Bagi saya, bus stop JakLingko mudah diakses, trayek yang ada cukup mengakomodir mobilitas massa, kondisi mobil relatif nyaman (dilengkapi kamera CCTV), dan gratis pula. Namun, di jam-jam sibuk, perlu kesabaran untuk bisa menaikinya. Bagi yang memburu waktu, mau tidak mau harus menggunakan angkot berbayar. Â
Oh iya, satu masukan saya, keramahan dan kesabaran pengemudi sebaiknya lebih ditingkatkan. Saat turun dari JakLingko, kebanyakan penumpang mengucapkan terima kasih. Ucapan ini ada kalanya tidak direspon pengemudi atau direspon ala kadarnya. Saat menaiki JakLingko dan masih bergeser menuju kursi belakang, ada kalanya pengemudi menancapkan gas tanpa memerhatikan posisi penumpang yang baru naik.
Hei, sudah gratis, banyak maunya pula! Hehehe. Seharusnya tidak masalah ya diberikan masukan, karena masyarakat berhak mendapatkan pelayanan terbaik. Semoga JakLingko terus berbenah, agar terus menjadi transportasi andalan masyarakat.
Catatan:
*) JakLingko sebenarnya bukan jenis angkot, melainkan istilah untuk sistem transportasi terintegrasi. Nama JakLingko terdiri dari dua kata, yaitu "Jak" yang berarti Jakarta dan "Lingko" yang berarti jejaring atau integrasi (diambil dari sistem persawahan tanah adat di Manggarai, Nusa Tenggara Timur). Sebutan yang tepat untuk angkot bertarif gratis dengan logo JakLingko adalah mikrotrans, bukan JakLingko.
Â
Alur Laut, 16 Juni  2024
***
Baca juga:
Begini Cara Naik KRL CommuterÂ
Mau Naik Transjakarta Perdana? Baca Ini!Â