Pandemi, jika masih terus berkutat pada pembatasan dan kekurangannya akan terus merasa berkekurangan. Namun, di luar rumah kita, masih ada yang hanya untuk makan saja, dengan harapan bisa buka bersama di masjid harus pupus di tengah jalan, entah apa yang mau dimakan. Memberi ikan, siap untuk di makan, bisa sangat relevan pada mereka yang memang masih kebingungan untuk memasaknya.Â
Jika indikasi mereka yang membutuhkan ikan, bisa distandarkan, untuk mereka yang mengais rongsokan, apalagi mereka yang mengemis sekalipun. Bukan hal yang salah, jika diberikan kail sekalipun, namun ada kelanjutan untuk memberi pancing dan mengajak atau bahkan mendampingi mereka memancing hingga mendapatkan ikan.
Barangkali salah satu yang membutuhkan ikan, ada dan tidak jauh dari rumah kita. Tetangga, seringkali mereka sengaja diam, malu, menyembunyikan atau bahkan menutupi kekurangannya supaya tidak merepotkan.
Saudara bukan sedarah atau keluarga, tapi mereka cepat tahu, lebih dulu dari keluarga dan sering kali juga di repotkan pertama, ketimbang keluarga yang memang kondisi rumahnya jauh dari kit, begitu tetangga seringkali diartikan. Bersilaturahmi ke tetangga tetap mematuhi protokol, bukan kesalahan atau dosa besar pula.
Akan lebih memilukan, apabila salah satu tetangga ada yang harus kelaparan, bahkan hingga merenggut nyawa akibat kelaparan, tahun lalu kisah ibu meninggal akibat kelaparan di kota serang menjadi viral di sosial media.Â
Pelajaran berharga tahun lalu, untuk tahun ini, mengingat kondisinya tetap sama dalam badai pandemi covid-19, namun setiap keluarga dalam kondisi kapal yang berbeda. Memang benar momen bulan ramadan, sebagai momentum kembali untuk bersilaturahmi sekadar untuk menyapa kondisi dan kabar juga perlu untuk dilakukan. Bukan hanya tahu kondisi mereka, mereka juga mengerti kondisi kita, untuk keadaan yang memungkinkan terjadi.
Perbedaan kondisi kapal yang sudah di sadari oleh setiap muslim, hingga menyadari memberikan bantuan yang tepat, bukan lagi meributkan, untuk memberikan pancing, atau kail bahkan masih menimbang-nimbang untuk berbagi ikan sekalipun.Â
Sudah sepantasnya keberkahan ramadan mampu di rasakan seluruh penumpang, bahkan layak menjadi contoh untuk penumpang kapal lain.Â
Keberkahan bulan ramadan, dengan perasaan damai yang menyelimuti, barangkali berkah doa, perjuangan mereka di sepertiga malam, mereka yang tertolong, sedang dan telah khusyuknya berdoa untuk keselamatan seluruh penumpang kapal, kapal apapun, agar selamat mengarungi badai. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H