***
Oh, ya sebagai selingan saya ceritakan tentang menu makanan di Davao. Karena masih bangsa serumpun, maka kita memiliki banyak kesamaan jenis makanan. Khusunya dengan makanan China, ada banyak kemiripan nama. Di sini ada Siomay, lumpia, bakpao, capcay dll. Ada juga pisang goreng karamel, wajik ketan, nas goreng, dll. Bedanya, bagi lidah Indonesia, bumbu masakan di sini kurang nendhang. Yang namanya nasi goreng, sepertinya hanya digoreng dengan mentega. Hanya terasa sedikit gurih tetapi lebih banyak rasa tawarnya. Beberapa partisipan asal Indonesia mulai sakaw dengan sambal.
Untuk sarapan, orang Filipina menggemari kentang. Menu lauk pagi yang sering dihidangkan adalah orak-arik kentang. Yang agak aneh bagi lidah Indonesia adalah bengkuang yang dimasak. Di Indonesia, bengkuang sering dimakan sebagai buah atau dihidangkan bersama sambal lotis. Namun di Filipina, bengkuang ini diiris seperti kentanng french fries, lalu dimasak sebagai sayur. Mula-mula saya menyangka bahwa itu adalah irisan kentang. Namun setelah dikunyah, terasa kremes-kremes berair. Barulah saya sadar bahwa benda itu adalah bengkuang.
Untuk minumnya, orang Filipina senang sekali dengan softdrink. Setiap kali makan, selalu terhidang minuman bersoda di ruang makan. Nampaknya mereka terpengaruh oleh budaya orang Amerika. Beberapa teman menyarankan untuk mencoba balut yang menjadi makanan khas di Filipina. Balut adalah telur bebek yang sudah berembrio, lalu dierbus dengan bumbu-bumbu tertentu. Sayangnya, saya belum sempat mencobanya.
***
Usai makan siang, fasilitator menyampaikan topik tentang problem solving. Partisipan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah aktivis LSM dan kelompok kedua adalah pemilik tambang. Skenarionya, pada sebuah pertambangan terjadi kecelakaan yang menyebabkan korban jiwa. Kelompok LSM ingin menuntut pertanggungjawaban pemilik tambang. Untuk itu mereka akan mencegat pemilik tambang yang akan bertemu dengan walikota. Tugas kelompok LSM adalah mencegah pemilik tambang menghadap walikota sebelum pemilik tambang setuju untuk bertanggungjawab atas kecelakaan di pertambangan. Sedangkan tugas pemilik tambang adalah berusaha melewati hadangan aktivis LSM. Simulasi ini berlangsung seru karena semua partisipan menjalankan perannya dengan serius.
Baca juga:
- Catatan Perjalanan: Kesasar di Singapura
- Peace Building Training Note
- Catatan Pelatihan “Peace Building” (1)
- Peace Zone di Filipina | Catatan Pelatihan “Peace Building” (2)
- Melongo di Davao
- Menyerap Metode Partisipatif dalam Pelatihan Peace Education
- Menyemai Perdamaian Batin [Oleh-oleh dari Filipina]
- Belajar Tentang Prinsip Belajar Orang Dewasa
- Komunikasi Nir-Kekerasan
- Masuk Zona Ketidak-Nyamanan
- Pemulihan Trauma Berbasis Masyarakat
- Storytelling untuk Menyembuhkan Trauma
- Orang Gila di Changi Singapura
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H