"Baiklah, Nona." Sahutnya yang kemudian memalingkan badan, berjalan ke arah luar halaman rumah Gayatri. Namun sebelum semakin menjauh, ia kembali menoleh dan berucap, "Abimana, itu namaku," yang kemudian kembali melanjutkan langkahnya menjauh pergi.
"Bermalam'lah." Ujar Gayatri pelan namun mampu menghentikan langkah Abimana.
"Sebenarnya aku sedang mencari orang. Barangkali kau mengenalnya." Tutur Abimana yang kembali mendekat, lalu menunjukkan potret sepasang kekasih pada kertas foto yang sudah lusuh. Dan telunjuknya mengacu ke gambar seorang gadis yang berada di dalamnya.
"Bermalam'lah." Ucap Gayatri sekali lagi dengan nada yang cukup manis.
Abimana mengangguk.
Dan akhirnya, setelah tujuh hari membatu, kini Gayatri bangun dari duduknya. Ia menggandeng Abimana masuk ke dalam rumahnya bersama dengan sigaret yang tidak kian habis juga.
Gayatri tidak melontarkan sepatah kata pun, begitu juga dengan Abimana. Mereka hanya saling tatap dan tenggelam di atas ranjang yang tak tersentuh selama tujuh hari itu. Tubuh mereka saling memakan dan mengapit satu sama lain. Mereka terlihat seperti orang yang kelaparan. Bahkan entah bagaimana cara mereka melepaskan balutan kain dari masing-masing tubuh mereka, namun kini mereka hanya menjadikan tubuh satu sama lain sebagai penghangat di antaranya.
Keesokan harinya ketika menjelang fajar, waktu yang umumnya digunakan para penduduk Desa Karitha pergi ke pasar untuk berbelanja bahan pangan, terlihat Abimana yang bergegas lari memburu Gayatri yang terbirit-birit berjalan cepat ke arah Bukit Dayie.
Hal tersebut lagi-lagi membuat penduduk yang melihatnya kebingungan dengan tingkah Gayatri, sebab ia berlari dengan perut yang besar layaknya wanita berbadan dua. Alih-alih melanjutkan perjalanan ke pasar, para penduduk malah ikut beramai-ramai berlarian ke arah bukit.
Setibanya mereka di Bukit Dayie, angin sejuk yang serupa dirasakan Gayatri pada kemarin petang, kini terasa kembali. Kesejukannya terasa menusuk kulit hingga hawa dinginnya pun merambat ke tulang-tulang mereka.
Di sana, di atas Bukit Dayie, Gayatri berbicara dengan suara yang agak keras melawan suara angin, "Wahai saudara laki-lakiku, Abimana, mengapa kamu begitu bodoh dan mudah terpedaya? Tubuhku yang kau cumbui semalaman itu adalah tubuh yang berasal dari rahim ibumu. Seorang pelacur termasyhur yang setelah ia melahirkanku lalu membuangku, hingga kini semua mengenaliku sebagai Gayatri gadis terkutuk. Ya, dia adalah yang kau cari dalam lembar foto lusuh itu. Dan jika kau mencari dia demi untuk menidurinya, sungguh kau lelaki bodoh. Tak jauh berbeda dengan puluhan lelaki yang mengunjungiku hanya untuk menemui pelacur sialan itu. Apakah tubuh wanita memang begitu elok di mata hidung belang? Tidak bisakah kita saling mengenali? Atau mungkin manusia adalah sebenar-benarnya makhluk gila? Sudahlah, sampai bertemu di kehidupan yang baru. Jangan setubuhi aku lagi, aku tak sudi melahirkan bibit jalang".