[caption id="attachment_354790" align="aligncenter" width="490" caption="dok.equatorial.com"][/caption]
Desa Bedono yang dulu subur makmur
Desa Bedono terletak di Kecamatan Sayung Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1997 desa ini memiliki luasan sebesar 739,2 hektar. Namun saat ini tersisa tinggal 551,673 ha. Sedangkan jumlah penduduk penduduk di Desa Bedono pada tahun 2011 adalah 2.936 jiwa dengan komposisi laki-laki 1.506 jiwa dan perempuan sebanyak 1.430 jiwa. (BPS,2012).
Selama dekade 1970-an Desa Bedono merupakan daerah pertanian terbaik, yang berlimpah beras dan palawija. Selain itu warga desa ini juga makmur dari penghasilan tambak ikan bandeng dan udang.
Dua dusun telah hilang tenggelam di laut
Namun sejak tahun 1980-an Desa Bedono yang terletak di pesisir utara Jawa ini mengalami abrasi yang sangat parah. Ada 2 dari 7 dukuh di desa ini yang mengalami abrasi terparah. Menurut Kepala Desa Bedono, selama 30 tahunan terakhir di desa ini kurang lebih ada 200-an hektar daratan yang berupa tambak ikan dan pemukiman penduduk di 2 dukuh, yaitu Dukuh Rejosari Senik dan Dukuh Tambaksari, telah hilang tenggelam.
[caption id="attachment_354802" align="aligncenter" width="301" caption="dok.lensaindonesia.com"]
Sebelum tenggelam, dahulu Dukuh Rejosari Senik dihuni oleh 208 kepala keluarga dan Dukuh Tambaksari dihuni oleh 67 kepala keluarga. Namun pada tahun 1999-2000 saat Dukuh Tambaksari mulai tenggelam oleh air laut pasang, warganya melakukan bedhol desa untuk relokasi ke Desa Purwosari dan Sidogemah, masih di kecamatan yang sama. Sedangkan warga Dukuh Rejosari Senik direlokasi pada tahun 2007.
Makam terapung di tengah laut Tambaksari-Bedono
Namun tidak semua warga Dukuh Tambaksari bersedia direlokasi. Ada 5 kepala keluarga yang terdiri dari 32 jiwa yang memilih tetap bertahan di kampungnya yang telah tenggelam tersebut dan beradaptasi membuat rumah panggung. Alasannya mereka merasa ada ikatan untuk bertanggung jawab merawat makam leluhurnya yaitu seorang ulama yang bernama Syeikh Abdullah Mudzakir.
[caption id="attachment_354794" align="aligncenter" width="415" caption="dok.mangrovemagz.com"]
Saat ini makam Syeikh Abdullah Mudzakir tersebut berada di tengah laut sekitar 2 kilometer dari pesisir pantai Desa Bedono. Mereka berusaha menyelamatkan makam tersebut dengan cara membuat tanggul dan mengurug dengan batu, pasir dan tanah yang diambil dari daratan dengan tujuan untuk meninggikan makam. Selama makam tersebut belum tenggelam, mereka bertekad tidak akan meninggalkan Dukuh Tambaksari.
[caption id="attachment_354798" align="aligncenter" width="300" caption="dok.kabarkri.com"]
Sabuk mangrove sebagai coping strategy
Untuk mengatasi laju abrasi dan rob, warga Desa Bedono membuat sabuk mangrove di pesisir desanya sepanjang 4,5 km sejak tahun 2004 bekerjasama dengan sebuah LSM Jepang. Puluhan ribu bibit mangrove yang ditanam berasal dari bantuan pemerintah dan swadaya masyarakat. Kini setelah tanaman mangrove menghutan, warga berupaya menggali nilai ekonomi dari hutan mangrove di sana dengan menyediakan wisata Hutan Mangrove dan Wisata Religi Makam Terapung.
[caption id="attachment_354799" align="aligncenter" width="275" caption="dok.suaramerdeka.com"]
Wisata hutan mangrove dan wisata religi makam terapung
Pengunjung dapat menikmati hutan mangrove dengan menyewa perahu atau berjalan kaki menyelusuri jalan setapak setinggi 2 meter di atas permukaan air dengan panjang lebih dari 1.000 meter dan lebar 2 meter. Sedangkan untuk mencapai makam terapung, pengunjung harus berjalan kaki melintasi jembatan bambu sepanjang ratusan meter dari daratan.
[caption id="attachment_354804" align="aligncenter" width="286" caption="dok.sapasurya.com"]
*****
Blusukan ke Dukuh Tambaksari Bedono
Kegiatan belajar mengajar yang terus menerus dilakukan di kelas acapkali menimbulkan kejenuhan, baik bagi mahasiswa maupun pengajarnya. Menyadari hal itu, dosen seringkali mengajak mahasiswa “blusukan” atau istilah kerennya "Service-Learning". Service-Learning ini bertujuan agar mahasiswa belajar di luar kelas untuk memahami permasalahan masyarakat sekaligus untuk refreshing.
Salah satu kegiatan blusukan dilakukan mahasiswa Unika Soegijapranata bersama 3 mahasiswa asing beserta 2 dosennya yang berasal dari Eckerd College, St. Petersburg Florida USA. Mahasiswa berkunjung ke Dukuh Tambaksari Desa Bedono Sayung Demak untuk mempelajari coping strategy masyarakat di sana dalam menghadapi permasalahan kerusakan lingkungan akibat abrasi.
Berkunjung ke rumah warga Desa Bedono
Kegiatan pertama yang dilakukan adalah mengunjungi warga setempat dan berdiskusi dengan warga kegiatan apa yang kira-kira bisa melibatkan mahasiswa. Warga mengatakan ada 2 kegiatan yang bisa dilakukan mahasiswa, yaitu: 1) membantu mengumpulkan sampah di pantai dan 2) membantu memperbaiki jembatan bambu yang menuju ke makam Syeikh Abdullah Mudzakir yang kondisinya telah rapuh dimakan usia. Sebelum turun ke lapangan, tidak lupa mahasiswa berfoto-foto ria bersama dengan warga setempat untuk kenang-kenangan. ^__^
[caption id="attachment_354817" align="aligncenter" width="478" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapraanata"]
Bersih-bersih sampah di pantai
Kegiatan pertama yang dilakukan adalalah membersihkan sampah di pantai, yang sebagian besar berupa sampah plastik. Hasil bersih-bersih terkumpul sampah sebanyak puluhan kantong kresek besar... haduh maluuuu sama mahasiswa asing, ketahuan joroknya nih orang Indonesia... :(
[caption id="attachment_354820" align="aligncenter" width="359" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
Memperbaiki jembatan menuju makam terapung
Setelah selesai bersih-bersih sampah di pantai, kegiatan berikut yang lebih seru adalah membantu warga setempat memperbaiki jembatan bambu yang menuju makam Syeikh Abdullah Mudzakir, yang seolah-olah terapung di tengah laut.
[caption id="attachment_354822" align="aligncenter" width="432" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
[caption id="attachment_354825" align="aligncenter" width="435" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
Seorang mahasiswi dari Eckerd College tidak segan nyemplung berbasah-basah membantu menyeret potongan bambu untuk bahan memperbaiki jembatan. ^__^
[caption id="attachment_354823" align="aligncenter" width="431" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
Tidak hanya berperan sebagai supervisor blusukan, dosen kamipun tidak mau ketinggalan dengan mahasiswanya, ikut nyemplung ke air berpartisipasi membantu memperbaiki jembatan. Bravo Prof. BW! :D
[caption id="attachment_354824" align="aligncenter" width="432" caption="dok.bernadetha soedarini-unika soegijapranata"]
Salam blusukan! Salam go green! :D
***********
Bacaan:
Bernadetha Soedarini. 2014. What is Service Learning?. National Conference on Service Learning “Techniques, Application, and Lessons Learned”. Unika Soegijapranata Semarang, 6 Agustus 2014.
http://ekuatorial.com/climate-change/the-sinking-of-bedono#!/story=post-6051