Hakikatnya Desa kesepuhan Ciptagelar, seperti halnya desa-desa lain di Indonesia memiliki sumber daya terbarukan yang berlimpah, terutama sumber daya air yang selalu tersedia melimpah sepanjang tahun. Menjadi anugerah yang mereka peroleh karena berhasil menjaga hutan.Â
Semua turbin di Ciptagelar memanfaatkan aliran air dari Sungai Cisono, yang dialirkan sepanjang 800 meter. "Energi terbarukan memang jodoh mereka dalam pemenuhan kebutuhan listrik yang ramah lingkungan," pernyataan dari Kang Yoyok yang sungguh menarik untuk digarisbawahi.
Keberhasilan Pemanfaatan Energi Terbarukan Berbasis Masyarakat
Kenapa ini bisa terjadi, karakter Masyarakat Ciptagelar sebagai komunitas adat yang terbuka terhadap informasi dan sudah sangat melek teknologi. Ketika coba ditelusur keakarnya inti keberhasilan mereka berdikari pangan dan energi ini adalah karena keakraban mereka dengan hutan.Â
Keberhasilan Kasepuhan Ciptagelar menjaga hutanya, seperti masyarakat adat lain, yang punya aturan sendiri menyoal urusan ini. Di Desa Ciptagelar dikenal istilah hutan larangan, hutan titipan dan hutan garapan. Mereka punya batas lokasi dan waktu tersendiri, kapan lahan boleh dibuka dan bagaimana mengembalikan lagi menjadi seperti semula.
Bukan hanya di Ciptagelar, ada beberapa wilayah di Indonesia yang juga sudah berhasil memanfaatkan sumber energi terbarukan, bukan saja sebagai sumber cadangan tetapi juga jadi sumber energi utama.Â
Hal serupa juga berlangsung pada masyarakat Blora Jawa Tengah, seorang inovator Nurhanif, warga desa Kedungringin yang telah berhasil membangun kincir angin. Hal itu berasal dari seorang yang bukan seorang ahli kelistrikan atau teknik hanya bermodal kegigihan dan kemampuan literasi digital dari sumber internet dan YouTube mempelajari tentang bagaimana cara untuk membuat pembangkit listrik untuk desanya.Â
Hasil listrik swadaya tersebut telah dimanfaatkan untuk penerangan jalan yang selama ini belum teraliri listrik. Begitu juga yang sudah berjalan di Desa Kedungrong, Kulonprogo Yogyakarta.Â
Air yang mengalir diselokan irigasi Sungai Progo, juga dimanfaatkan sebagai sumber energi terbarukan. Ide ini awalnya digagas mahasiswa UGM yang KKN di desa tersebut.Â
Upaya pertama tersebut gagal hingga akhirnya potensi itu dilanjutkan Dinas PUPR Kulonprogo dengan menghibahkan turbin mikro hidro untuk dikelola menjadi listrik berbasis masyarakat.
Sekali lagi, bagaimana ini bisa berlangsung dan apa yang menjadi kunci keberhasilan ini? Dari tiga contoh di atas, pertama semua berawal dari keinginan yang kuat dari masyarakat.Â