"Mau ditemenin?"
"Gak usah, makasih ya."
Perlahan Nala memasukan alat-alat kerjanya ke dalam Swiss Polo totebag miliknya.
"Aku duluan ya, sekalian mau izin ke Mas Jai dan Mas Zain."
"Oke, hati-hati di jalan ya, Nala"
*****
"Company has spent a lot of money to fulfill all your initiatives. But now the revenue has dropped by 37%. What have you done all this time? You have done nothing, right? In Q4, the promises of increase and growth that you talked about are just fairy tales, Jai." Samar terdengar oleh Nala suara Pak Toto Harsono, Chief Officer PwC Indonesia, dari depan pintu ruang kerja Mas Jai.
Bisa merasakan hal yang serius sedang terjadi di dalam, Nala mengurungkan niatnya untuk izin ke Mas Jai. Ia langsung berjalan ke luar kantornya.
*****
Hari terasa begitu pendek dan sangat cepat, lagi dan lagi Nala sudah harus bangun dari tempat tidurnya dan bersiap untuk bekerja kembali.
Masih di atas ranjang kosannya, ia menangis. Dan tanpa disadari, entah tepatnya sejak kapan, ini menjadi rutinitas yang ia lakukan setiap hari sebelum benar-benar bersiap untuk memulai hari.