[caption id="attachment_310784" align="alignnone" width="630" caption="Sumber foto: Kompas.com"][/caption]
Pada musim kampanye pilihan presiden ini beredar tabloid "Obor Rakyat." Kalau dilihat dari tampilan fisiknya, tabloid ini digarap dengan profesional. Akan tetapi bila disimak isinya, semua tulisan di dalamnya bernada memojokkan Jokowi, salah satu kandidatnya. Sudah banyak media yang mengulas tentang content (isi) media itu. Kesimpulannya, media ini tidak menjalankan kaidah jurnalistik sehingga tidak memenuhi syarat disebut sebagai produk pers. Tabloid ini lebih tepat disebut pamflet atau alat propaganda.
Saya tertarik untuk mengulasnya dari sisi manajemennya. Dengan jumlah halaman sebanyak 16 halaman, dicetak separasi, dan menggunakan kertas HVS maka ongkos cetaknya sekitar Rp. 3.000,- eksemplar. Â Berapa oplag tabloid ini? Tidak ada data yang pasti karena sampai sekarang belum diketahui dengan jelas siapa yang menerbitkan pamflet ini. Akan tetapi menurut laporan media, tabloid ini pertama kali beredar di pondok pesantren wilayah Jawa Timur, kemudian menyusul di Jawa Barat. Setiap pondok pesantren mendapat kiriman 10-50 eksmplar. Kita ambil angka tengahnya yaitu 30 eksemplar.
Jumlah pondok pesantren di Jawa Timur ada sekitar 3000 buah. Â Taruh kata, hanya 1/3 pondok pesantren saja yang mendapat kiriman itu. Berarti ada sekitar 30.000 tabloid ini beredar di Jawa Timur. Belakangan ini ada laporan bahwa tabloid ini juga beredar di wilayah Jawa Barat. Â Jika diasumsikan jumlah pondok pesantren di Jawa Barat hampir sama dengan di Jatim, maka ada sekitar 60 ribu eksemplar tabloid yang beredar.
Dari angka tersebut maka pemilik tabloid harus membayar Rp. 3.000,- x 60.000 Â eks= 180.000.000,- untuk ongkos cetak. Â Kemudian untuk membayar honor 'redaksi', honor grafis, dan penulis luar dipatok pada angka Rp. 50.000.000,- per edisi. Penerbit juga harus menyediakan ongkos kirim. Mereka harus mengirimkan tabloid ke sekitar 2.000 alamat di Jawa Barat dan Jawa Timur. Jika untuk setiap pengiriman membutuhkan ongkos kirim sebesar Rp, 25.000,- maka dibutuhkan biaya sebanyak Rp. 50 juta untuk pengiriman. Kemudian untuk sewa kantor, komunikasi, internet dan biaya ATK, taruh kata Rp, 10 juta per edisi.
Mari kita total pengeluaran:Ongkos cetak   = Rp. 180.000.000,-
Honor         = Rp.  50.000.000,-
Ongkos kirim  = Rp.  50.000.000,-
Overhead     = Rp.  10.000.000,-
---------------------------------------------- Â +
TOTAL Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Rp. 290.000.000,- (Dua ratus sembilan puluh juta rupiah).
Angka yang didapatkan cukup fantastis.
Lalu dari mana penerbit mendapatkan pemasukan? Tabloid ini dibagikan dengan gratis dan tanpa iklan. Sebuah terbitan bisa saja dibagikan secara gratis, namun konsekuensinya media tersebut akan banyak menampilkan iklan karena ongkos produksinya didapatkan dari pemasang iklan. Atau bisa saja, sebuah penerbitan tidak menampilkan iklan sama sekali. Mereka mengandalkan pemasukan dari hasil penjualan.
Tabloid ini tidak kedua-duanya.
Iklan     =  Rp. 0,-Penjualan= Rp. 0,-
Maka kemungkinan besar, penerbit mendanai tabloid ini dari kantongnya sendiri (atau dari orang lain), dan tidak berharap mendapat penghasilan dari sirkulasi. Penerbit rela menghabiskan 300 jutaan per edisi. Dan baru saja telah terbit edisi kedua. Tidak menutup kemungkinan akan terbit lagi edisi ketiga dan seterusnya sampai pilpres berakhir.
Angka yang saya tampilkan tentu saja tidak akurat karena tidak tersedia data yang cukup. Akan tetapi hitung-hitungan ini menunjukkan satu hal: Pamflet ini tidak diterbitkan oleh sembarang orang. Pamflet ini diterbitkan oleh orang yang menganggap kehilangan uang ratusan juta (bahkan mungkin dapat mencapai milyaran) itu sebagai uang recehan.
Tabloid ini diterbitkan pihak yang memang berambisi mengeruk keuntungan yang berlipat-lipat dari uang yang sudah dia buang untuk menerbitkan pamlet ini.
==================
UPDATE (16/6)
Pengelola pamfet ini mengaku mencetak sebanyak 100.000 eksemplar. Mereka membayar honor penulis pesanan  sebanyak Rp. 2 juta (di luar honor redaksi).
Total pengeluaran:
Ongkos cetak   = Rp. 3.000,- x 100.000,- = Rp. 300.000.000,-
Honor         = Rp.  50.000.000,-
Ongkos kirim  = Rp.  50.000.000,-
Overhead     = Rp.  10.000.000,-
---------------------------------------------- Â +
TOTAL Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Rp. 410.000.000,- (Empat ratus sepuluh juta rupiah).
Pamflet ini telah terbit 2 x sehingga menghabiskan setidaknya Rp. 810.000.000,-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H