Kasus ibu mengalami gangguan emosi pasca kehamilan tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang saja. Akan tetapi, ada lebih dari itu yang menderita.Â
Terganggunya emosi atau depresi ringan yang terjadi pada ibu pasca melahirkan, populer disebut baby blues syndrome. Waspadai hal itu agar tidak menjadi lebih buruk dan parah.
Pada kasus baby blues syndrome yang dialami oleh ibu pasca melahirkan, sering tidak ditanggapi dengan serius pihak keluarga.Â
Ada anggapan hal itu dikarenakan keletihan dan kelelahan dalam mengasuh bayi. Padahal efek yang akan ditimbulkan apabila tidak segera mendapat perhatian dan pertolongan terhadap ibu, nantinya berpengaruh pada pengasuhan dan merawat bayi juga jika tidak segera ditangani.
Sebaiknya, ibu yang mengalami baby blues syndrome tidak terus-menerus mendapatkan tekanan, baik dari internal maupun eksternal.Â
Sejujurnya ibu juga sedang berjuang untuk melepaskan diri dari gangguan emosi yang dialaminya. Dampingi terus dan berilah semangat serta dukungan supaya segera bisa terlepas dari depresi ringan tersebut.Â
Berilah kelonggaran waktu tidur agar punya waktu istirahat baik serta menyediakan makan-makanan bergizi.
Kondisi setelah melahirkan mengalami banyak perubahan yang menyebabkan seorang ibu menjadi kaget. Disertai tanggung jawab baru yang harus diemban dan dipikul membauatnya menjadi terbebani.Â
Timbul kekhawatiran dan kegelisahan dapat menyababkan perubahan suasana hati dan pola hidup.Â
Terkait dengan kondisi itu, ibu menjadi mudah sedih, cemas, marah, dan menangis tanpa alasan.
Ibu yang mengalami baby blues syndrome akan muncul setelah 2-3 hari pasca melahirkan dan berlangsung selama 2 minggu.Â
Kalau kondisi tersebut dibiarkan terus, maka akan berpengaruh buruk. Dukungan keluarga dan orang terdekat sangat dibutuhkan.Â
Tidak semua ibu merasakan, tetapi sebagian besar ibu akan merasakan hal ini. Kasus ini diperkirakan 50-80 % dari ibu yang baru melahirkan.
Sindrom ini terjadi karena kondisi hormon di dalam tubuh seorang perempuan mengalami perubahan.Â
Perubahan terjadi pada saat hamil berupa bentuk fisik dan non-fisik termasuk hormon yang berpengaruh pada emosional.Â
Pasca melahirkan ada hormon yang memengaruhi perasaan seorang ibu. Menjaga perasaan seorang ibu yang baru melahirkan akan berpengaruh baik terhadap timbulnnya gangguan emosi.
Ciri-Ciri dan Gejala Baby Blue Syndrome
Ibu yang mengalami baby blues syndrome dapat dilihat melalui ciri-ciri yang diperlihatkan, antara lain mengalami perubahan suasana hati secara cepat dari senang menjadi sedih.Â
Kelehan berlebih hingga tidak merasa ingin makan atau mengurus diri sendiri. Lebih sensitif, mudah marah, gelisah, dan kewalahan. Serta, menjadi kurang konsentrasi dan merasakan tidak sabaran.
Gejala yang ditujunkkan antara lain merasa putus asa, sedih, kesepian sepanjang hari, tidak berguna, dan intensitas menangis lebih sering. Mudah sekali tersinggung dan tidak percaya diri. Ada rasa tidak melakukan pekerjaan dengan baik sebagai ibu baru.Â
Keputusasaan luar biasa menyebabkan tidak bisa makan, tidur, atau mengurus bayinya. Mengalami gangguan kecemasan dan kepanikan. Pikiran obsesif terhadap bayinya dan mengalami paranoia.
Faktor Penyebab Baby Blues Syndrome
Kondisi ibu pasca melahirkan apalagi untuk anak pertama tentu banyak perubahan yang terjadi.Â
Pastinya, kondisi yang berubah akan membawa hal-hal yang lebih terasa sensitif. Ditambah lagi dengan lingkungan yang terkadang sering tidak mendukung dan tidak berempati.Â
Akhirnya, memicu timbulnya baby blues syndrome pada ibu yang baru melahirkan.Â
Berikut beberapa faktor penyebab dari sindrome pasca melahirkan.
