Mohon tunggu...
Gigih Y Purbonoto
Gigih Y Purbonoto Mohon Tunggu... -

Berani saja tidak cukup, butuh NEKAT

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jelajah Transmisi: Dekat di Mata, Jauh di Kaki

23 Oktober 2016   13:42 Diperbarui: 23 Oktober 2016   13:50 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pekerjaan dilaksanakan selama 8 hari. Dalam sehari kami menargetkan 6 tower. Jarak antar tower bekisar antara 300-500 meter. Jarak yang tidak terlalu jauh, jika jalanannya lurus. Namun kenyataannya medan yang berbukit memacu kami untuk lebih banyak mengeluarkan keringat. Seringkali kami harus mengambil jalan memutar karena dihadang jurang atau pohon tumbang untuk sampai ke tower tujuan.

Melintasi sungai untuk mencapai tower
Melintasi sungai untuk mencapai tower
Dua hari pertama berjalan baik. Hanya ada ular numpang lewat dan baju yang basah kuyup lantaran melintasi sungai serta bermandikan keringat. Pemandunya pun menunjukkan jalan dengan baik. Medan berbukit menguji kelayakan stamina kami sebagai anggota pekerja transmisi. Ketika sampai di salah satu bukit, saya bisa melihat dengan jelas tower-tower yang harus dilewati. Tapi ternyata, untuk mencapainya harus menghabiskan waktu berjam-jam! “Ini yang namanya dekat di mata tapi jauh di kaki”, ujarku pada Tohar. Dia hanya menjawab dengan tertawa dan senyumannya yang khas.

Dua hari berikutnya, kami dipandu oleh orang yang berbeda. Orang ini sepertinya terlalu energik. Berkali-kali kami tertinggal dan bingung memilih jalan. Dia berjalan cepat sekali. Hanya dalam hitungan menit dia sudah hilang di balik pepohonan. Meninggalkan kami yang ngos-ngosan tanpa peduli kami tersesat atau tidak. Dia meninggalkan kami dengan cepat, secepat orang yang ingin melupakan masa lalunya yang kelam. Terpaksa, kami memberi kode berupa suara panggilan keras. Ingin sekali saya menegurnya, tapi sungkan lantaran saya masih pegawai junior.

Hari-hari terakhir, sempat  terjadi miss komunikasi. Tempat titik pertemuan yang dijanjikan salah koordinat. Akhirnya mengakibatkan tim harus bolak-balik di dalam hutan untuk berjalan mencari jalan keluar. Tak lama, awan mendung juga menumpahkan isinya. Hujan deras. Pepohonan tidak cukup baik menjadi tempat perlindungan. Gubuk juga tidak ada. Kami pun basah kuyup. Sore harinya, kami baru bisa keluar dari lokasi dan segera menuju penginapan untuk mengusir lelah dan lapar yang menghinggapi.

Mencari jalan keluar untuk pulang. Tidak lama kemudian turun hujan.
Mencari jalan keluar untuk pulang. Tidak lama kemudian turun hujan.
Dalam kesempatan lain, saya ikut pekerjaan yang sama dengan medan yang berbeda. Saya menemani bang Joko Triyadi, petugas PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan) untuk climb up inspection. Kali ini kami harus berjalan jauh memutar untuk sampai ke lokasi. Berangkat dari jembatan, kami menyusuri hutan. Kebetulan kami melintasi warga setempat yang sedang memanen duku dan manggis. Kami pun ditawari makan buah gratis sepuasnya. Jujur saja, saat itu pertama kalinya saya makan manggis langsung dari pohon. Manis rasanya.

Saat akan pulang, kami harus menempuh jalan yang sama. Mengingatnya saja sudah membuat lelah. Andaikata bisa melintasi sungai, kami tidak perlu repot-repot kembali ke titik awal. Aha! Kami melihat ada sampan tersandar di sungai. Setelah dicari tahu ternyata milik warga tadi. Terbesitlah akal bulus yang baik hati. Bang Joko membeli 1 karung duku. Murah, hanya 50 ribu. “Mobilnya ada di seberang pak, boleh diantarkan sekalian pak?”, tawar bang Joko. Bapak itu setuju. Alhasil kami membawa pulang 1 karung duku dengan bonus menyeberang sungai. Lumayan, saya bisa mengistirahatkan paha untuk misi selanjutnya.

Itulah sekelumit pengalaman menjelajah transmisi. Dekat di mata, jauh di kaki. Bisa berarti secara harfiah maupun kiasan. Intinya, pekerjaan ini sekilas nampak sederhana namun ternyata perlu menguras tenaga. Ah, tidak mengapa. Asalkan itu bisa mengalirkan listrik dan membuatmu kembali tersenyum karena bisa menonton tayangan favoritmu di TV.

Penulis: Gigih Yudhanto Purbonoto

ID Card. Lokasi: Kompleks PLTU Amurang.
ID Card. Lokasi: Kompleks PLTU Amurang.
NIP: 90151132ZY
Unit: PLN Tragi Lopana, AP2B Minahasa, Wilayah Suluttenggo
Facebook :  Gigih Yudhanto Purbonoto 
Twitter : @Gigih_Purbonoto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun