Sabuk mangrove sebagai coping strategy
Untuk mengatasi laju abrasi dan rob, warga Desa Bedono membuat sabuk mangrove di pesisir desanya sepanjang 4,5 km sejak tahun 2004 bekerjasama dengan sebuah LSM Jepang. Puluhan ribu bibit mangrove yang ditanam berasal dari bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat. Kini setelah tanaman mangrove menghutan, warga berupaya menggali nilai ekonomi dari hutan mangrove di sana dengan menyediakan wisata Hutan Mangrove dan Wisata Religi Makam Terapung.
[caption id="attachment_354799" align="aligncenter" width="275" caption="dok.suaramerdeka.com"]
Wisata hutan mangrove dan wisata religi makam terapung
Pengunjung dapat menikmati hutan mangrove dengan menyewa perahu atau berjalan kaki menyelusuri jalan setapak setinggi 2 meter di atas permukaan air dengan panjang lebih dari 1.000 meter dan lebar 2 meter. Sedangkan untuk mencapai makam terapung, pengunjung harus berjalan kaki melintasi jembatan bambu sepanjang ratusan meter dari daratan.
[caption id="attachment_354804" align="aligncenter" width="286" caption="dok.sapasurya.com"]
*****
Blusukan ke Dukuh Tambaksari Bedono
Kegiatan belajar mengajar yang terus menerus dilakukan di kelas acapkali menimbulkan kejenuhan, baik bagi mahasiswa maupun pengajarnya. Menyadari hal itu, dosen seringkali mengajak mahasiswa “blusukan” atau istilah kerennya "Service-Learning". Service-Learning ini bertujuan agar mahasiswa belajar di luar kelas untuk memahami permasalahan masyarakat sekaligus untuk refreshing.
Salah satu kegiatan blusukan dilakukan mahasiswa Unika Soegijapranata bersama 3 mahasiswa asing beserta 2 dosennya yang berasal dari Eckerd College, St. Petersburg Florida USA. Mahasiswa berkunjung ke Dukuh Tambaksari Desa Bedono Sayung Demak untuk mempelajari coping strategy masyarakat di sana dalam menghadapi permasalahan kerusakan lingkungan akibat abrasi.
Berkunjung ke rumah warga Desa Bedono
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengunjungi warga setempat dan berdiskusi dengan warga kegiatan apa yang kira-kira bisa melibatkan mahasiswa. Warga mengatakan ada 2 kegiatan yang bisa dilakukan mahasiswa, yaitu: 1) membantu mengumpulkan sampah di pantai dan 2) membantu memperbaiki jembatan bambu yang menuju ke makam Syeikh Abdullah Mudzakir yang kondisinya telah rapuh dimakan usia. Sebelum turun ke lapangan, tidak lupa mahasiswa berfoto-foto ria bersama dengan warga setempat untuk kenang-kenangan. ^__^
[caption id="attachment_354817" align="aligncenter" width="478" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapraanata"]
Bersih-bersih sampah di pantai
Kegiatan pertama yang dilakukan adalalah membersihkan sampah di pantai, yang sebagian besar berupa sampah plastik. Hasil bersih-bersih terkumpul sampah sebanyak puluhan kantong kresek besar... haduh maluuuu sama mahasiswa asing, ketahuan joroknya nih orang Indonesia... :(
[caption id="attachment_354820" align="aligncenter" width="359" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
Memperbaiki jembatan menuju makam terapung
Setelah selesai bersih-bersih sampah di pantai, kegiatan berikut yang lebih seru adalah membantu warga setempat memperbaiki jembatan bambu yang menuju makam Syeikh Abdullah Mudzakir, yang seolah-olah terapung di tengah laut.
[caption id="attachment_354822" align="aligncenter" width="432" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
[caption id="attachment_354825" align="aligncenter" width="435" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
Seorang mahasiswi dari Eckerd College tidak segan nyemplung berbasah-basah membantu menyeret potongan bambu untuk bahan memperbaiki jembatan. ^__^