Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Tentang Prinsip Belajar Orang Dewasa

21 Juni 2012   15:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fasilitator yang memandu pelatihan minggu kedua ini adalah Wendy Kroeker dan Mirriam L. Siacito. Wendy Kroeker adalah pelatih dan penulis kurikulum untuk pelatihan transformasi konflik. Instruktur pada Departemen Penelitian Perdamaian dan Transformasi Konflik pada Universitas Mennonite di Kanada. Perempuan Kanada ini  memiliki pengalaman yang luas di bidang mediasi ketenagakerjaan di Kanda dan berbagai negara di Asia. Dia juga memegang sertifikat Mediasi dan Resolusi Konflik yang diberikan oleh Resolution Skills Centre di Winnipeg, Canada. Wendy juga meraih gelar M.A. di bidang teologi dengan fokus pada Teologi Kotemporer dan Perdamaian.

Mirriam L. Siacito adalah Direktur Eksekutif pada Yayasan Nagdilaan yang bergerak di bidang pengembangan masyarakat dan perdamaian di antara komunitas muslim di propinsi Basilan,Mindanao. Dia memiliki pengalaman selama 30 tahun di bidang pengorganisasian, pendidik, konselor trauma dan pelatih di antara masyarakat akar rumput di daerah rawan konflik di Mindanao. Deddete, demikian nama panggilannya, juga termasuk di dalam 1000 perempuan yang secara kolektif dinominasikan sebagai penerima  Hadian Nobel pada tahun 2005.

[caption id="attachment_183883" align="aligncenter" width="576" caption="Bermain lempar bola untuk saling mengenal"]

1340291418688467656
1340291418688467656
[/caption]

Seperti biasa, pada awal pelatihan diisi dengan perkenalan di antara partisipan. Wendy mengajak partisipan melempar bola sambil menyebut nama orang yang dilempari bola. Sebagian partisipan sudah saling mengenal karena mengikuti kelas PECA. Namun ada juga partisipan yang baru.  Partisipan diajak menuliskan nama panggilan di bagian tengah kertas.  Pada bagian kiri partisipan menggambar simbol tentang wisdom. Pada bagian kanan menggambar simbol dari pekerjaan masing-masing.

Setelah menuliskan harapan-harapan yang ingin didapatkan selama pelatihan, partisipan bermain "musical chairs" yang telah dimodifikasi. Permainan aslinya begini: Fasilitator mengatur kursi di tengah ruangan membentuk lingkaran. Jumlah kursinya adalah sebanyak partisipan dikurangi satu. Jadi jika jumlah partisipan ada 20 orang maka jumlah kursinya adalah 19 buah. Partisipan  Partisipan berjalan mengelilingi kursi itu sambil bernyanyi. Saat fasilutator berkata, "duduk!" maka partisipan harus berebut tempat duduk. Partisipan yang tidak mendapat kursi harus keluar dari permainan. Karena jumlah partisipan berkurang satu, maka kursinya juga dikurangi satu.

Namun karena pelatihan ini adalah tentang perdamaian, maka ada perubahan aturan permainan. Jumlah kursinya dikurangi satu demi satu, namun partisipan tidak ada yang dikeluarkan dari permainan. Partisipan yang mendapat kursi harus mencari cara agar partisipan lain yang tidak mendapat kursi bisa duduk. Caranya, ada yang berbagi kursi. Satu kursi diduduki berdua. Ada juga yang memangku partisipan lain. Ketika jumlah kursinya semakin sedikit, maka permainannya menjadi semakin sulit.

Permainan ini untuk mengajarkan tentang inklusivitas, berbagi dan saling mendukung. Di dunia ini, manusia hidup menggunakan sumber-sumber yang terbatas. Kursi-kursi itu melambangkan sumber-sumber kehidupan yang semakin terbatas dari hari ke hari. Permainan kursi musik yang asli menggambarkan budaya perang (culture of war) dalam berebut sumber-sumber penghidupan. Pihak yang paling kuat dan paling cekatan akan mampu menguasai sumber penghidupan. Pihak yang lemah akan tersingkir. Dalam budaya perdamaian (culture of peace) diajarkan tentang cara mengelola konflik kepentingan secara beradab dan menghindari penggunaan kekerasan.

Selanjutnya partisipan diajak menulis kata-kata kunci tentang "Peace Education" pada selembar kertas indeks. Kertas ini ditempelkan di kertas plano dan dibahas bersama-sama. Wendy kemudian menunjukkan rumusan Pendidikan Perdamaian menurut versi Haris (1988):

Pendidikan Perdamaian adalah upaya pemberdayaan masyarakat dengan ketrampilan, sikap dan pengetahuan:

a. Untuk membangun, memelihara dan memulihkan hubungan antar manusia pada semua aras.

b. Untuk mengembangkan pendekatan yang positif di dalam menangani konflik, mulai dari aras lokal hingga aras internasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun