Petra, yang terletak di bagian barat Yordania, adalah salah satu situs warisan dunia yang diakui oleh UNESCO. Selain itu, Petra juga dinobatkan sebagai salah satu dari tujuh keajaiban dunia pada tanggal 7 Juli 2007.
Petra adalah pusat kerajaan Arab pada zaman Yunani Helenistik dan Romawi. Reruntuhan kota ini terletak di barat daya Yordania.
Petra dianggap sebagai salah satu keajaiban dunia karena kota ini dipahat dari tebing batu pasir berwarna kemerahan. Karena itu, Petra dikenal sebagai Rose City atau Kota Mawar.
Sejarah Kota PetraÂ
Menurut History dan Britannica, Petra telah dihuni oleh penduduk setempat sejak tahun 1200 SM. Berabad-abad kemudian, suku Nabatea dari Arab menjadikan Petra sebagai ibu kota kerajaan mereka. Suku ini sering dianggap sebagai penduduk asli yang membangun Petra menjadi kota megah seperti yang kita kenal sekarang.
Teknologi Air Petra
Petra terletak di daerah gurun yang sering mengalami banjir, yang merupakan tantangan besar bagi penduduknya pada masa lampau.
Suku Nabatea membuat saluran air dan bendungan untuk menampung air hujan. Ini memungkinkan penduduk Petra untuk memiliki pasokan air sepanjang tahun berkat sistem yang mereka bangun.
Banjir diatur dengan menggunakan bendungan untuk menampung air banjir. Sistem ini juga meningkatkan hasil pertanian suku Nabatea secara signifikan.
Masa Kejayaan Petra
Ketika suku Nabatea tinggal di Petra, kota ini menjadi pusat perdagangan rempah. Pedagang dari China, Mesir, Yunani, dan India berdagang di sini. Karena aktivitas perdagangan yang ramai, banyak orang menetap di Petra hingga populasinya mencapai 30.000 jiwa.
Pada tahun 106 M, Romawi mengambil alih Petra dan menjadikannya bagian dari wilayah mereka. Petra tetap makmur selama 250 tahun, namun terjadi insiden gempa besar kemudian merusak kota ini.
Setelah itu, orang Byzantium menguasai Petra. Banyak bangunan diubah menjadi gereja, yang masih ada sampai sekarang, salah satunya adalah Al-Dayr.
Perubahan kekuasaan yang sering terjadi di Petra membuat kota ini dipenuhi berbagai gaya arsitektur, masing-masing dengan sejarah dan kepercayaan yang berbeda. Inilah yang membuat Petra unik.
Penemuan Petra di Era Modern
Setelah jalur perdagangan berubah, penduduk meninggalkan Petra. Pada sekitar abad ke-8 M, Petra hanya digunakan sebagai tempat tinggal sementara oleh pedagang dan penggembala nomaden.
Pada tahun 1812, Johann Ludwig Burckhardt menemukan reruntuhan Petra yang istimewa. Lebih dari seratus tahun kemudian, mulai dilakukan proyek penggalian untuk memulihkan Petra, dimulai pada tahun 1929.
Selama beberapa dekade berikutnya, banyak peninggalan bersejarah ditemukan di wilayah Petra. Sebagai contoh, teks berbahasa Yunani dari era Byzantium. Juga ditemukan struktur arsitektur besar yang terkubur di bawah pasir.
Petra diakui sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada tahun 1985. Pada waktu itu, dilakukan penggusuran terhadap suku nomaden Petra Bedouin yang tinggal di sana.
Akhirnya, Petra diangkat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia baru. Pengakuan ini meningkatkan pariwisata di Petra dan daerah sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H