Mohon tunggu...
Purwanto Yakub
Purwanto Yakub Mohon Tunggu... Guru - PNS (Penulis)

Puwanto, lahir di Blitar, seorang yang pantang menyerah, senang dengan tantangan, suka menulis dan membaca, dan terus berusaha berkarya. Anak 5 tiga yang masih kuliah. kegiatan sehari hari menjadi kepala sekolah spesialis daerah pedalaman, karena selalu bertugas di darah pinggiran. Hoby bermain musik, olah raga dan menyanyi(dulu). JUJUR adalah moto hidup. Selalu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suminah

27 Maret 2023   16:12 Diperbarui: 27 Maret 2023   16:23 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suminah

Oleh : Purwanto Yakub

Mereka meringkuk kedinginan, menikmati indahnya dipan

Tak terhiraukan suara teriakan toa Musholla, dari muazdin renta

Suara gemetar yang tidak sambung nafasnya, membelaiku dalam peraduan

Bangkit dan segera kusambut panggilan itu, untuk tunaikan kewajiban.

Berganti langkah ini untuk tunaikan asa selanjutnya

Desiran amplifier tua tak terdengar lagi,  nyanyian engsel tua pagar  Musholla

yang tersisa bak kidung asmara.

Serasa ikut mengantarkan derap langkah si tangan lembut yang perkasa

Sepanjang tahun tak pernah mengenal semir sepatu

Perjalanan memaksa penuh lumpur dan debu

Sepatu boot  membungkus sepasang kaki

 Tak peduli walau hujan badai menghampiri.

Pagi buta tak terlihat warna, kaos kaki berbeda merek tidak terasa

Lompatan cahaya timur mulai terlihat

Menyapa siang meninggalkan malam

Bulatan matahari menyengat dahinya

Seakan menyapa sang pengelana pagi

Tertegun sejenak, melihat hamparan orange laksana bubur yang menggoda

Tertancap roda sang kelana, sapaan biasa menghadang waktu.

Deru  motor segudang muatan,  membelah keheningan embun pagi

Demi putra putri pertiwi, yang setia menanti

Kubangan laksana permadani Sultan, yang lembut tiada terkira

Yang dinanti tiba tanpa rupa, tiba selamat saja syukur jua

Hiasan lumpur bak karya seni kelas dunia

Senyuman lebar, dagangan habis lelah terbayar

Suminah sang penakluk jalanan

Berteman gelap panas dan hujan

Menembus rimba menghantar badan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun