Mohon tunggu...
Puspitasari Megahana
Puspitasari Megahana Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 12 Jakarta

Guru Penggerak Angkatan 5 Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Konsep Coaching Secara Umum dan Coaching dalam Konteks Pendidikan

29 Juni 2024   12:18 Diperbarui: 2 Juli 2024   19:50 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konsep Coaching secara Umum dan Coaching dalam Konteks Pendidikan

Coaching adalah proses yang membantu individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu melalui bimbingan, dukungan, dan dorongan. Dalam konteks umum, coaching sering digunakan dalam lingkungan bisnis, olahraga, dan pengembangan pribadi. Seorang coach bekerja sama dengan klien untuk mengidentifikasi tujuan, merancang rencana tindakan, dan memberikan umpan balik yang konstruktif untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pendekatan ini menekankan pada pengembangan potensi dan kemampuan individu, serta mendorong mereka untuk menemukan solusi dan strategi terbaik untuk diri mereka sendiri.

Dalam konteks pendidikan, coaching berfokus pada pengembangan profesional guru dan peningkatan proses pembelajaran. Coaching pendidikan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan mengajar, memperkuat praktik pedagogi, dan pada akhirnya, meningkatkan hasil belajar siswa. Guru yang menerima coaching biasanya akan berkolaborasi dengan seorang coach, yang mungkin adalah rekan sejawat atau seorang spesialis, untuk mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan, menetapkan tujuan pengembangan, dan menerapkan strategi yang dapat meningkatkan efektivitas mengajar. Proses ini melibatkan observasi kelas, diskusi reflektif, dan perencanaan yang berkelanjutan.

Paradigma Berpikir dan Prinsip Coaching

Paradigma berpikir dalam coaching adalah bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkembang dan mencapai tujuan mereka dengan bimbingan yang tepat. Coaching bukan tentang memberikan solusi atau nasihat langsung, melainkan membantu klien untuk menemukan jawaban dan cara mereka sendiri. Prinsip utama coaching mencakup pemberdayaan, kolaborasi, kepercayaan, dan tanggung jawab. Pemberdayaan berarti coach membantu klien untuk merasa yakin akan kemampuan mereka sendiri. Kolaborasi mengacu pada kerja sama antara coach dan klien dalam proses coaching. Kepercayaan adalah fondasi dari hubungan coaching, di mana klien merasa aman untuk berbagi dan terbuka. Tanggung jawab berarti bahwa klien bertanggung jawab atas tindakan dan kemajuan mereka sendiri, dengan dukungan dari coach.

Kompetensi Inti Coaching

Kompetensi inti dalam coaching mencakup berbagai keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk menjadi seorang coach yang efektif. Kompetensi-kompetensi ini meliputi:

1. Kemampuan Mendengarkan Aktif: Seorang coach harus mampu mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati, menangkap nuansa dan emosi dalam komunikasi klien.

2. Pertanyaan yang Kuat: Coach harus mampu mengajukan pertanyaan yang mendalam dan provokatif yang mendorong klien untuk berpikir lebih dalam dan menemukan wawasan baru.

3. Komunikasi yang Jelas: Kemampuan untuk menyampaikan ide dan umpan balik dengan jelas dan ringkas sangat penting dalam coaching.

4. Membangun Hubungan: Menciptakan dan memelihara hubungan yang saling percaya dan hormat dengan klien.

5. Mendorong Tindakan: Membantu klien untuk merancang dan melaksanakan rencana tindakan yang konkret untuk mencapai tujuan mereka.

6. Refleksi dan Pembelajaran Berkelanjutan: Mendorong klien untuk merefleksikan pengalaman mereka dan belajar dari setiap langkah dalam proses coaching.

TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

TIRTA adalah akronim dari sebuah model yang digunakan dalam percakapan coaching untuk membantu struktur dan alur dialog antara coach dan klien. TIRTA terdiri dari:

1. Tujuan (T): Menetapkan tujuan yang jelas dan spesifik yang ingin dicapai oleh klien. Pada tahap ini, coach membantu klien untuk mengartikulasikan apa yang mereka inginkan dan mengapa itu penting bagi mereka.

2. Identifikasi (I): Mengidentifikasi sumber daya, kekuatan, dan hambatan yang ada. Coach dan klien bersama-sama mengeksplorasi apa yang sudah dimiliki klien dan apa yang mungkin menjadi tantangan dalam mencapai tujuan.

3. Rencana (R): Merancang rencana tindakan yang terperinci untuk mencapai tujuan. Ini termasuk langkah-langkah konkret yang akan diambil oleh klien dan bagaimana mereka akan mengatasi hambatan yang mungkin muncul.

4. Tindakan (T): Implementasi dari rencana yang telah dibuat. Coach mendukung klien dalam mengambil tindakan yang diperlukan dan memberikan umpan balik serta dorongan sepanjang proses.

5. Asesmen (A): Evaluasi dan refleksi terhadap hasil yang telah dicapai dan proses yang telah dilakukan. Coach dan klien bersama-sama meninjau apa yang berhasil, apa yang bisa diperbaiki, dan bagaimana langkah selanjutnya.

Supervisi Akademik Berbasis Coaching

Supervisi akademik berbasis coaching adalah pendekatan dalam pengawasan akademik yang menggunakan prinsip dan teknik coaching untuk meningkatkan kinerja dan pengembangan profesional guru. Pendekatan ini berbeda dari supervisi tradisional yang lebih bersifat evaluatif dan pengawasan, dengan lebih menekankan pada kolaborasi dan pengembangan. Supervisi berbasis coaching bertujuan untuk menciptakan lingkungan di mana guru merasa didukung dan termotivasi untuk mengembangkan praktik mengajar mereka.

Dalam supervisi akademik berbasis coaching, supervisor berperan sebagai coach yang bekerja sama dengan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan pengembangan, menetapkan tujuan yang jelas, dan merancang strategi peningkatan. Proses ini melibatkan observasi kelas yang tidak hanya berfokus pada penilaian tetapi juga pada umpan balik konstruktif dan refleksi bersama. Supervisor membantu guru untuk memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, serta memberikan dukungan berkelanjutan melalui sesi coaching yang terstruktur.

Pendekatan ini juga mendorong guru untuk menjadi lebih reflektif dan proaktif dalam pengembangan profesional mereka. Guru didorong untuk terus belajar dan mengadaptasi praktik terbaik dalam pengajaran mereka. Dengan demikian, supervisi akademik berbasis coaching tidak hanya meningkatkan kualitas pengajaran tetapi juga menciptakan budaya belajar yang berkelanjutan di lingkungan sekolah.

Keseluruhan konsep coaching, baik dalam konteks umum maupun pendidikan, bertujuan untuk mengembangkan potensi individu dan mencapai hasil yang optimal. Melalui pendekatan yang kolaboratif dan mendukung, coaching membantu individu untuk menemukan solusi mereka sendiri, meningkatkan keterampilan, dan mencapai tujuan mereka dengan lebih efektif. Dalam pendidikan, coaching memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran, serta mendukung pengembangan profesional guru untuk memberikan pendidikan yang lebih baik bagi siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun