Mohon tunggu...
Wira D. Purwalodra (Third)
Wira D. Purwalodra (Third) Mohon Tunggu... Guru - Terus menjadi pembelajar dan menjadikan rasa syukur sebagai gaya hidup.

Mimpi besarnya saya saat ini adalah menyelesaikan Studi-studi saya, kembali ke kampung halaman, memelihara ikan, bebek, berkebun, terus belajar, terus mengajar, sambil menulis buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Resonansi Jiwa: Menemukan Keterhubungan antara Keinginan dan Realita?!

21 Agustus 2024   15:43 Diperbarui: 21 Agustus 2024   17:18 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Dok. Pribadi.

Oleh. Wira D. Purwalodra

"Aku berpikir, maka aku ada," sebuah ungkapan terkenal dari Ren Descartes, yang menyiratkan betapa mendalam pengaruh pikiran terhadap eksistensi kita. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk dengan spektrum keinginan yang luas dan mendalam, bercermin pada getaran batinnya yang unik. Filsafat telah lama menggali misteri keterhubungan antara keinginan dan realita, mengupas lapisan demi lapisan dari cara pikiran dan perasaan mempengaruhi dunia luar.

Setiap individu adalah unik, dengan keinginan dan harapan yang berbeda. Keinginan yang jernih dan kuat menciptakan getaran khusus dalam diri kita, yang kemudian mempengaruhi lingkungan sekitar. Hukum tarik-menarik, atau Law of Attraction, berprinsip bahwa kita menarik hal-hal yang sefrekuensi dengan getaran kita. Sebagaimana dikatakan oleh Buddha, "Apa yang kita pikirkan, itulah yang kita jadi." Pikiran dan perasaan adalah frekuensi yang mengalir di semesta, dan apa yang kita pancarkan beresonansi kembali kepada kita.

Pikiran adalah energi, dan energi adalah magnet yang kuat. Ketika kita berfokus pada keinginan kita dengan ketulusan dan intensi yang jelas, kita menciptakan aliran energi yang menuntun kita menuju realisasi keinginan tersebut. Sang filsuf Rumi pernah berkata, "Apa yang kamu cari sebenarnya juga sedang mencarimu." Artinya, apa yang kita cari sebenarnya juga sedang mencari kita, terhubung dalam tarian energi dan getaran.

Namun, tidak cukup hanya memendam keinginan dalam pikiran. Keinginan perlu didukung dengan keyakinan dan tindakan nyata. Getaran yang kuat tercipta tidak hanya melalui pikiran, tetapi melalui tindakan yang konsisten dan penuh kesadaran. "Bertindaklah seolah-olah apa yang kamu lakukan membuat perbedaan. Itu memang terjadi," kata William James, menggarisbawahi pentingnya setiap langkah kecil yang diambil dengan keyakinan penuh.

Perhatian dan niat yang kita tanamkan dalam setiap tindakan menciptakan kondisi untuk keinginan kita terwujud. Kepercayaan diri menjadi bahan bakar utama yang mendukung energi dan mencapai tujuan. Albert Einstein pernah menyatakan, "Imajinasi adalah segalanya. Ia adalah pratinjau dari atraksi kehidupan yang akan datang." Imajinasi, sebagai manifestasi tertinggi dari getaran positif, memungkinkan kita melihat dan merasakan keinginan kita menjadi nyata sebelum itu benar-benar terjadi.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia ini terkadang penuh ketidakpastian. Untuk tetap berada pada jalur realisasi keinginan, diperlukan rasa syukur dan kesadaran penuh. Eckhart Tolle menegaskan, "Mengakui kebaikan yang sudah kamu miliki dalam hidupmu adalah fondasi untuk segala kelimpahan." Syukur adalah magnit yang menyelaraskan pikiran dan getaran kita dengan kelimpahan dan kebahagiaan, menarik lebih banyak hal baik ke dalam hidup kita.

Selain itu, karma mengajari kita bahwa setiap pikiran dan tindakan memiliki konsekuensi. Hukum sebab-akibat ini mengingatkan kita untuk selalu menabur kebaikan dan kebajikan, agar getaran positif terus mengalir dalam kehidupan kita. "Apa yang kamu tanam, itulah yang akan kamu panen," sebuah pepatah yang mengingatkan kita akan kekuatan resonansi dan daya tarik tindakan kita.

Keseimbangan antara keinginan dan realita bukanlah hal yang mudah dicapai. Diperlukan pengetahuan mendalam tentang diri dan lingkungan sekitar. Dalam filsafat Zen, konsep "Wu Wei" mengajarkan kita bertindak tanpa usaha yang dipaksakan; maraming dengan aliran alami, menuju resonansi yang seimbang antara keinginan dan realita. Berserah adalah kunci penting, mempercayai proses alam semesta yang bekerja sesuai dengan getaran kita.

Mengisi hari dengan praktik kontemplasi dan meditasi dapat membantu kita menjaga getaran diri tetap tinggi. Seperti yang dikatakan oleh Socrates, "Hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dijalani." Refleksi diri menjadi sangat esensial untuk memahami dan merespon getaran-getaran halus yang muncul dari keinginan dan kehidupan sehari-hari kita.

Selain dari itu, harus ada harmoni antara tindakan dan perasaan kita. Kierkegaard dalam eksistensialismenya berpendapat bahwa tindakan otentik datang dari keikhlasan hati yang selaras dengan makna tujuan kita. Hati yang terpenuhi dan seimbang menyampaikan getaran positif yang sangat kuat ke alam semesta, memantul kembali dalam bentuk realitas yang kita inginkan.

Kegagalan dan hambatan adalah bagian dari perjalanan mencari resonansi antara keinginan dan realitas. Namun, nihil desperandum - jangan pernah putus asa. Ralph Waldo Emerson memperingatkan, "Jangan berjalan di jalan yang ada. Pergilah ke tempat yang tidak ada jalan dan buatlah jalan." Terkadang, melalui keinginan yang membara, kita menciptakan jalan baru yang sesuai dengan realitas personal kita.

Tujuan yang jelas memberi arah pada energimu, mengarahkan getaran pada target yang diinginkan. Alexander Graham Bell berbicara tentang pentingnya fokus, "Konsentrasikan semua pikiranmu pada pekerjaan yang ada di depanmu. Sinar matahari tidak akan membakar sampai difokuskan." Konsentrasi yang kuat mendukung penguatan getaran yang mendorong pencapaian realita yang diharapkan.

Keterbukaan pikiran juga penting dalam mencapai resonansi jiwa. Konfusius menyatakan, "Pengetahuan sejati adalah mengetahui sejauh mana ketidaktahuanmu." Menerima ketidaktahuan kita dan belajar dari pengalaman hidup membuka ruang bagi getaran positif untuk tumbuh dan menarik hal-hal baru yang seirama dengan perjalanan kita.

Rasa cinta terhadap diri sendiri dan orang lain adalah kunci esensial dalam memelihara getaran tinggi. Dalai Lama mengingatkan kita, "Jika kamu ingin orang lain bahagia, praktikkan kasih sayang. Jika kamu ingin bahagia, praktikkan kasih sayang." Cinta dan kasih sayang menyebar melalui semua getaran, menciptakan harmoni dan resonansi dalam semesta.

Berdasarkan uraian di atas, upaya menemukan resonansi antara keinginan dan realita adalah proses yang dinamis dan penuh makna. Melalui getaran positif, keyakinan, tindakan nyata, serta kesadaran penuh, kita dapat menciptakan dunia yang selaras dengan keinginan hati kita. Ingatlah apa yang diajarkan Mahatma Gandhi, "Jadilah perubahan yang kamu ingin lihat di dunia." Keinginan dan realita terhubung erat dalam harmoni energi yang kita ciptakan, dan kita adalah maestro dari simfoni kehidupan kita.

Dengan menggabungkan kebijaksanaan kuno dan praktik sehari-hari yang penuh kesadaran, kita dapat mencapai resonansi jiwa yang sejati. Keinginan yang dijalani dengan kedalaman pikiran, hati yang terbuka, dan tindakan yang penuh makna akan memanifestasikan realitas yang sesuai dengan getaran batin kita. Jangan pernah meremehkan kekuatan pikiran dan getaran perasaanmu, karena mereka adalah benang emas yang menenun jalinan hidupmu sendiri.

Ingatlah bahwa di tengah segala keterbatasan dan tantangan, kita selalu memiliki kapasitas untuk menarik apa yang kita inginkan ke dalam hidup kita. "Satu-satunya batasan untuk mewujudkan hari esok kita adalah keraguan kita hari ini," kata Franklin D. Roosevelt. Percayalah pada kekuatan dalam dirimu, dan biarkan getaran positifmu menarik realita yang kamu kehendaki.

Jadi, pengertian yang dalam tentang diri dan resonansi getaran akan membawa kita pada jalan yang diridhai dan penuh keberkahan. Seperti yang diungkapkan oleh filsuf klasik, "Mulailah dan sisanya akan mengikuti," memulai dengan niat dan tindakan yang teguh akan selalu membawa kita menuju realita yang penuh makna dan kedamaian. Tetaplah merespons semesta dengan cinta dan syukur, dan biarlah resonansi jiwa membimbingmu menuju harmoni hidup yang sebenarnya. Wallahu A'lamu Bishshawaab.

Bekasi, 21 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun