Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyemai Perdamaian Batin [2]

24 Juni 2012   14:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:35 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permainan ini untuk menunjukkan kepada partisipan bahwa dalam kenyataannya ada hirarki di dalam struktur masyarakat. Sikap dan perilaku masyarakat ditentukan oleh posisi seseorang di dalam struktur masyarakat. Sikap seseorang terhadap orang yang sederajat tentu berbeda jika bertemu dengan orang yang derajatnya lebih tinggi atau lebih rendah. Misalnya dalam hal derajat umur atau  tingkat intelektualitas. Hal perlu diperhatikan oleh para pendidik perdamaian.

Aktivitas hari kedua pelatihan "Strengthening Peace Education Training Skills" diawali dengan membuat koran yang terbit tahun 2022. Partisipan diajak naik kapsul waktu ke tahun 2022 dan membuat berita tentang perdamaian yang tercipta pada tahun itu. Ini adalah diskusi pembuka untuk topik visi dan misi. Setiap aktivis perdamaian sebaiknya memiliki impian atau visi atas perdamaian yang diusahakan akan tercapai dalam kurun waktu tertentu.

13405476101316618836
13405476101316618836
Membuat koran edisi 2022

Visi dan misi ini merupakan refleksi dari nilai-nilai atau values yang diusung oleh para aktvis perdamaian. Dengan mengutip Victor M. Taylor, Wendy menekankan bahwa perdamaian itu harus dimulai dari setiap pribadi atau individual. Perdamaian seharusnya merupakan pandangan hidup dasar yang menjadi panduan dari setiap tindakan seseorang. Jika pribadi itu tidak memiliki arah untuk memilih menyelesaikan konflik secara damai, maka nalurinya akan menggerakannya untuk mengangkat senjata ketika menghadapi konflik. Maka perdamaian tidak akan tercapai.

Untuk itu, Wendy melangkah ke topik berikutnya yaitu inner peace. Topik ini pernah diajarkan pada kelas sebelumnya namun menggunakan metode yang berbeda. Dengan demikian tetap menarik untuk diikuti. Wendy mengajak partisipan menggambar telapak tangan di selembar kertas. Pada jari telunjuk partisipan menuliskan tentang nilai yang menonjol dalam dirinya. Pada  jari tengah, partisipan menuliskan tentang pengalaman paling berkesan yang mempengaruhi nilai dalam dirinya. Pada jari manis menuliskan hambatan hidupnya,pada kelingking partisipan menuliskan hal dilakukan jika hatinya sedang galau. Pada jempol partisipan menuliskan nama orang yang sangat berpengaruh dalam membentuk nilai-nilai kehidupannya. Terakhir pada telapak tangan, partisipan menuliskan sumber dari semangat mereka.

Inner peace atau perdamaian adalah hidup harmoni dengan diri sendiri. Upaya untuk mengembangkan perdamaian batin dilakukan dengan:

  1. Mengikis sikap tidak toleran dan prasangka.
  2. Membiasakan agar emosi terkontrol.
  3. Puas atas talenta dan mensyukuri kekuatan yang dimiliki.
  4. Mengenali kelemahan diri dan mengakui dengan rendah hati bahwa ada hal-hal tertentu yang memang tidak mampu duntuk mengubahnya.

1340547687486159757
1340547687486159757
Menggambar telapak tangan (foto: Mindanao Peacebuilding Institute)

Menumbuhkan perdamaian batin juga dipengaruhi oleh perasaan atau emosi seseorang. Emosi adalah hal yang lumrah. Setiap manusia pasti memiliki emosi. Selama ini ada salah kaprah pengertian bahwa emosi itu sesuatu yang buruk. Hal ini tercermin dari ungkapan, "Jangan cepat emosi, dong!" Barangkali ungkapan yang lebih tepat adalah, "jangan cepat emosional, dong." Kata emosional mengacu pada situasi pada seseorang yang tidak mampu mengendalikan emosinya.

Emosi adalah reaksi alamiah seseorang terhadap situasi atau kejadian di sekitar manusia. Emosi berhubungan dengan pikiran manusia. Ketika emosi itu disadari keberadaannya maka emosi itu mulai menghilang. Ketika Anda mulai menyadari bahwa Anda sedang marah, maka sejak saat itu perlahan-lahan kemarahan Anda akan terkendali. Demikian juga ketika Anda mulai menyadari bahwa Anda sedang gelisah, maka perlahan-lahan kadar kegelisahan akan berkurang.

Emosi adalah keadaan yang perlu diakui, dikenali dan dikelola. Pada beberapa budaya, ada kecenderungan untuk menolak, menyembunyikan atau menafikkan emosi. Jika seseorang berusaha menekan emosi, maka emosi tersebut akan menjadi bom waktu. Emosi tersebut menjadi semacam muatan bagasi yang membebani perjalanan batin kita. Itulah sebabnya perlu ada pengelolaan emosi dengan baik sehingga kita mengalami perdamaian batin. Jika kita membiarkan pengalaman emosional itu terjadi berulang-ulang, maka hal itu akan meninggalkan jejak neurotik yang tersisa di otak kita.

Salah satu pengalaman emosional yang sering manusia adalah kemarahan. Kemarahan itu tidak terjadi secara mendadak. Ada tahap-tahapan tertentu, mulai dari kejadian kecil. Namun karena dibiarkan tanpa pengelolaan, maka levelnya meningkat dengan daya rusak yang lebih besar. Tahapan kemarahan dimulai dari munculnya ketidaknyamanan seseorang. Jika segera dikenali dan dikelola, maka emosi ini tidak akan meningkat menjadi ketersinggungan. Seseorang yang merasa tidak nyaman akan mudah sekali tersinggung. Situasi ini lalu berkembang menjadi kemarahan. Jika dibiarkan berlarut-larut maka level tertinggi tercapai yaitu kemurkaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun