Segala hal dalam hidupnya dirampas oleh keluarga dan masyarakat hingga sengaja dipinggirkan dari tatanan sosial. Namun, ialah pewaris dunia ketiga, dunia penuh solidaritas merangkul sesama, mendirikan komunitas transpuan dan aktif di kegiatan pengajian.Â
Kami bertahan dan menabuh genderang. - hal: 267.
Seluruh cerita dalam prosa ini tersusun dari berbagai mitos yang tumbuh di masyarakat Indonesia, praktik keagamaan, dan motif-motif yang tersembunyi di balik tindakan-tindakan keagamaan. Penyampaian ini dibuat melalui berbagai gaya penceritaan, termasuk dari premis cerita, surat-surat, hingga pertunjukan dongeng di panggung.
Cara pencerita melompat dari satu cerita ke cerita lainnya tanpa jejak adalah keunggulan dan juga kelemahan dalam novel ini. Keterampilan melompat yang rumit dan sulit diikuti membuatnya menjadi tantangan bagi pembaca untuk tetap terhubung atau tersesat dalam alur penceritaan yang berliku. Pembaca perlu membaca dengan penuh perhatian dan kepandaian untuk mengikuti dengan baik.
Selanjutnya, kekurangan sosok yang sempurna, keutuhan dalam karakter dalam novel ini, menjadi hal yang paling mencolok. Setiap tokoh dalam novel ini menunjukkan sisi-sisi keburukannya dan memperlihatkan segala kecacatan dalam diri mereka. Mereka telah kehilangan sesuatu, baik oleh keluarga maupun masyarakat. Dunia ini bekerja dengan cara yang demikian; tidak pernah ada yang benar-benar sempurna.
Identitas BukuÂ
Judul: Buku: Malam: Seribu Jahanam
Penulis: Intan Paramaditha
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: Pertama, Juni 2023
Tebal: 362 halaman
Ukuran: 13,5 x 20 cm
ISBN: 978-602-06-7144-4