Ini juga pertama kalinya stringing (penarikan kawat konduktor) yang dilakukan di atas laut. Konduktor dijaga agar tidak lecet karena bergesekan dengan karang. Alhasil, tim harus masuk ke laut agar menjamin berhasilnya stringing. Air pasang yang mulai naik saat stringing menjadi klimaks pekerjaan. Bersyukur semua berhasil terselesaikan dengan baik.
Mengobati Haus Informasi
Sementara pekerja terus melanjutkan proyek, media massa dan masyarakat terus mempertanyakan mengapa masih terjadi pemadaman bergilir. Berita miring pun bermunculan. Mulai dari kapal pembangkit dianggap bermasalah sampai dikaitkan dengan korupsi pejabat. Padahal permasalahan utamanya hanya satu: kapal belum tersambung dengan sistem!
Keresahan warga sebenarnya karena minim informasi. Hal ini pernah saya buktikan sendiri. Suatu ketika saat menunggu jemputan untuk menuju lokasi proyek, saya menunggu di poskamling. Saya menyempatkan bertanya pada bapak di sebelah saya. Saya bertanya bagaimana pendapatnya mengenai kabar kapal pembangkit. “Kapalnya itu terlambat kedatangan bahan bakar atau ada masalah pada oli mesin kapal”, ujarnya. Mendengarnya, saya hanya tersenyum nyengir. Belum sempat saya menjelaskan, jemputan sudah datang. “Masyarakat ini hanya kekurangan informasi”, pikirku dalam perjalanan.
Akhirnya muncul ide untuk memberitakan kemajuan pekerjaan di lokasi proyek. Secara berkala, seusai pekerjaan saya tampilkan dokumentasi kegiatan dan ceritakan perkembangannya dalam status Facebook saya. Alhamdulillah, tulisan saya mendapat cukup banyak respon. Harapan saya ‘serangan’ media dan warga terhadap PLN bisa sedikit mereda. Kenyataannya pun demikian, banyak yang mendukung dan mendoakan. Namun tak sedikit yang acuh dan tidak mau tahu. Wajar saja, karena yang diminta pelanggan -dan juga pegawai PLN- hanya satu: tidak ada pemadaman.
Bagi saya, tulisan paling spektakuler adalah sehari sebelum energize (awal penyaluran listrik dari pembangkit di kapal ke sistem transmisi). Status FB yang diunggah tanggal 15 Januari itu dibagikan hingga 2 ribu lebih.
Nyaris Berhasil
Sabtu, 16 Januari 2016. Sebenarnya adalah tanggal yang cantik, 16-1-16. Sebagian orang berharap bisa menjadi kenangan indah karena menjadi sejarah awal penumpasan krisis listrik di sistem Sulutgo. Jika saja musibah itu tidak terjadi. Musibah black out.
Siang itu cuaca cerah berawan. Prosedur untuk energize sudah dilewati dengan baik. Detik-detik menjelang energize cukup mendebarkan. Secara bertahap kapal pembangkit mulai mengalirkan listrik. Awalnya aman-aman saja. Namun, tidak lama jaringan antara kapal ke penyangga di darat merendah. Mungkin karena kuatnya tarikan jaringan ditambah dengan ombak yang menggoyang-goyangkan kapal saat itu. Tak pelak, jaringan terus merendah hingga akhirnya menyentuh pohon bakau dan.. bum!
Terdengar suara ledakan keras. Bakau itu hangus. Sistem padam. Seluruh pelanggan di Sulawesi Utara dan Gorontalo yang terhubung ke sistem kehilangan tegangan. Penormalan sistem segera dilakukan. Secara bertahap, listrik kembali dibangkitkan dari utara Sulawesi, Kota Bitung. Keesokan harinya, barulah sistem kelistrikan pulih total.
Energize berikutnya dilakukan setelah bakau di bawah jaringan ditebang. Kemudian ditambah tower penyangga di darat sebagai jaminan agar jaringan benar-benar aman. Saat ini line MVPP Zeynep Sultan sepanjang 1.161 meter sudah menyuplai tegangan ke sistem transmisi dengan baik.