Memiliki tubuh ideal menjadi cita-cita bagi hampir seluruh orang. Salah satu tujuan utamanya yaitu untuk menunjang penampilan disamping kepentingan kesehatan.
Bagi yang memiliki berat badan yang belum ideal, mereka biasanya akan meakuakn berbagai macam cara untuk menurunkannya. Diet menjadi cara jitu yang banyak dipilih oleh banyak orang.
Banyak jenis diet yang poluler di Indonesia. Mulai dari diet atkins, diet zona, diet vegetarian, diet vegan, diet 'weight watchers', diet 'south beach', diet makanan mentah, diet mediterania, dan diet ketogenik.
Namun, jika diet-diet tersebut dilakukan dengan cara yang salah malah akan menimbulkan penyakit bagi orang yang menjalankan diet tersebut. Salah satunya diet ketogenik yang dapat meningkatkan risiko diabetes.
Mengutip dari CNNIndonesia, penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Physiology menyebut bahwa diet keto bisa memicu peningkatan risiko diabetes tipe 2. Pasalnya, diet ini menghambat tubuh dalam mengontrol gula darah, serta memicu resistensi insulin.
Hal ini disebabkan ketika hati tak mampu merespon kadar normal insulin untuk mengontrol gula darah sehingga risiko diabetes akan semakin terdorong untuk meningkat.
Meskipun diketahui sehat, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan untuk tidak merekomendasikan masyarakat untuk menerapkan diet ini. Alasannya, diet keto tidak menerapkan gizi seimbang.
Diet ketogenik atau diet keto adalah diet yang dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat dan menambahkan asupan lemak. Jika tubuh normalnya konsumsi lemak sebanyak 20-30%, diet keto menyarankan untuk konsumsi lemak sebanyak 60-70%. Asupan lemak ini akan membuat tubuh menggunakan lemak yang ada di dalam tubuh sebagai energi.
Makanan tinggi lemak yang dianjutkan dalam diet keto yaitu seperti daging merah, ayam, ikan berlemak, telur, mentega, keju, kacang dan biji-bijian, minyak sehat, dan lainnya.
Karene prinsip diet ini hanya mengkonsumsi 5% karbohidrat, maka makanan yang harus dihindari yaitu nasi, pasta, produk gandum, ubu, kentang, wortel, makanan dan minuman manis.
Di sisi lain, diet keto ternyata mampu mengurangi risiko penyakit jantung. Hal ini karena diet keto memperbanyak konsumsi lemak sehat yang kemungkinan mampu mengurangi risiko menderita penyakit jantung.
Diet ketogenik ini juga sering digunakan untuk pengobatan epilepsi pada anak berusia 2-12 tahun. Produk metabolisme lemak pada diet keto diduga dapat mengurangi terjadinya serangan kejang pada penderita epilepsi. Tentunya, diet keto untuk penderita epilepsi harus selalu dengan pengawasan dokter.
Sebaiknya jika ingin menjalankan program diet keto ini harus konsultasi terlebih dahulu dengan dokter ahli. Selain itu, selalu perhatikan asupan yang diperbolehkan dan yang tidak demi kelancaran diet. Karena jika tidak tepat akan menimbulkan beberapa keluhan seperti tubuh terasa lemas, gelisah, sulit tidur, mual, hingga menurunnya konsentrasi.
Jika diet menjadi cara utama menuju tubuh ideal, sebaiknya pilih program diet yang sesuai dengan kemampuan tubuh. Pertimbangkan berbagai manfaat dan risiko dari setiap program diet yang dipilih. Dan jangan lupa lakukan olahraga teratur demi menjaga kesehatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI