Bagi yang belum tahu, logonya adalah tulisan Kumon dengan gambar wajah datar di huruf "O".Â
Ada warganet yang mengatakan bahwa wajah datar itu menggambarkan murid yang tertekan karena terlalu banyak PR.
Setelah ditelusuri, trauma ikut Kumon ternyata bukan karena PR yang banyak atau hal-hal terkait belajar mengajar.Â
Kebanyakan anak-anak merasa Kumon menakutkan karena mereka dipaksa ikut oleh orang tuanya.
Saya berpikir, tidak heran mereka begitu kesal dengan Kumon. Ternyata, sejak awal mereka sudah terpaksa ikut.Â
Percayalah, apa pun yang dimulai dengan paksaan hanya akan membawa dampak negatif, terutama bagi anak-anak.Â
Akibatnya, kemampuan belajar mereka tidak akan berkembang dengan baik karena mereka tidak menikmati prosesnya.
Meskipun kurikulum, pengajar, dan fasilitas di Kumon sebaik apa pun, jika muridnya terpaksa ikut dan tidak merasa senang, hasilnya tidak akan maksimal. Bahkan, bisa jadi malah menurun.
Setiap Anak Itu Unik, dan Tidak Semua Cocok dengan Metode Belajar di Kumon
Saya yakin sekali setiap anak memiliki gaya belajar dan kemampuan yang berbeda-beda.Â