1. Hormon Mengalami Penurunan
Seorang perempuan selama masa kehamilan mengalami peningkatan secara drastis pada kadar hormon estrogen dan progesteron.Â
Hormon ini sangat membantu rahim untuk mengembang dan mempertahankan lapisan rahim. Serta, membantu untuk mempertahankan plasenta sebagai organ yang menyediakan nutrisi bagi janin.Â
Pada pasca melahirkan 48 jam, maka kadar esterogen dan progresteron menurun secara drastis.
Hormon reproduktif itu terhubung serta berinteraksi dengan neuro trasnmitter yang dapat berpengaruh pada suasana hati.Â
Hal itu, dapat menyebabkan ibu menjadi gampang lelah, emosi berubah, hingga depresi.Â
Ketimpangan hormon postpartum berakibat pada kestabilan emosional, sehingga rentan secara biologis.
2. Kelelahan Mengasuh dan Merawat Bayi Baru Lahir
Proses persalinan dan mengajarkan bayi untuk minum ASI merupakan dua hal yang melelahkan.Â
Kegiatan melatih bayi untuk menyusu harus terus dilakukan, meskipun menguras tenaga dan waktu. Ditambah lagi dengan penyesuaian masa transisi dari fase kehamilan hingga fase melahirkan.
3. Mengalami Kesulitan Beradaptasi
Penyesuaian diri terhadap perubahan yang terjadi terasa sulit dilakukan bisa menyebabkan baby blues syndrome. Apalagi dengan bertambahnya tanggung jawab yang dipikul. Hal itu menyebabkan ibu pasca melahirkan menjadi kewalahan.Â
Pada awalnya ibu hanya mengurus diri sendiri kemudian berubah dengan kehadiran bayi yang harus diurusnya. Mulai dari memandikan, mengganti popok, haus, lapar, buang air kecil, dan menidurkan.
4. Fisik Mengalami Perubahan
Pasca melahirkan tidak terlalu memperhatikan pola makan, sehingga mengalami perubahan fisik yang drastis.Â
Biasanya akan memicu percikan dari orang-orang di sekitar. Kalau tidak kuat dengan selentingan akan membuat ibu merasa minder dan tersinggung. Supaya tidak terjadi, alangkah baiknya menjaga pola makan, meskipun sedang memberikan ASI.
5. Mengalami Demam dan Sakit Pada Payudara
Faktor Penyebab baby blues syndrome pada saat ASI mulai diproduksi. Payudara mengalami perubahan menjadi cepat besar serta bengkak. Bayi baru lahir mudah lapar, haus, dan menyusu lebih banyak. Lalu, waktu sekali menyusu sekitar 2 jam.Â
Permasalahan terjadi jika bayi tidak mau menyusui, hingga payudara bengkak dan ASI tidak lancar. Agar terhidar dari hal itu, segeralah pompa payudara dan simpan di penyimpanan steril.
6. Dukungan Kurang
Dukungan pasca melahirkan dirasakan kurang akan membuat ibu menjadi merasa sendiri dan stres. Hal lain bisa dipicu dari konflik pernikahan serta isolasi sosial.Â
Apabila ibu tidak memiliki lingkungan pertemanan dan keluarga yang mendukung, baik secara emosional maupun membantu mengurus bayi, akan semakin rentan terkena syndrome ini. Padahal, keluarga dan orang-orang terdekatlah yang dapat meningkatkan semangat setelah melahirkan.
7. Depresi Masa Lalu
Seseorang perempuan yang mengalami depresi pada masa lalu akan lebih rentan terhadap baby blues syndrome dibandingkan dengan yang tidak memiliki depresi masa lalu. Seperti musibah kehilangan orang tercinta saat mengandung. Timbulnya depresi atau trauma dapat menjadi peluang besar untuk mengalami syndrome ini.
8. Menghadapi dan Memandang Kelahiran
Sikap ibu dalam menghadapi dan memandang sebuah persalinan. Hal itu dapat menjadi faktor penyebab terkena syndrome. Dikarenakan seringkali ibu berharap bayi baru lahir akan tidur nyenyak waktu malam hari.Â
Namun, kenyataannya bayi malah menangis tak henti-henti sepanjang malam. Kemudian, tekanan dari pihak lain karena bayi kecil atau ASI yang dimiliki tidak keluar banyak, sehingga dirasa kurang.Â
Kepedulian semesestinya lebih ditingkatkan lagi ketika gangguan baby blues syndrom tidak kunjung hilang.Â
Dukungan keluarga dan orang terdekat sangatlah penting dan dibutuhkan. Jika itu didapatkan, maka ibu pasca melahirkan akan merasa bahagia. Hal itu bisa meminimalisir terjadinya gangguan emosi.Â
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H