Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Begini Modus yang Biasa Digunakan Penipu Melalui Telepon

31 Januari 2017   05:01 Diperbarui: 31 Januari 2017   08:43 25609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SumberL http://money.cnn.com

Bagi para pengguna telepon seluler tentu sudah tidak heran lagi menjadi sasaran percobaan penipuan. Hampir setiap hari kita mendapat kiriman SMS telah memenangkan undian. Ujung-ujungnya, kita diminta uang.  Pengalaman pertama saya ditelepon oleh penipu adalah pada tahun 2007. Modusnya memberitahukan bahwa saya menang undian. Saat itu, penipuan berkedok undian belum semarak sekarang ini. Ceritanya dapat dibaca di sini. 

Tidak hanya perseorangan. Bahkan institusi gereja pun pernah jadi sasaran penipuan. Usai gempa tqhun 2006, ada orang yang mengaku dari pejabat di Departemen Agama. Dia menyebutkan bahwa Departemen Agama berjanji akan memberikan bantuan kepada gereja-gereja yang rusak karena digoyang gempa. Namun dia meminta uang lebih dulu agar bantuan itu dapat dicairkan. Ceritanya dapat dibaca di sini.

Dari hari ke hari, penipu berusaha mencari cara-cara baru untuk memperdaya masyarakat. Mereka semakin menyempurnakan tekniknya sehingga orang yang waspada sekali pun dapat terjerat masuk perangkap. Tentu ini menggelisahkan. Meski polisi sudah berkali-kali membongkar sindikat penipuan ini, tapi jumlahnya seolah tak berkurang. Lalu bagaimana menyikapi situasi ini? Bagaimana caranya supaya tidak tertipu? Prinsipnya adalah waspada jika ditawari mendapat uang atau hadiah dengan mudah. Ada istilah dalam bahasa Inggris bahwa kita harus curiga jika tawaran itu to good to be true. Maksudnya, jika penawaran itu terlalu muluk dan menggiurkan, kita justru harus waspada. 

Hendaknya kita tidak mengumbar data atau informasi pada orang asing. Jangan sembarangan memberikan data tentang nomor telepon, nama lengkap, tanggal lahir, nama ibu kandung, alamat, dan juga kode rahasia (PIN, password, nomor ID) pada orang yang tidak terpercaya karena rentan untuk disalahgunakan.

Semoga tulisan ini bermanfaat memberikan peringatan kepada orang lain. Jika Anda punya pengalaman serupa, sudilah kiranya berbagi cerita atau tautannya pada bagian komenta di bawah.

Salam!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun