Keberuntungan saya rupanya masih tersisa. Ada mobil pick up yang melintas. Dia bersedia meminjamkan obeng. Kami lalu mengencangkan selang tersebut sambil berpikir, "Bagaimana kalau dalam perjalanan selang ini lepas lagi? Sedangkan obeng sudah dikembalikan ke pemiliknya."
Sepertinya pengendara mobil pick up putih ini bisa membaca pikiran kami. "Obeng ini saya tinggalkan saja ya. Siapa tahu nanti dibutuhkan lagi," katanya sambil berpamitan. Tuhan telah mengirimkan malaikat penolong untuk kami. Terimakasih Tuhan.
Setelah selang radiator terpasang, om Heru menghidupkan mesin.
Brrrrmmmm....mesin mobil hidup kembali. Om Heru mengambil alih setir mobil untuk menjemput pendeta Naftali yang sedang mencari sinyal. Ternyata sampai dengan kami jemput, belum mendapat sinyal. Spot yang biasanya terdapat sinyal HP, saat itu tidak ada sinyalnya sama sekali.
Dia sudah hafal dengan suara mobilnya. Maka ketika dari kejauhan sudah mendengar suara mobilnya, dia hampir tidak percaya bahwa mobilnya bisa hidup kembali.
***
Dua minggu kemudian, saya mendapat kiriman foto dari ketua kelompok tani. Mereka sudah membuat bedeng dan menanam sayur. Mereka juga sedang mengolah tanah untuk memperluas kebun mereka. Saya bersyukur mereka memiliki ketangguhan untuk berpulih secara bersama-sama. Hal itu sesuai dengan tema Presidensi G20-2022: "Recover Together, Recover Stronger."
Bila dibandingkan dengan perhelatan Presidensi G20-2022 ini, apa yang kami lakukan ini memang seperti kuman berbanding dengan gajah. Akan tetapi sesuai dengan slogan "Glocally: Think Globally, Act Locally" maka aksi-aksi lokal seperti ini dapat mendukung terbentuknya masyarakat yang tangguh (resilien). Hingga pada akhirnya menjadi salah satu faktor pendukung bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya untuk yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.