Berbagai hasil-hasil aktivitas pertanian untuk pangan, juga berhubungan dengan keanekaragaman hayati dan kebudayaan di Indonesia. Di dalam sejarah setiap suku bangsa di Indonesia memiliki pengetahuan dalam mengelola tanaman pangan. Keanekragaman tanaman pangan tersebut meliputi Tanaman Pangan utama penghasil karbohidrat, buah-buahan, sayur-sayuran, tanaman indutri, tanaman perkebunan, hasil-hasil peternakan dan perikanan (Waluyo, 2011).
Keanekragaman tanaman pangan utama penghasil karbohidrat terutama padi, Indonesi memiliki berbagai jenis varietas padi lokal unggulan yang tersebar di berbgai wilayah di Indonesia. Keanekragaman padi-padian lokal tersebut antara lain padi hitan (black rice), padi merah da padi putih. Padi hitam Merupakan padi yang berpigmen hitam. Padi hitam ini memiliki kandungan antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan (Kristamtini, 2014). Untuk keanekaragaman padi merah Indonesia juga beragam, padi merah sendiri Merupakan padi berpigmen merah yang memiliki keunggulan yaitu memiliki kandungan mineral-mineral penting (Purwaningsih dan Kristamtini, 2009). Sedangkan keanekaragamn varietas padi putih koleksi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian terdapat sekitar 91 varietas padi (Suprihatno dkk., 2010).
Selain padi, sumber pangan utama yang dapat di gunakan untuk subtitusi padi adalah umbi-umbian, jagung dan lain-lain. Jenis umbi dari jenis-jenis dioscorea terdapat kurang dari 59 jenis. Selain itu terdapat 300 varietas talas, beberapa varietas ubi jalar (Waluyo, 2011).
Keanekaragam tanaman buah-buahan di Indonesia terdapat sekitar 592 jenis tanaman buah-buahan (Waluyo, 2011). Buah Merupakan sumber vitamin dan serat. Buah-biahn indonesi Merupakan jenis buah tropis yang banyak diminati masyarakat dunia, namun demikian Indonesia masih banyak mengimpor-buah-buahan yang sebenarnya ada di Indonesia seperti impor durian, klengkeng, jeruk, buah naga dan lain-lainnya. Sayur-sayuran Indonesia juga beragam. Pusat-pusat tanaman sayur di Indonesia adalah dataran tinggi seperti Gunung Tengger di Jawa Timur, Dieng di Wonosobo dan Karo di Sumatra Utara.
3.3. Peran Bundes Dalam Meningkatkan Kesejahtraan Masyarakat dan Konservasi Tanaman Pertanian
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes menurut Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah didirikan antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan “goodwill” dalam merespon pendirian BUMDes.
Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.
BUMDES dalam roda perekonomian pedesaan memiliki posisi yang penting. Posisi penting Bundas tersebut adalah peran BUNDAS dalam melindungi sumber daya desa dan perekonomian masyarakat desa dari para pemiliki modal. Walaupun secara modal usaha BUMDES akan kalah bersaing dengan usaha yang dikekola para pemiliki modal (Ramadana dkk., 2013).
3.4 Skema Strategi BUMDES Dalam Menghadapi Pasar Asia
Di Indonesia setiap daerah menhahsilkan produk – produk yang beranekagaram, setiap produk ini berbeda-antar satu kawasan dengan kawasan lainnya sesuai dengan karakteristik ekoregion tiap-tiap kawasan, dengan demikian produk produk pertanian yang berbasis pada keanekaragaman memegang peranan penting dalam mencirikan/landmark suatu kawasan.
Dengan adanya BUMDES produk-produk kehati baik itu pertania, perternakan maupun perikana dapat ditampung di Bumdes. Kekayaan hayati tersebut setelah ditampung dibumdes dapau menjadi peroduk khas suatu bumdes. Masing-masing bumdes dapat membangun jaringan dengan bumdes lainnya sehingga kelenbihan produk suatu BUMDES dapat disalurkan ke BUMDES lainnya dan kekurangan bahan pokok bumdes yang satu dapat ditanggulangi dari bumdes lainnya.