Empat tahun kemudian, momen ini seakan-akan mengingatkan kita pada situasi politik pilpres Amerika Serikat 2024.Â
Setelah memutuskan mundur dari pencalonan, Presiden ke-46 Amerika Serikat, Biden, mengumumkan dukungannya untuk Kamala sebagai capres dari Partai Demokrat.
Padahal, ada beberapa nama potensial lain yang juga muncul, termasuk Michelle Obama, istri Presiden ke-44 Barack Obama, yang menurut survei bisa mengalahkan Donald Trump.
Lantas, kenapa Biden memilih Kamala? Apakah ada strategi politik di baliknya, yang mirip dengan yang sering terjadi di politik Indonesia?
Kamala Harris, Pilihan Biden pada Tahun 2020
Sebelumnya, hubungan antara Biden dan Kamala tidaklah selalu berjalan dengan lancar.
Kamala pernah mengkritik Biden pada tahun 2019.
Dalam debat calon presiden Partai Demokrat pada Juni 2019, Biden berhadapan dengan beberapa kandidat, termasuk Kamala dan Bernie Sanders.
Saat itu, Kamala mengkritik Biden, karena pernah bekerja sama dengan politisi yang mendukung segregasi rasial.Â
Seketika, kritik ini menuai keraguan tentang komitmen Biden terhadap kesetaraan ras dan etnis, terutama karena kelompok non-putih adalah basis dukungan utama dari Partai Demokrat.
Kritik Kamala terhadap Biden menjadi catatan buruk saat Biden memenangkan nominasi Partai Demokrat pada tahun 2020.Â
Namun, meski ada kandidat potensial lain, seperti Elizabeth Warren dan Susan Rice, Biden tetap memilih Kamala sebagai cawapresnya.