu, saya sarankan orang tua untuk mencoba program trial class dari Kumon. 

Sayangnya, banyak orang tua yang tidak tahu tentang program ini. 

Trial Class Kumon | Sumber: Facebook.com/Kumon Mekar Wangi
Trial Class Kumon | Sumber: Facebook.com/Kumon Mekar Wangi

Kumon menawarkan trial class gratis yang bisa diikuti oleh semua anak. 

Kelas ini bertujuan agar anak dan orang tua bisa memahami bakat dan metode belajar anak. 

Setelah mengikuti kelas ini, baru bisa memutuskan apakah akan melanjutkan pendaftaran di Kumon atau tidak.

Kelas uji coba ini terbuka untuk umum dan tidak memerlukan pendaftaran. Trial class diadakan dua kali dalam seminggu. 

Selama kelas ini, anak bisa memberikan pendapat tentang kenyamanan belajar di Kumon.

Kumon memang berkualitas dengan metode belajar yang terbukti efektif dan dapat melatih kedisiplinan. 

Namun, tidak semua anak cocok dengan metode ini. 

Oleh karena itu, orang tua harus bisa memahami minat dan bakat anak untuk membuat keputusan yang tepat, bukan hanya berdasarkan gengsi, tetapi sesuai dengan kebutuhan anak.

Referensi :

1. https://www.instagram.com/p/C-uMCIzvm8I/?igsh=MWxvdmJ6OXJ1dHQ1dQ==

2. https://x.com/tang__kira/status/1776593692867858791

3. https://x.com/norenbliss/status/1435578066202365955

4. https://www.facebook.com/story.php/?story_fbid=2336261496402785&id=100063696967254&locale=el_GR

5. https://www.facebook.com/kumonmekarwangibandung/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun