"Pilot bule sangat disiplin pada aspek keselamatan penerbangan," jawabnya. "Mereka tidak akan mau terbang kalau tidak benar-benar aman," lanjutnya.
Oh, baiklah. Saya mengiyakan. Saya sebenarnya cukup tenang dan konfidens untuk terbang dengan pesawat kecil ini. Saya bahkan pernah naik pesawat yang lebih kecil, yang hanya dua tempat duduk, yaitu untuk pilot dan saya.Â
Saat itu saya terbang dari bandara Adisucipto Yogyakarta ke pangkalan udara Wiriadinata di Tasikmalaya. Saya melihat keseriusan pilot dalam mengecek kesiapan pesawat. Termasuk juga mengecek kondisi cuaca di bandara asal dan tujuan.
Pesawat Cesna mengudara dengan mulus. Ada goyangan sedikit di awal-awal, namun setelah itu penerbangan ditempuh dengan mulus. Karena saya begitu bersemangat, maka saya agak banyak merekam video penerbangan ini.
Setelah terbang selama 20 menit, kami mendarat landasan pacu sepanjang 1500 meter di Bandar Udara David Constantijn Saudale. Â
Bandara ini dibangun tahun 1969 dengan nama bandara Lekunik. Â Kemudian pada tahun 2010 diubah menjadi Bandar Udara David Constantijn Saundale untuk menghormati tokoh pemrakarsa pembangunan lapangan terbang di Pulau Rote ini.
Sebelum pandemi, bandara ini dilayani oleh dua maskapai yaitu Susi Air dan Wings Air. Selama pandemi, tidak ada penerbangan sama sekali ke pulau ini. Setelah badai Covid reda maka baru Susi Air yang melayani penerbangan ke pulau terluar ini. Itu saja, mereka hanya melayani 3 kali selama seminggu.