Aku tidak ganguan bicara, akupun tidak buta. Aku bisa pergi bebas kemanapun aku mau tanpa didampingi orang lain atau sebuah tongkat penunjuk jalan agar aku tidak menabrak tembok, orang atau tercebur ke lubang didepanku. Â
Kembali ke cerita menghadap ibu kepala sekolah. Setelah bertemu ibu kepala sekolah, karena butuh pekerjaan dan kasihan melihat kondisi murid - murid di sekolah itu yg berkebutuhan khusus, akupun memutuskan menjadi guru.Â
Guru dari  anak - anak yang mengalami hambatan berfikir dan anak - anak buta atau tunanetra di Sekolah Luar Biasa atau SLB.Â
 Aku lupakan ijasah S1 ku yang Sarjana Theologi Islam. Aku abaikan bagaimana nanti bila ditanya teman2 kuliahku, aku abaikan bagaimana nanti bila bertemu dosenku dan lain - lain yg membuatku bisa ragu melangkah.Â
Hari - hariku di SLB aku jalani dengan senang hati mengajari anak Tunagrahita yg lemah berfikir dan tunanetra yg tidak bisa melihat.Â
Rasa iba dan kasihan kepada nasib murid - muridku membuat aku ingin terus menambahb pengetahuanku agar bisa tahu bagaimana cara yang paling tepat dalam mengajari mereka.Â
Begitulah, tahun - tahun pertamaku di SLB aku jalani dengan senang hati. Suatu ketika aku ingin pindah mengajar ke sekolah umum karena di SLB swasta meskipun aku yakin pahalanya besar dan membuat hatiku selalu bersyukur namun gajinya kecil.Â
Sebagai seorang suami yang harus menafkahi seorang istri tercinta dan anak kami yg masih kecil, aku harus pindah ke sekolah yg mau menggaji lebih layak.Â
Rencanaku kepingin pindah ngajar karena  himpitan ekonomi ini tiba - tiba gagal.  Allah mencegah rencanaku dengan takdirNya. Tanpa aku duga tiba - tiba aku mendapat Panggilan Sertifikasi Guru dari Kemendikbud. Â
Setelah lulus sertifikasi, aku diberi tunjangan  Profesi dari negara  selain gaji yg besarnya waktu itu 1,5 juta dipotong pajak 6%. Akupun akhirnya tetap mengajar di SLB dan tidak jadi pindah.Â
Dua tahun kemudian terbersit keinginan lagi untuk pindah bukan karena alasan ekonomi tapi karena alasan bosan. Â Aku bosan karena merasa meskipun menjadi guru SLB yang bersertifikat pendidik profesional dari negara, Â namun pengetahuanku tentang anak - anak berkebutuhan khusus aku rasa masih minim. Â Ditambah rutinitas mengajar yang monoton membuatku bosan.Â