Begitulah perjalanan Maya. Dia terus berlayar dari satu negara ke negara lain dengan membawa buku dan tulisannya.
Maya menemukan kebebasan dengan menetapkan rumah. Dia menetap di rumah Mutiara, perahunya berlabuh dan dia mengambil peran sebagai penjaga bagi yang lainnya.
Annisa, anak ketiga. Bagaimanapun Annisa anak papa. Kesayangan papa. - hal: 298.
Terakhir ada seorang putri yang sangat cantik dan penuh cinta, dia menjadi pengantin yang paling indah dan merasakan penuh kasih dalam hidupnya. Dia menginginkan segala sesuatu yang utuh, termasuk cinta yang tulus dalam hatinya. Dia adalah Annisa.
Annisa memilih untuk membebaskan diri dengan mengubah identitasnya menjadi seorang teroris. Dengan membawa bom di pinggangnya, dia meledakkan dirinya sendiri bersama suami dan dua anaknya. Annisa mengambil keputusan untuk tidak lagi mematuhi aturan dan ekspektasi keluarganya, tidak lagi menjadi putri yang taat, yang penuh kasih dari keluarga atau seorang pengantin.Â
Bagi Annisa, cinta sejati hanya milik Allah ...., bukan milik keluarga. - hal: 298.
Annisa menentukan nasibnya sendiri yang tidak terikat pada keluarga. Dia mengubah pandangan yang keluarganya gambarkan padanya dan itu adalah bentuk pembebasan dirinya.
Namun, ada seorang gadis yang terlupakan. Dia tumbuh sebagai minoritas, namun tak terbatas, yang bernama Rosalinda. Dia yang sekarang bernama Rohadi, adalah anak dari pembantu di rumah Victoria. Setelah mengalami fitnah dari Annisa dan ayahnya, Rohadi memutuskan untuk membebaskan diri. Dia menjadi seorang transpuan dan menjelajah ke Jakarta, Yogyakarta, hingga Sydney.
Dia melanjutkan pendidikannya, menjadi seniman, dan pendongeng. Dia adalah seorang gadis yang terlupakan dan menjadi individu yang tidak terbatas; mengambil peran sebagai penjaga, pengelana, dan pengantin dalam hidupnya.
Karya-karya Intan Paramaditha tidak hanya mengulas topik feminis, isu-isu sosial politik yang terkait dengan tubuh, seksualitas, dan kekerasan yang dialami perempuan, serta cerita-cerita Islami, mitos Nusantara, dan dongeng-dongeng yang gelap. Dalam novel ini, dia juga mengangkat tema tentang keinginan untuk meraih kebebasan dan suara-suara yang sering kali terlupakan, terpinggirkan, dan dilupakan orang.
Kisah Rosalinda (Rohadi) sebagai seorang transpuan, mewakili suara dari mereka yang menjadi minoritas, dan mengalami berbagai liku kehidupan yang dipengaruhi oleh takdir yang tak terduga.