Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

"Nggone Mbahmu" Angkat Kopi Klaten hingga Istana Kepresidenan

24 Oktober 2017   11:27 Diperbarui: 25 Oktober 2017   00:14 12159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grean bean siap disangrai | Foto Purnawan

Jumat sore, ponsel Mas Ie Purnomo Sidi berdering.

"Halo, apakah benar saya berbicara dengan bapak Ie Purnomo Sidi, pemilik 'Nggone Mbahmu'?" tanya si penelepon.

"Ya benar. Ini dengan siapa?" tanya Mas Pur.

"Kami dari staf kantor kepresidenan. Kami ingin mengundang bapak untuk mengikuti acara peringatan Hari Kopi Internasional di istana presiden di Bogor. Acaranya bernama 'Ngopi Sore Bersama Presiden'," jawab penelepon.

"Apakah ada undangannya?" tanya Mas Pur lagi.

"Undangan akan kami kirim lewat WA (Whatsapp)"

Mengingat belakangan ini banyak aksi penipuan melalui telepon, mas Pur tidak menganggap serius obrolan yang baru saja terjadi. Apalagi dia belum menerima surat undangan. "Masa' sih lembaga sekelas kepresidenan mengirimkan undangan lewat WA," katanya pada diri sendiri. 

Dia melanjutkan kembali aktivitasnya meracik kopi. Belum genap setahun dia membuka usahanya ini. Dia membuka toko kopi ini pada tanggal 21 Juni 2017. Sebelumnya, dia meneruskan usaha papanya yaitu penyalur minyak goreng di Klaten. Usahanya ini sudah mapan sehingga bisa sesekali ditinggal. Di sela-sela mengurusi bisnis, Mas Pur memiliki hobi bersepeda. Setiap kali Kompas mengadakan acara tur sepeda, Mas Pur menjadi langganan sebagai peserta. Selain itu, bersama anak dan isteri, pehobi fotografi ini juga suka melancong di pelosok Nusantara. Di setiap daerah yang dikunjungi, mereka selalu mencicipi kopi lokal.

Perkunjungannya ke berbagai daerah tersebut memunculkan kegelisahan: Mengapa di tempat kelahirannya tidak ada souvenir yang dapat menjadi ciri khas kabupaten Klaten? Penduduk di lereng Merapi di wilayah Klaten juga menghasilkan kopi. Tapi mengapa kopi Klaten tidak seterkenal kopi dari Sidikalang, Bali, Toraja, Aceh, atau Papua? 

Cling!

Tiba-tiba muncul ide untuk melambungkan kopi Merapi sebagai icon kabupaten Klaten. Kebetulan dia memiliki rumah tua dengan halaman yang masih sangat luas. Dia memutuskan untuk membuka toko kopi. 

"Tapi tempat ini bukan kafe tempat nongkrong minum kopi lho mas," jelas Mas Pur. "Kami menjual kopi roaster atau kopi yang sudah disangrai. Kopi dari berbagai wilayah Indonesia ada di sini. Mulai dari dari kopi kopi Gayo (Aceh), kopi Bajawa (Flores), kopi Toraja (Sulawesi), kopi Kintamani (Bali), hingga Papua." Dan tentu saja kopi unggulannya adalah kopi Merapi. Kopi ini dibeli langsung dari petani di sekitar tempat wisata Deles Indah. Jaraknya hanya 5 Km dari puncak Merapi. Jenisnya kopi Arabica. Sehingga kopi ini memiliki nama unik, yaitu kopi Ardeli. Singkatan "Arabica Deles Indah".


Untuk memulai usaha ini, pria yang senang menyanyi ini tidak mau tanggung-tanggung. Dia belajar menjadi barista arau peracik minuman kopi di Jakarta. Setelah itu membeli mesin penyangrai kopi. Rumahnya pun disulap menjadi tempat yang sangat asri dan nyaman untuk bercengkerama. Lalu untuk nama toko, dia memilih nama "Nggone Mbahmu" atau "Tempatnya Nenek/Kakek."

Di telinga orang Jawa, istilah "Nggone Mbahmu" ini cukup akrab, karena sering dipakai untuk bercanda. Kira-kira artinya seperti ungkapan "pemahaman nenek lu." Namun selain bernada humor, nama merek ini juga dirancang untuk menciptakan kesan akrab dan penuh kekeluargaan. Pengunjung yang datang pasti akan merasakan suasana seperti sedang berkunjung ke tempat simbah. Pembawaan mas Pur dan mbak Irwanti, istrinya, yang ramah dan humoris akan segera membuat pengunjung merasa betah. Sampai sekarang keduanya dijuluki mbah kakung (kakek) dan mbah uti (nenek), padahal usianya masih separuh baya.

Asyik untuk ngobrol. Foto: Purnawan
Asyik untuk ngobrol. Foto: Purnawan
Pengalamannya melancong ke berbagai daerah memudahkannya untuk mencari pasokan biji-biji kopi atau greanbean untuk disangrai. Akan tetapi dia tidak langsung menyanggrai semua biji kopi. Dia menyeleksi biji kopi itu secara ketat. Dia ingin menyajikan kopi dengan kualitas utama, sama seperti nama toko minyak gorengnya. 

"Dari setiap karung biji kopi yang kami beli, paling banyak hanya 40% yang kami pilih untuk disangrai," jelasnya. Itu sebabnya, harga kopi yang dibandrolnya tidak terbilang murah. "Walaupun kata orang Jakarta, harganya masih murah, tapi untuk wilayah Klaten masih terbilang mahal," Mas Pur mengakuinya.

Grean bean siap disangrai | Foto Purnawan
Grean bean siap disangrai | Foto Purnawan
Kopi yang sudah disangrai itu kemudian dibungkus dalam kemasan 100 gram dan 250 gram. Semuanya masih dalam bentuk butiran. Hal ini disengaja Mas Pur karena pecandu kopi biasanya punya alat penggiling kopi sendiri. Mereka dapat menggiling sesuai selera mereka, apakah kasar, medium, atau halus. Namun pengunjung yang tidak punya alat penggiling kopi tidak perlu khawatir. Dengan senang hati mas Pur akan menggilingkan sesuai dengan kemauan pembeli: kasar, medium, atau, halus.

Selain untuk membeli kopi, "Nggone Mbahmu" juga cocok untuk belajar tentang kopi. Pengunjung dapat melihat cara kerja mesin roaster, praktik memilih kopi yang baik, menyangrai dan menghaluskannya. Bahkan hingga menyeduhnya. Ada juga sejumlah buku tentang kopi, sejarah kopi, maupun seputar barista. Dan yang istimewa, mas Pur tidak pelit berbagi ilmu. Dia bahkan punya semangat yang menyala-nyala untuk menularkan kesukaan menikmati kopi pada pengunjung. 

Berikut ini adalah video yang saya rekam saat Mas Pur menerangkan cara menyeduh kopi secara manual:


Sedangkan pada video ini, Mas Pur menerangkan cara membuat kopi Vietnam


****

Kembali soal cerita tentang telepon dari kantor staf kepresidenan. Beberapa saat kemudian ternyata memang ada kiriman Whatsapp. Dia lalu menunjukkan isi pesan WA itu kepada istrinya. Isinya memang tentang undangan ke Istana Bogor. Tercantum juga nomor telepon yang harus dikonfirmasi untuk kepastian kehadiran.

"Tidak ada salahnya kan coba menghubungi nomor telepon itu," usul mbak Irwanti.

Namun Mas Pur masih bimbang. Tiba-tiba anaknya berceletuk, "Papa masih ingat nggak pernah berkata bahwa papa punya perasaan kuat pak Jokowi akan mendatangi toko kita? Barangkali itulah yang dimaksud perasaan itu. Bukan pak Jokowi yang ke sini, tapi papa yang diundang berkunjung ke sana." Mas Pur teringat kembali pernah mengucapkan itu. Dia memutuskan untuk menghubungi nomor telepon tersebut. Dan benar, ternyata nomor telepon itu tersambung ke kantor staf kepresidenan.

Mak deg!

Mas Pur tertegun untuk beberapa saat. Dia tidak menyangka sama sekali. Tubuhnya bergetar saking gembiranya. "Saat itu, saya bahkan sampai salah-salah dalam melayani pembeli. Saya menuangkan kopi dengan tangan gemetar,"kenangnya. 

Esoknya, hari Sabtu, 30 September, dia segera terbang ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Bogor. Hari Minggu, 1 Oktober 2017, Mas Pur bergabung dengan para pegiat kopi di seluruh Indonesia ngobrol bersama Presiden Jokowi di istana Bogor.

Sampai sekarang, Mas Pur tidak tahu bagaimana ceritanya kok bisa diundang ke istana Bogor karena di dunia perkopian Indonesia, dia termasuk pemain yang sangat baru. Namun dia memaknainya sebagai anugerah Tuhan dan pemacu semangat untuk mengangkat potensi kopi di Merapi, khususnya Ardeli sebagai icon kebanggaan Kabupaten Klaten.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun