Mohon tunggu...
Puspito Rahman
Puspito Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mari Menulis

Pelajar ~ EO | Volunteer | Socialprenenur | Sipil (Rakyat biasa) dalam proses belajar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bulan Ramadan 2021, Berawal dari Niat Ucil, Bekerja untuk Bersedekah

15 April 2021   23:25 Diperbarui: 15 April 2021   23:39 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

 Ucil, nama panggilan khas yang diberikan oleh orang sekitarnya. Tubuhnya terbilang ideal seperti laki-laki dewasa berusia 22 tahun, tidak kurus apa lagi gemuk. Sebutan ucil ini bukan tanpa musabab tak jelas, kelincahannya berfikir dan bertindak layaknya tokoh kancil dalam dongeng masa kecil yang sering kita dengar, hingga orang sekitarnya, mengultuskan ia dengan pelesetan nama ucil.

Kelincahan bertindak dan berfikir ucil, yang tidak awam bagi pemuda 22 tahun, tidak lepas dari kondisi hidup dan fasilitas yang serba terbatas, ia tertutup jika membicarakan soal keluarga. Sederhana sekali saat berpakaian, bahkan sangking sederhananya, teman satu kos selalu ingat hari ini, besok dan lusa kemungkinan ucil akan menggunanakan pakian apa, selalu tepat ditebak mereka. Candaan yang bermakna satire, tak banyak ia pusingkan. Tertawa lepas, respon pertama yang sering ia berikan. "hidup emang keras, jangan lupa tertawa" celetukan yang sering ia katakan. Kebiasaan, sikap hingga ucapannya, membekas hingga tertanam dalam memori orang yang mengenalnya, "unik", kami sering menggambarkan kepribadian si ucil.

Keunikan karakter,  memberikan kesan hingga ke tetangga kos. Seringkali sanak saudara penghuni kos, yang ingin berkunjung untuk melepas rindu, kami beri alamat nama tujuan 'Kos ucil', untuk menjamin mereka yang ingin berkunjung tidak tersesat masuk gang-gang yang cukup rumit, walaupun menggunakan google maps sekalipun, sangking rumitnya bahkan penghuni kos baru, seringkali tersesat, untuk mengatasinya cukup mudah, kami menggunakan nama kos ucil sebagai tujuan alamat.                

Sangking terkenalnya nama ucil, ya walaupun, masih banyak warga yang mengenal nama kos ucil, tapi tidak tahu yang mana orangnya. Pandangan ini banyak berubah, setelah saya mengenal ucil lewat kesehariannya. Saban hari senin, rabu dan jumat, ucil sering berkeliling di rumah-rumah warga kampung. Layaknya tim sensus, ucil lebih dekat dan dikenal dikalangan warga prasejahtera (baca. miskin). Entah apa tujuannya, mungkin ini yang dia maksudkan untuk berkunjung "menafkahi tidak untuk menikahi, kalau tidak bisa menolong setidaknya meringankan"

Kos kami terbilang cukup murah. Jika dibandingkan dengan kosan yang ada di sekitar daerah kampus. Mungkin letak rumahnya yang melewati kerumitan gang, akibatnya harganya miring. Untuk sampai ke kos, perlu melewati 4 simpang gang, jika salah memutuskan bakal ketemu di gang buntu.

Pertemuan kami tanpa disengaja, kampus kami berbeda begitu juga dengan jurusan yang kami tekuni. Berawal di akhir tahun 2019, masih ingat betul, awal kami kenal saat pergi ke masjid menjelang sholat maghrib. Layaknya percakapan orang pertama kali kenal, kami saling bertanya asal tempat tinggal, kampus hingga apapun yang dapat kami bahas.

Kekompakan kami untuk saling mengenal satu sama lain dari penghuni kos terjaga dengan baik, tidak hanya dengan ucil saja, hingga kami mulai membiasakan diri saat bulan ramadan 2020. Waktu menjelang buka puasa, bergegaslah, pergi ke masjid untuk mencari takjil gratisan yang diberikan, dari es buah, nasi hingga jajanan pasar hampir setiap hari disediakan gratis saat berbuka saja, harapan kami jika memungkin saat sahur juga akan lebih baik. Hehe memang indah, masa sebelum wabah pandemi covid-19, separah saat ini.

Ramadan tahun ini, 2021, sangat berbeda dari tahun sebelumnya, selain pembatasan yang diberlakukan dengan hanya menyediakan ruang untuk jamaah 50% dari kuota ruangan, memakai masker dan mencuci tangan yang sudah menjadi kewajiban. Ada penghentian kegiatan yang lebih memilukan, Buka puasa bersama di masjid, sekarang di tiadakan.

Harapan bisa buka bersama secara gratis, kini sudah dihentikan, akibat dari pandemi yang masih mewabah. Tentunya bagi kalangan fakir miskin, berkah ramadan dengan buka bersama, yang di rasakan tiap tahunnya, tidak bisa di harapkan kembali. Entah berharap atau cemas, semua berampur aduk, harus terus dilalui setiap harinya. Begitu rasa yang menghampiri mereka setiap harinya.

Pentingnya sikap adaptasi dalam segala kondisi, wajib di lakukan, entah dari kalangan kaya, terpelajar, pengusaha, fakir miskin sekalipun. Keterampilan beradaptasi, wajib di terapkan di masa pandemi yang masih mewabah ini. 

Tahun 2020 kemarin, saat kami penghuni kos, makin sering beraktivitas bersama karena kegiatan tatap muka, beralih online hingga banyak kegiatan di kos. Dulu tanpa disadari kami sering berdiskusi, setidaknya hampir 3 kali dalam seminggu, untuk menyoalkan penghematan. Buah dari diskusi, kami lalui tanpa kita sadari ialah skill untuk beradaptasi di masa pandemi saat ini.

Skill Manajemen waktu, manajemen waktu kami atur, Sebab menjaga kebersihan kamar mandi yang semula jadwal piket sudah sesuai kami ubah kembali. Saat berpuasa sekalipun, kami sering melakukan jadwal untuk membangunkan saat sahur. Dulu, memang kami sering menggunakan fungsi alarm dan label di telepon genggam.

Skill Memasak, awal pertama kali memasak kami maksimalkan penggunaan youtube banyak sekali tutorial menu masakan yang ingin dibuat. Jikapun ada tahapan masak yang membingungkan, bisa di akses lewat website yang sudah banyak memberikan petunjuk memasaknya.

Skill manajemen keuangan, terakhir skill mengatur keuangan, jadi sangat penting, sebab semua alat tukar di lakukan dengan uang. Jikapun masih belum pintar mengumpulkan uang, setidaknya harus cermat saat melakukan pengeluaran. Begitu juga dalam pencatatannya, kami catat di aplikasi android catatan keuangan.

Ketiga skill manajemen, yang tanpa kami sadari, telah dilatih di tahun 2020 saat masih kos bersama, wajib kembali untuk di asah. Walaupun kondisi yang berbeda, dimana kami sudah tidak dalam hunian satu kos, kebanyakan dari kami telah kembali ke kampung halaman.

Tidak menutup kemungkinan ketiga skill yang terlatih, harus terus di asah. Sebab badai pandemi masih mewabah. Beberapa bulan lalu, diawal tahun 2021. Ucil sempat menanyakan kabarku, alhamdulilah semua masih dalam kondisi sehat dan selamat. Namun ada yang berbeda, berulang kali ucil mengingatkan sudah waktunya menjadi socialpreneur.

Akronim dari social entrepeneur, "kalau ingin meningkatkan kondisi sosial sekitar kita, jikapun hanya untuk meringankan beban mereka, kembalilah didukung dengan entrepeneur"... Sedikit sekali maksud yang aku terima, ia melanjutkan pemaknaannya 

"kembangkanlah skill memasakmu yang dulu, berjualanlah di masa pandemi. Baik keuntungan atau rencana promo program promosi, usahakan perhitungkan disetiap berapa jumlah menu yang terjual, prioritaskan untuk mereka yang saat ini membutuhkan makan. Penutupan masjid untuk berbuka bersama setidaknya tidak menutup perbuatan kita untuk terus berbuat baik". Dalam mengobrol kami sering membicarakan tema apapun yang ingin kami bahas, entah kebetulan atau tidak, ramadhan tahun ini mampu menjadi momentum socialpreneur, bagi siapapun.

Kembali mengasah skill, yang dulu pernah dilatih karena ketidak sengajaan akibat dari kebutuhan yang mendesak. Bulan ramadan tahun ini, cukup relevan untuk kembali di asah. Petunjuk manajemen, tutorial melaksanakan semua sudah tersedia baik di platform youtube, ataupun website.

Kisah hidup kami, memang biasa seperti orang pada umumnya. Namun, pemikiran ucil, memang patut dianggap luar biasa. Saat ini, tidak menutup kemungkinan ada saudara kita baik seiman atau saudara kemanusian, yang untuk menutupi kebutuhan makan saja mereka habiskan dari hasil pendapatan harian mereka, yang memungkin habis saat itu juga.

Berawal dari niat, juga diakhiri dengan doa. Mengasah skill sekaligus bersedekah, memungkinkan untuk dilalui. Kesamaan cerita hidup, mungkin bukti kesamaan bahwa kita memang perlu memperhatikan sekeliling kita di masa pandemi.

Jika ada kesalahan, mohon di maafkan seperti layaknya motto hidup, 'sebab kami masih belajar dan terus belajar' ..

Terima kasih telah menyempatkan membaca, mari berfollowan..  Selamat beraktivitas...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun