Candi ini ditemukan sejak zaman penjajahan Belanda. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia candi ini kembali tertutup tanah. Pihak SPSP DIY pernah melakukan ekskavasi pada tahun 1982. Ekskavasi yang dilakukan oleh SPSP DIY ini berhasil menampakkan 2 buah bangunan candi yakni candi induk dan candi perwara. Hingga saat ini candi induk pun belum seluruhnya dapat disingkap dan baru dapat digali sekitar tiga perempat bagian saja.
Candi induk Morangan menghadap ke barat berbilik satu dan berdenah bujursangkar. Secara lengkap candi induk Morangan terdiri atas kaki, tubuh, dan atap candi. Pembagian tersebut dalam agama Hindu melambangkan tiga alam yaitu bhurloka, bhuvarloka, dan savarloka.
Melihat ciri-ciri ragam hias pada arac Candi Morangan yang mirip dengan Candi Prambanan, maka diduga usia Candi Morangan tidak jauh berbeda dengan Candi Pramabanan, yakni abad 9 M.
Patung dan Relief
Pada Candi Morangan ditemukan pula yoni dengan ukuran yang cukup besar. Sedangkan lingga yang seharusnya ada dan menjadi pasangan dari yoni tidak ditemukan lagi. Pada kompleks candi Morangan ini juga ditemukan pula arca resi dan sejumlah arca lain di dalam relung-relung candi. Saat ini relung tersebut kosong karena arca-arca di dalamnya telah diamankan untuk mencegah pencurian.
Selain itu juga ditemukan patung Nandi atau sapi dalam posisi mendekam. Nandi atau Nandiswara adalah lembu yang menjadi kendaraan dari dewa Siwa dalam mitologi Hindu. Candi yang mempunyai arca Nandi biasanya dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan agama Hindu Siwa.
Karena bentuk bangunan candi Morangan ini belum tersusun utuh, maka bentuk bangunan belum dapat dilihat sepenuhnya. Meski begitu, pengunjung bisa mengamati relief-relief yang tidak kalah menariknya. Berikut ini relief yang terdapat di dinding candi Morangan: