Mohon tunggu...
Purnawan Kristanto
Purnawan Kristanto Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Penulis

Purnawan adalah seorang praktisi komunikasi, penulis buku, penggemar fotografi, berkecimpung di kegiatan sosial, kemanusiaan dan keagamaan. Menulis di blog pribadi http://purnawan.id/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tour de Cangkem at Puerto Qerto [Day Two]

20 Juli 2011   17:47 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:31 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan mbak Tina secara bergantian menyampaikan materi tentang cara mengajar sekolah minggu yang efektif dan menarik. Peserta kali ini berasal dari guru sekolah minggu dari berbagai gereja di Purwokerto. Bahkan gereja Katolik juga mengutus peserta. Peserta yang paling jauh berasal dari Cilacap. Untuk menyegarkan suasana, lebih dulu aku ajak mereka bermain-main. Setelah menyampaikan materi, aku mengajak guru sekolah minggu dari berbagai gereja itu untuk membuat alat peraga. Ternyata mereka sangat antusias. Sayangnya karena waktu yang terbatas, mereka tidak bisa berkarya secara maksimal. Selanjutnya giliran mbak Tina membagikan contoh-contoh berbagai alat peraga untuk membangkitkan ide di antara GSM. [caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Karya GSM"]

[/caption] Pukul setengah sembilan malam, kami mengakhiri acara terakhir dan bersiap pulang. Namun sebelumnya, kami harus mencari makan malam lebih dulu. Kami mampir di warung bakmi nyemek. Pengunjungnya cukup banyak. Ini menunjukkan bahwa masakan warung makan itu mungkin enak. Saat kami melirik meja lain, setidaknya ada lima meja yang sedang menunggu pesanan makanan. Jika setiap meja terdapat tiga orang maka setidaknya ada 15 orang kelaparan yang menunggu pesanan datang. Sayangnya, hanya ada satu koki yang memasak. Jika satu pesanan membutuhkann waktu 4 menit, maka setidaknya kami harus menunggu satu jam sebelum bisa mengisi perut. Itu terlalu lama. Kami putuskan untuk mencari tempat makan lain saja. Sesampai di Sokaraja, kami mampir di Di warung soto "Seger" di jl Jendral Sudirman 200, Sokaraja, terjadi dialog ini: Pelayan: "Minumnya apa pak?" Aku: "Lemon tea hangat." Pelayan: "Maaf, tidak ada pak." Aku: "Kalau begitu, saya pesan teh hangat, terus diperesi jeruk nipis. Ada?" Pelayan: "Ada pak." Pelayan berlalu. Aku, Arie Saptaji, Agustina Wijayani, dan Agus Dwi Cahya ngakak. Soto adalah kuliner unggulan Sokaraja. Keunikannya soto Sokaraja adalah pada kaldunya yang kental dan ketupat sebagai pengganti nasi. Setengah sepuluh malam, kami meluncur ke arah Jogja. Memasuki hutan Pager Alang kami masih melihat pengemis yang mengharapkan remah-remah rejeki dari pengendara yang lewat (baca tulisansebelumnya). Di sepanjang jalan kami sering berpapasan dengan bus malam jurusan Jakarta dan Bandung. Sisi jalan sebelah kiri dari Purwokerto menuju Jogja ternyata lebih buruk daripada arah sebaliknya. Pukul 1:30, kami sudah sampai di Jogja. Kami mengantarkan mbak Tina ke rumahnya lebih dulu. Selanjutnya mas Agus dan mas Arie mengantarkan aku pulang ke Klaten. Sampai di rumah pukul dua dini hari. Aku segera melepaskan kantuk yang aku tahan-tahan selama empat setengah jam perjalanan. Tulisan sebelumnya:

Tour de Cangkem at Puerto Qerto [Day 1]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun