Mohon tunggu...
Puspita Zahra Arimurti
Puspita Zahra Arimurti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi Universitas Tarumanagara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengenal Lebih Dalam terkait Perkembangan Karier menuju Jenjang SMA

9 Mei 2022   16:30 Diperbarui: 3 Juli 2022   15:45 1548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perkembangan karier siswa di sekolah (Sumber: www.kemdikbud.go.id)

Oleh: Puspita Zahra Arimurti (Mahasiswa S1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara) | Rahmah Hastuti, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara)

Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan jenjang pada saat siswa sedang berada di antara masa anak-anak menuju dewasa dan mulai berada pada posisi ambisius, sehingga pribadi siswa dapat terbentuk dari periode sebelumnya agar dapat menjadi pribadi yang spiritual dan humanis. 

SMP dapat terbilang ke dalam jenjang pendidikan tersulit dan pada periode SMP pula dapat menjadi periode penyempurna serta pelengkap dari pendidikan Sekolah Dasar (SD), sehingga dalam konteks pencapaian dan tujuan pendidikan, SMP masih termasuk ke dalam kategori pendidikan dasar. Siswa yang sedang menduduki bangku kelas 9 membutuhkan persiapan untuk menuju ke jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA).

Lalu, persiapan apa saja sih yang dibutuhkan?

Persiapan yang dibutuhkan oleh siswa kelas 9 dapat berupa yang pertama, yaitu menumbuhkan kemampuan belajar melalui pemahaman materi. Kedua, meningkatkan rasa semangat dalam melakukan kegiatan sesuai dengan potensinya. Ketiga, mengembangkan prestasi yang sesuai dengan bakat dan minat. Dan keempat, mempersiapkan dalam penentuan pilihan karier terhadap jalur pendidikan yang akan ditempuhinya di masa depan. 

Bandura (1997) menyatakan bahwa dalam proses penentuan pilihan karier membutuhkan persiapan untuk mengembangkan dalam penentuan aspek.

Keputusan awal yang dibuat pada masa remaja membutuhkan sebuah pengembangan dan perencanaan diri terkait keputusan karier meskipun keputusan akhir dalam penentuan karier tidak seutuhnya dibuat pada masa remaja (Super, 1980, dalam Wallace-Broscious et al., 1994). 

Karier merupakan suatu cara yang dapat dilakukan seseorang untuk kemajuan hidupnya yang saling berhubungan dalam berbagai rangkaian aktivitas pekerjaan, seperti sikap, kemampuan, kebutuhan, aspirasi, perilaku, dan cita-cita yang dapat menjadikan seseorang untuk mengembangkan hidupnya sendiri (the span of one’s life) (Murray, 1983). 

Pemilihan karier adalah berbagai aspek baik yang berhubungan dalam proses kehidupan seorang individu yang meliputi sikap, minat, kognitif, nilai, dan kepribadian maupun yang berhubungan dalam suatu komunitas, seperti pembinaan sekolah, pola asuh orang tua, dan pengaruh teman serta masyarakat. 

Sears (1982) menyatakan bahwa perkembangan karier merupakan susunan total dari berbagai faktor yang dapat menciptakan karier di dalam hidup seorang individu yang meliputi faktor fisik, psikologis, pendidikan, sosial, ekonomi, dan sosiologis serta termasuk ke dalam proses penting dalam kehidupan seorang individu. 

Heidegger, dalam Lapan (2004) mendefinisikan perkembangan karier merupakan suatu keterampilan yang terdapat di dalam masa remaja yang dapat digabungkan dalam hal proses belajar di kehidupan sehari-hari. 

Dalam proses persiapan dan pemilihan karier yang ditujukan pada siswa kelas 9 untuk jenjang pendidikan berikutnya dibutuhkan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada para siswa.

Lalu, apa saja sih langkah-langkah yang dibutuhkan?

Pertama, dapat diberikan materi bahan ajar mengenai cita-cita dan karier. Kedua, dapat diberikan kuis mengenai pemilihan karier sesuai kepribadian. Dan ketiga, dapat diberikan permainan menulis cita-cita di papan tulis yang dilakukan di dalam kelas. 

Tujuan diberikannya langkah-langkah tersebut adalah agar siswa dapat mengenal lebih dalam mengenai dirinya sendiri terkait minat, bakat, kepribadian, dan kemampuan yang dimilikinya serta dapat membimbing siswa dalam menentukan karier sesuai dengan kepribadian. 

Pada saat siswa kelas 9 telah melalui pengalaman belajar di akhir masa SMP, maka siswa telah memiliki bekal persiapan yang cukup matang untuk menetapkan pilihan karier pendidikan ke jenjang berikutnya. 

Seperti yang diketahui bersama bahwa pada tahun 2022 Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengemukakan bahwa akan diterapkan kurikulum prototipe yang bersifat opsional yang dapat saja diterapkan di dalam pembelajaran di lingkungan sekolah dan kurikulum prototipe merupakan penerapan pembelajaran yang berbasis pada proyek (Project Based Learning) dengan kurikulum yang berbasis pada kompetensi untuk dapat memberikan dukungan kepada para siswa dengan pengembangan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. 

Kurikulum prototipe diterapkan sebagai perubahan dalam melakukan pembelajaran di satuan pendidikan yang memiliki minat untuk menggunakan kurikulum prototipe. Selain itu, kurikulum prototipe dapat memberikan gambaran kepada para siswa SMA untuk memiliki ruang lebih banyak lagi bagi pengembangan karakter dan kompetisi siswa untuk dapat bersungguh-sungguh dalam memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat yang dimiliki oleh masing-masing siswa. 

Maka dari itu, para siswa kelas 11 dan 12 telah diperbolehkan untuk dapat memilih sendiri mata pelajaran yang diminatinya dan bukan lagi pada kurikulum yang mengelompokkan ke dalam jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dan Bahasa.

Pada situasi yang dialami siswa dapat digabungkan terkait sesuatu hal yang mampu untuk dilakukan dan yang tidak serta sesuatu hal yang disukai dan yang tidak, maka kedua hal tersebut dapat dibuat perbandingan dengan nilai-nilai yang ada pada diri individu dan masyarakat (Osipow & Fitzgerald, dalam Patton & McMahon, 2006). 

Keputusan yang akan diambil oleh seorang siswa membuktikan bahwa akan pentingnya situasi tersebut yang dialami oleh seorang siswa dalam memutuskan untuk membuat perkembangan karier. Dalam mengambil suatu keputusan memang bukan merupakan proses yang mudah, termasuk dalam hal, yaitu: a) mengenal lebih dalam terkait kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya; b) pilihan karier di masa depan yang dilibatkan dengan kelebihan dan kekurangan; dan c) mengembangkan suatu identitas dengan kestabilan minat yang ada (Bandura, 1997). 

Terdapat beberapa siswa yang tidak mudah dalam mengambil keputusan karier dan menentukan dengan jelas pada suatu pilihan karier, seperti mengalami kekecewaan, ketakutan, dan keraguan (Creed et al., 2006) maupun kesesuaian terkait kesepakatan mengenai keberhasilan dalam pengenalan diri (Gottfredson, dalam Zunker, 2012). 

Peningkatan dan keberhasilan seorang siswa yang dapat mengantisipasi suatu keraguan dan ketakutan dapat menjadikan bukti tangguh seorang siswa ketika sedang mengalami suatu tantangan dalam menentukan perkembangan kariernya. Di sisi lain, masih terdapat kesulitan yang dapat dialami oleh seorang siswa yang tidak berhasil ketika menghadapi suatu tantangan dan menjadikan siswa akan melakukan beberapa pilihan dalam pengambilan keputusan, seperti melibatkan orang lain dalam membantu proses pengambilan keputusan, bahkan dapat saja seorang siswa menjauhi ketika dalam proses pengambilan keputusan (Gati et al., 1996; Leong & Chervinko, 1996). 

Oleh karena itu, diperlukan oleh para siswa untuk mengenal lebih dalam terkait perkembangan karier pada siswa kelas 9 yang akan menuju jenjang SMA.

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The exercise of control. W H Freeman/Times Books/ Henry Holt & Co.

Creed, P. A., Patton, W., & Prideaux, L. A. (2006). Causal relationship between career indecision and career decision-making self-efficacy: A longitudinal cross-lagged analysis. Journal of Career Development, 33(1), 47-65.

Egeham, L. (2021, Desember 21). Kurikulum SMA 2022 tidak ada lagi jurusan IPA, IPS, dan bahasa. Liputan6.

https://www.liputan6.com/news/read/4821759/kurikulum-sma-2022-tidak-ada-lagi-jurusan-ipa-ips-dan-bahasa

Gati, I., Krausz, M., & Osipow, S. H. (1996). A taxonomy of difficulties in career decision making. Journal of Counseling Psychology, 43(4), 510-526. https://doi.org/10.1037/0022-0167.43.4.510

Lapan, R. T., (2004). Career development: Across the K-16 years, bridging the present to satisfying and successful future. American Counseling Association.

Leong, F. T. L., & Chervinko, S. (1996). Construct validity of career indecision: Negative personality traits as predictors of career indecision. Journal of Career Assessment, 4(3), 315-329. https://doi.org/10.1177/106907279600400306

Murray. (1983). Cognition and learning traditional and behavioral psychoterapy: Handbook of psychotherapy and behavioral change. Willey.

Patton, W., & McMahon, M. (2006). Career development in practice: A system theory perspective. New Hobson Press.

Sears, S. (1982). A definition of career guidance terms: A national vocational guidance association perspective. Vocational Guidance Quarterly, 31(2), 137-143. https://doi.org/10.1002/j.2164-585X.1982.tb01305.x

Super, D. E. (1980). A life-span, life-space approach to career development. Journal of Vocational Behavior, 16(3), 282-298. https://doi.org/10.1016/0001-8791(80)90056-1

Wallace-Broscious, A., Serafica, F. C., & Osipow, S. H. (1994). Adolescent career development: Relationships to self-concept and identity status. Journal of Research on Adolescence, 4(1), 127-149. https://doi.org/10.1207/s15327795jra0401_7

Zunker, V. G. (2012). Career counseling: A holistic approach (8th ed.). Cengage Advantage Books.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun