Belum tentu saya covid-19, tapi malam tiba perut serasa penuh, mau muntah tidak bisa, nafas bisa tapi kayak ada yang menganjal di dada. Kejadian ini aku alamai dua hari setelah Idul Adha.
Pikiran saya "ah saya pasti kena covid-19, entah kena waktu sholat Idul Adha, atau kemarin pasca sholat Idul Adha itu saya melakukan anjansana kebeberapa teman-teman baru di Palu.
Kondisi sesak di dada rasa panas aku alami berlangsung mulai jam 20.00 WITA hinga jam 02.00 WITA. Â sembari merasakan sakit terbayang akan kabar temen-temenku yang sudah menghadapNya: ada teman kampung, kuliah, organisasi. Â Saya tidak boleh pasrah saya optimis gejala ini harus dilawan, begitu tekadku malam ini.
Saya tinggal di Palu baru ada 2 bulan lalu dimulai bulan Juni 2021 dan saya tinggal sendirian, meyadari kondisi dirantau sendiri dan  kondisi pandemi . saya harus hati-hati dan mencari tahu tentang pengetahuan Covid 19 dan upaya yang harus dilakukan  bila seseorang terjadi gejala covid-19.
Salah satu yang sudah saya tau dan siapkan, cara menghirup asap uang air panas, ditetesi minyak kayu putih, posisi proning saat tidur bila sesak dan cara membersihkan virus dihidung ala  dr Indro Semarang , "Protkes Rakyat".
Malam itu saya gunakan cara mengirup udara: Â Masukkan air panas pada ember lalu tetesi minyak kayu putih. Saya masukkan kepala saya sambil saya tutup handuk, agar uap panas menempa wajah saya lalu saya hirup udara dari hidung dalam dalam saya keluarkan lewat mulut sebanyak 3 kali dan sebaliknya saya hirup udara dari mulut saya keluarkan lewat hidup. Â Agak lega--- saya sedikit menaruh harapan bahwa saya masih bisa hidup.
Saya lalu ke tempat tidur posisi tidur proning saya pilih yang tengkurap--- rasa sudah agak enak--- hingga kesuk hari menjelang subuh.
Pikiran saya kena covid-19 sudah mendera saya. Saya optimis sembuh. Â Saya masih merasa bau, dan rasa- tapi ada pahit dilidah.Â
Pagi ini saya ambil menu pagi di Hotel agak siang agar sepi dan terhindar dari tamu lain, Â bila saya memang kena Covid 19 Â saya tidak menyebabkan orang lain celakan tertular dari saya. Â
"la dharara wala dhirara'. Kita tidak boleh mencelakakan orang dan kita juga tidak boleh dibuat celaka oleh orang," ungkap Tuan Guru yang lagi viral, kebetulan saya aktif mengikuti IG Tuan Guru dari Lombok Nusa Tenggara Barat.
Waktu aku sendok nasi dengan lauknya pertama kali, rasa malas, namun saya kunyah dan telan dengan segala upaya agar makan masuk dalam perutku, akulakukan hal itu sampai habis dan tak tersisa menu pagiku. Â disamping itu aku minum air hangat banyak, selang 3 jam kira-kira jam 08.30 - 09.30 WITA saya melakukan senam ringan di taman Hotel Lucky Palu kebetulan ada taman kecil bisa digunakan untuk aktivitas senam ringan, aku melakukan senam dengan merentangkan kedua belah tanganku keatas sambil menarik nafasmelalui hidung dalam dan kuat, lalu aku keluarkan kuat kuat melalui mulut sambil teriak...aaaahhh. saya lakukan berkali-kali, konon membuat paru-paru bekerjasecara maksimal. Â saya lakukan senam tersebut diterik matahari pagi Kota Palu.
Siang harinya saya makan dengan menu sehat tanpa santan dan pedas, masih saam kondisinya tidak ada selera, atraksi memaksa makanan masuk dalam perut terjadi lagi, hingga porsi makan siang habis.
Demikian juga untuk makan malam, saya juga melakukan hal yang sama, namun waktu makan saya rubah agak lebih maju yakni sore dirawat dirumahsakitjam 17.00 saya sudah makan malam. Â Malam saya hindari makan berat.Â
3 hari berlalu saya lakukan dan perlahan rasa sesak berangsur-angsur hilang tinggal rasa nyeri. Â Saya sengaja belum melakukan test PCR dan Swab antigen. Â Karena rasa takut bila benar benar positif, nanti bagaimana kalau harus rawat inap di Rumah Sakit, mendengar cerita teman-temen tentang kondisi penuhnya rumah sakit, belum lagi kalau satu teman sekamar tiba-tiba kambuh dan meninggal. Â
Disamping itu di Palu bila test PCR harus menuggu hasilnya selama seminggu, karena hasil PCR harus dikirim ke Makasar, karena di Palu belum ada lab test PCR . dalam ketakutan saya Isoman dan menjalankan hidup sehat (olahraga). sambil tetap mencari info dari beberapa sumber tentang penyembuhan covid-19, bermedsos -digroup wa saya stop dan hentikan selama ada 3 hari lebih karena berita kematian terus muncul.
Tiba saat saya putuskan periksa dan saya periksa sudah hampir 1 minggu berlalu. Â Saya ke klinik langganan saya dan apes sampai sana ternyata tutup. Waduh ! Saya cari klinik lain atau pulang.!
Kita pulang saja mas, pintaku pada Rinto sang temen baru, pegantar setia ku di Palu bersama motor  bebeknya .  Rinto namanya tugas utamanya sebagai Satpol PP di Pemda Palu, kalau sore - hingga malam dia bertugas jadi Securty di Hotel Lucky. disitu lah kami kenal dan saling bantu. kebetulan dia selama kuliah pernah tinggal lama di jawa sehingga bisa bahasa jawa walaupun logatnya kaku, wajar karena asli Palu suku Kaeli pula.
Berjalan 15 menit saya beranjak dari klinik yang tutup, langsung saya tepuk pundaknya mas Rinto dari belakang "berhenti mas kita periksa di klinik Maxsima depan itu- kita periksa ! Kalau disana tutup kita cari yang buka ya mas!, entah knapa tiba-tiba niatku bulat, hari ini harus ada kepastian saya harus test! apapun hasilnya
Mungkin ada benarnya dan salah satu pendorong tekad saya untuk test Swab hari ini. Candaan mas Shulhan  diWAG pergerakan : _Lek sampean wedi mati , mestine test antigen mbah" lek sehat Alhmdulilllah lek terpapar biar segera ditangani_(kalau takut mati, mestinya test antigen mbah, kalau sehat alhamdulillah, kalau terpapar biar segera ditanggani) terngiang dan teringat kalimat itu.
Bersambung hasil test..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H