Rumah makan terapung
Perut sudah krucak krucuk minta diisi, maka kami langsung menuju ke rumah makan terapung. Sebenarnya sih tidak benar-benar terapung, hanya dikelilingi kolam air saja. Mungkin biar lebih menarik disebut terapung.
Di rumah makan ini kita bisa duduk-duduk lesehan atau di kursi. Kami memilih lesehan, agar bisa lebih santai bercengkerama (*halah) dan menonton beberapa perahu bebek warna warni yang sibuk wara wiri mengelilingi rumah makan terapung. Bukan perahunya yang menarik, tapi penumpangnya yang rata-rata balita imut dan lucu.
[caption id="attachment_348885" align="aligncenter" width="300" caption="dok.paronamio.com"]
Berbagai menu ikan-ikanan (*aneka ikan beneran, bukan ikan mainan) disediakan di rumah makan terapung ini. Kami memesan lele bakar, gurami bakar, bawal bakar dan udang bakar lengkap dengan lalapan dan sambelnya yang pedes-pedes sedap. Pesan 2 bakul nasi dan 4 porsi ikan bakar, kami hanya dikenai harga Rp 140,000-an. Ini harga wajar, tidak terlalu mahal seperti di tempat wisata lain yang suka “ngepruk”.
[caption id="attachment_348884" align="aligncenter" width="300" caption="dok.pri"]
Karena ternyata porsinya banyak, kami berempat tidak sanggup menghabiskan semua makanannya, meskipun seorang di antara kami sebenarnya termasuk “Paman Gembul”. Akhirnya nasi dan ikan yang masih tersisa saya minta agar dibungkus, untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh bagi keluarga si Belang Pus yang setia jaga rumah.
[caption id="attachment_348883" align="aligncenter" width="300" caption="keluarga si Belang Pus (dok.pri)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H